Kemungkinan pertama, Arca Wisnu Naik Garuda digambar oleh Moeller di lokasi insitu. Di tempat asalnya, di Trawas.Â
Kemungkinan kedua, arca dilukis saat sudah dipindahkan ke Mojokerto. Saya mengikuti Moeller saja, monumen ini berasal dari Trawas. Sesuai "keinginan' saya pribadi.Â
Van Hoevel
Mengutip dari website kemendikbud, keberadaan Arca Wisnu Naik Garuda, pertama kali diungkap oleh Van Hoevel Tahun 1847, yang mengatakan arca tersebut dari Trawas. Pendapat ini ditentang oleh R.D.M Veerbek, dan mengatakan kalau arca ini dari Belahan, sebuah petirtaan di lereng Timur Penanggungan.Â
Dia mengutip catatan Wardenaar (seorang ahli menggambar peta yang ditugaskan pertama kali memetakan situs-situs di Trowulan oleh Raffles).Â
Veerbek mengikuti Wardenaar, lantaran menganggap Wardenaar lah yang telah menjelajah kawasan Trowulan dengan teliti dan menggambarkannya dengan detil.
Pendapat di atas kemudian diiukuti oleh N. J. Krom (1923). Bahkan lebih jauh Krom mengganggap Patirthan (pertirtaan) Belahan adalah bangunan peringatan yang diabdikan untuk Raja Airlangga setelah raja itu wafat, demikian ungkap Agus Aris Munandar, profesor arkeologi dari Universitas Indonesia.Â
Namun, pendapat Krom tersebut ditentang oleh Th. A. Resink (1968), yang menyimpulkan Belahan bukan dari zaman Airlangga, bahkan sangat mungkin dari zaman Sindok (929-947M), karena di dekat Candi Belahan ditemukan Prasasti Cungrang (Prasasti Sukci) dari zaman Sindok.Â
Lambang Negara