Mohon tunggu...
Teguh Hariawan
Teguh Hariawan Mohon Tunggu... Guru - Traveller, Blusuker, Content Writer

Blusuker dan menulis yang di Blusuki. Content Writer. "Menyurat yang Silam, Menggurat yang Menjelang " : (Nancy K Florida)

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Mengintip Keindahan "Raja Ampat" di Waduk Bajulmati

31 Januari 2021   20:43 Diperbarui: 31 Januari 2021   21:01 1287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berpanas ria di pinggir Raja Ampat waduk | dokpri

Gundukan puncak bukit kecil muncul di permukaan air yang berwarna hijau Toska. Membentuk layaknya gugusan pulau-pulau kecil di sebuah pantai namun tanpa nyiur melambai. Hanya ada  padang gersang di sekelilingnya. Ditemani kayu dan ranting kering yang kehausan. Tapi menyajikan lukisan bentang alam yang indah. Konon, pemandangan ini mirip Raja Ampat di belahan Timur sana.

Siang itu, saya dan rombongan kecil,  melaju meninggalkan Watu Dodol Banyuwangi, menuju Pasuruan.  Menyusuri jalan nasional Pantura yang merupakan jalur utama urat nadi transportasi Jawa-Bali. Kendaraan bisa melaju kencang karena hampir tak ada hambatan. Bus-bus Pariwisata Jawa-Bali sepertinya sudah meninggalkan area ini. Hanya ada beberapa truk besar yang sabar menderu-deru meniti jalan. Sehingga, tak sampai 30 menit kami sudah meninggalkan Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi dan memasuki kawasan Hutan Baluran.     

Deretan pohon Jati kokoh berdiri memagari kanan kiri jalan yang beraspal mulus. Karena musim kemarau, beberapa meranggas menggugurkan daunnya. Akhirnya, kami tiba  di perbatasan hutan dan perkampungan. Ada yang menarik perhatian saya. Refleks, lampu Sein kiri saya nyalakan. Kemudi perlahan saya putar ke kiri. Kendaraan pun menepi.

Semua penumpang tak ada yang berkomentar mengapa mobil berhenti, karena mereka sudah paham dengan sifat sopir blusukan ini. Saya cek sebentar di maps.  Posisi kami masih di area Hutan Baluran. Tapi bukan di Banyuwangi, namun sudah masuk Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo. 

Terbaca di sana, saya berada di Waduk Bajulmati. Nah, karena terletak di perbatasan dua kabupaten, saya temukan dua ikon menarik di halaman depan Waduk Bajulmati ini. Yakni, patung seorang Penari   Gandrung yang mencirikan Banyuwangi, berdampingan dengan  Penari Landung yang mencirikan Situbondo. 

Jalan raya nasional membelah Hutan Baluran | dokpri
Jalan raya nasional membelah Hutan Baluran | dokpri

Mengikuti intuisi, saya susuri jalan beraspal memasuki kompleks waduk. Ada petugas yang menghentikan kendaraan dan menarik tiket masuk. Kalau tidak salah ingat, ditarik 5 ribu rupiah per orang. Setelahnya, kami dizinkan melaju tanpa diberi informasi apapun. Nggak, masalah. Wong tujuannya juga hanya mau lihat-lihat. 

Setelah menyeberangi bendungan yang di atasnya dibangun jembatan selebar ukuran mobil, kami sampai di seberang. Saya parkir di sebuah sudut sempit di ujung jembatan. Begitu keluar kendaraan, kami disergap udara panas. Maklum, musim kemarau dan tempatnya gersang dengan pohon yang jarang-jarang. Maka sesi jeprat-jepret di sekitaran waduk pun dipercepat.   

jembatan di atas Bendungan Bajulmati | dokpri
jembatan di atas Bendungan Bajulmati | dokpri

 Waduk untuk Dua Kabupaten

Karena jalan aspal belum buntu, maka setelah rombongan sudah lengkap, saya ikuti jalan beraspal menanjak. Tiba di pelataran puncak bukit. Ada sebuah bangunan pendopo yang kami gunakan untuk berteduh, menghindari sengatan matahari yang tak mau kompromi. Sambil duduk bersandar dan kaki selonjoran, menikmati semilir angin, saya coba googling tentang Waduk Bajulmati ini.

Saya cek di maps. Kayaknya lokasi waduk ini juga meliputi Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi. Tapi pintu masuknya di Kecamatan Banyuputih, Situbondo. Dibangun tahun 2006. Baru selesai tahun 2015. Proses pembangunan yang lumayan panjang. Mengindikasikan bendungan/ waduk ini juga tergolong waduk raksasa. Kalkulasinya, bisa menampung 1o juta meter kubik air dari aliran sungai yang bermata air di Gunung Ijen. Fungsinya, selain untuk irigasi sawah dan kebutuhan air bersih  di Banyuwangi dan Situbondo, juga penyuplai listrik berkapasitas 340KW.

Waduk Bajulmati | dokpri
Waduk Bajulmati | dokpri

Miniatur Raja Ampat

Setelah sejenak melepas penat dan melihat view sekeliling, saya tertarik dengan gundukan-gundukan tanah yang menyembul di permukaan  sisi barat waduk ini. Segera, kami pun menuju kendaraan dan bergerak memutar sedikit. Mencari dan mendekat pemandangan yang tadi terlihat.  Tak sampai lima menit, kami sampai di sisi atas waduk yang tak berpagar. Saya pinggirkan kendaraan agar tak mengganggu pejalan dan kendaraan yang barangkali melintas.   

Wow, di depan kami terhampar pemandangan indah di bawah terik matahari yang begitu menyengat. Saya tak mau menceritakannya. Silahkan masing-masing melihat gambarnya. Mungkin satu kata bisa mewakili: Instagramable! 

Ya, mungkin inilah Raja Ampatnya Jawa Timur yang hanya  bisa dijumpai saat musim kemarau. Bisa jadi, saat musim penghujan, air bendungan akan melimpa. Maka tenggelam pula pulau-pulau di Raja Ampat Waduk Bajulmati ini. Jadi, jika ingin mendapatkan latar foto yang menarik, datang saja ke Waduk Bajulmati saat kemarau. Tak apa, sambil berpanas ria tapi akan memperoleh Raja Ampat yang tak jauh-jauh amat dari rumah!    

"Raja Ampat" | dokpri

Berpanas ria di pinggir Raja Ampat waduk | dokpri
Berpanas ria di pinggir Raja Ampat waduk | dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun