"Di pemakaman Desa Kesiman, sekitar satu jam berjalan kaki dari Betra, ditemukan sisa-sisa bangunan terdahulu. Tidak banyak, hanya beberapa batu bata yang berserakan, termasuk beberapa hiasan dan antefix yang dihias dengan senjata atau kemenangan. Tidak ada waktu untuk menyelidiki hal ini lebih lanjut. Pekerjaan di Belahan dll selesai pada akhir bulan Juni."
Kalimat di atas merupakan kunci keberadaan Candi Kesiman, Sukoreno, Kecamatan Prigen, yang saya peroleh dari google yang menerjemahkan cuplikan Laporan Kepurbakalaan Belanda (Oudheidkundig Verslag 1923), yang aslinya tertulis di bawah ini:
Op het kerkhof van de desa Kesiman, ongeveer een uur gaans van Betra, werden overblijfselen van een vroeger bouwwerk aangetroffen. Veel was het niet, wat verspreid liggende baksteenen, waaronder enkele geornamenteerde stukken en een met wapens of zegeis versierde antefix. De tijd ontbrak om hier een nader onderzoek in te stellen. Einde Juni kwamen de werkzaamheden bij Belahan etc. gereed.
Blusukan Ke Situs Kesiman
Minggu, 17 November 2024, saya kembali mengunjungi kegiatan ekskavasi sebuah candi yang terletak di Dusun Candi, Desa Sukoreno, Kecamatan Prigen. Dusun ini juga dikenal sebagai Dusun Kesiman oleh masyarakat sekitar.Â
Saya mengenalnya sebagai Dusun Kesiman Ndek (Kesiman yang di bawah). Untuk membedakan dengan Dusun/Desa Kesiman yang terletak agak di atas yang masuk Desa Trawas. Dusun Kesiman, berjarak sekitar 5 Km dari rumah.Â
Pagi ini, saya ditemani beberapa teman Komunitas Jelajah Sejarah Budaya Pasuruan, yang tertarik dengan informasi ditemukannya beberapa artefak unik saat ekskavasi hari ke-5. Padahal, hari ke-4 ekskavasi, saya juga ke lokasi situs dengan beberapa anak KIR dan jurnalis SMAN 1 Pandaan. Mereka saya ajak mengenal kegiatan ekskavasi dan melakukan liputan jurnalistik untuk media sekolah.Â
Nah, di lokasi ekskavasi inilah, saya ketemu dan dapat informasi dari Mas Vidy, arkeolog Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Jawa Timur, bahwa keberadaan Candi Kesiman tertulis di Oudheidkundig Verslag (Laporan Kepurbakalaan Belanda) 1923. Maka, sepulang dari blusukan, saya pun mencari jejak Oudheidkundig Verslag 1923 ini di internet. Ternyata benar, keberadaan candi Kesiman ada di sana. Walau hanya tertulis satu paragraf, di halaman 19, OV Tahun 1923. Seperti yang saya cantumkan di awal tulisan.Â
Saat bincang santai, dipayungi pohon-pohon besar di tengah makam dusun, Mas Vidy, menyampaikan bahwa keberadaan Candi Kesiman ini sangat menarik. Banyak teka-teki yang belum terpecahkan tentang keberadaan candi ini. Ukuran candi memang tidak terlalu besar.Â