Â
Benteng Pendem
Benteng Van den Bosch oleh masyarakat sekitar kerap disebut sebagai Benteng Pendem. Pendem, dalam Bahasa Jawa artinya dipendam/ dikubur. Tapi Benteng Pendem  bukan berarti bentengnya dikubur dalam tanah. Nama itu muncul karena  keberadaan dan penampakan benteng ini sengaja disembunyikan untuk melindungi dari pandangan orang di sekitarnya. Sehingga tak seorang pun tahu kalau di situ ada bangunan benteng.
Caranya:
Sekeliling benteng dibuatkan tanggul tinggi, sehingga dari kejauhan tidak menampakkan adanya bangunan benteng. Selain tanggul/ gundukan tanah, di sudut luar benteng juga banyak ditanami aneka vegetasi lebat untuk menyamarkan keberadaan benteng.
Konon, selain sebagai benteng pertahanan, bangunan kolonial ini juga untuk memantau pergerakan arus manusia dan barang yang melewati sungai Bengawan Solo dan Bengawan Madiun, dua sungai besar yang ada di Ngawi. Ya, di salah satu sudut agak jauh dari benteng, terdapat tempuran (bertemunya dua sungai) Bengawan Solo dan Bengawan Madiun, yang bisa dipantau dengan jelas dari sisi luar benteng.
Baca Artikel Menarik lainnya : Â Keelokan Desa Penglipuran, sebagai Desa Terbersih Sejagat
Dari catatan sejarah, setelah perang Jawa berakhir tahun 1830, masih banyak pemimpin lokal yang bergerilya menentang pendudukan kolonial. Paling terkenal adalah perjuangan Bupati Ponorogo yang gigih menentang Belanda. Jadi, keberadaan benteng Van den Bosch ini paling tidak sebagai tempat pertahanan kolonial Belanda terdepan yang akan mencegah masuknya pejuang dari  arah Timur (Jawa Timur) ke Jawa Tengah. Â