Mohon tunggu...
Teguh Hariawan
Teguh Hariawan Mohon Tunggu... Guru - Traveller, Blusuker, Content Writer

Blusuker dan menulis yang di Blusuki. Content Writer. "Menyurat yang Silam, Menggurat yang Menjelang " : (Nancy K Florida)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pak Effendi: Hidup Itu Seperti Gelombang Transversal

6 Januari 2021   19:16 Diperbarui: 6 Januari 2021   20:39 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tjiptadinata Effendi, Iskanadar Zulkarnaen (Isjet) dan Prayitno Ramelan|Dokpri

"Mr. Effendi, I have told you before. for do not trust anyone in bussines... Event don't trust myself," ujar Mr. Ramesh.  

Nah, kan. Hanya saya (mungkin) yang memanggil beliau dengan Pak Effendi. Mengikuti Mr. Ramesh!  

Tak Kenal maka Tak Sayang

Hampir semua, bisa jadi malah 100% Kompasianer kenal dengan Tjiptadinata Effendi. Penulis senior dengan label  Maestro (peringkat tertinggi) yang saban hari menulis artikel di Kompasiana. Semua orang pasti kenal beliau. Apalagi Kompasianer angkatan kolonial, he he he. 

Tulisan-tulisan pak Effendi sangat menginspirasi. Setiap hari muncul di Kompasiana dengan tema berbeda.  Menjadikan  pembaca tidak bosan karenanya. Saya sendiri, SKSD (Sok Kenal Sok Dekat) dengan beliau sejak tahun 2013-2014. Saya kenal beliau, beliau belum tentu mengenal saya he he he. Padahal,  di Tahun 2014 saya juga hadir di Kompasianival yang dihelat di TMII. Sayangnya, tak sempat berfoto dengan beliau. Hanya sempat mencuri foto dari jauh, di tengah hingar bingarnya acara. 

 Nah, seperti Pak  Ramesh,  di Kompasiana saya pun memanggil beliau pak Effendi. Ngikut cara orang asing memanggil nama seseorang........

Badai Berlalu Berkat Pak  Ramesh

Lho, siapa itu pak Ramesh?

"Pak Ramesh adalah salah seorang yang membantu saya bangkit dari keterpurukan. Beliau membuka Letter of Credit (LC) yang cukup besar, dan mengizinkan saya melakukan pengapalan barang secara bertahap.," Pak Effendi memulai ceritanya.

Kala itu, lanjut Pak Effendi, bisnis pak Effendi jatuh. Terpuruk.  

Bisnis yang awalnya berjalan baik-baik saja,  tiba-tiba goncang.

"Tiba-tiba badai itu datang dan menghantam sendi-sendi kehidupan kami," urai pak Effendi. "Saya ditipu sahabat baik saya yang tinggal di Singapore," lanjut beliau. Puluhan ton barang yang sudah diekspor oleh pak Effendi, tidak dibayar oleh teman baiknya di Singapore. 

Satu masalah belum usai, muncul masalah berikutnya secara beruntun. 

"Barang kami di gudang yang seharusnya menurut faktur pembelian berjumlah 225 ton. Ternyata tersisa hanya 125 ton!" Pak Effendi melanjutkan ceritanya. Saya bisa membayangkan bagaimana kegetiran dan kesedihan yang dialami pak Effendi kala itu.

"Sukri, pemuda yang sudah kami anggap anak sendiri dan kami percayai sepenuhnya memegang kunci gudang , ternyata melarikan diri, bertepatan saat kami keluar negeri," Pak Effendi mengisahkan bagaimana orang kepercayaannya mengkhianati dirinya. 

"Saya merasa  dunia merasa ambruk menimpa saya. mental saya terpukul dan saya jatuh sakit," keluh pak Effendi.

Baca : Hidup bagaikan Sebuah Novel , diposting 14 Oktober 2013, Pukul 20: 57     

Lalu, munculah dewa penyelamat  bernama Mr Ramesh!  Rekan bisnis inilah yang mengingatkan agar berhati-hati kepada siapapun. Mr. Ramesh mengulurkan tangan dan membantu pak Effendi bangkit dari keterpurukan!

Dari peristiwa itu banyak hikmah yang bisa kita peroleh. Diantaranya, jangan jadi pembenci dan ikhlas. Tidak boleh menyerah dan terus berjuang!

Tjiptadinata Effendi, Iskanadar Zulkarnaen (Isjet) dan Prayitno Ramelan|Dokpri
Tjiptadinata Effendi, Iskanadar Zulkarnaen (Isjet) dan Prayitno Ramelan|Dokpri

Guru Kehidupan

Sepenggal cerita di atas, termasuk salah satu cara pak Effendi  menyampaikan buah pikirnya dan kisah masa lalunya  di Kompasiana. Begitu jujur. terang benderang, apa adanya. Bloko Suto, kata orang Jawa. Kejadian pahit, getir, susah dan senang selalu mewarnai artikel-artikel beliau. Dari situlah, Pak Effendi menyampaikan pesan-pesan moral tanpa bermaksud menggurui.

Pak Effendi banyak menuliskan kisah perjalanan hidupnya. Bermula dari seorang penjual kelapa di pasar kumuh dengan penghasilan tak seberapa.  Untuk makan sehari-hari kadang harus ngutang. Bahkan, saat masa kecilnya yang pahit, dimana  ibu beliau harus rela makan karak, agar Pak Effendi dan saudara-saudaranya bisa makan nasi. Pernah juga sakit dan tak berani membawa ke dokter karena tak ada biaya.  Namun,  dengan perjuangan tak kenal lelah akhirnya menjadi pengusaha sukses. 

"Saya seorang pengusaha. Tepatnya eksportir hasil perkebunan. Ada Kopi, Kulit Manis (Kayu Manis?), Gambir,  Cengkeh dan Pala," ungkap Pak Effendi. Dari hasil perdagangan ekspor inilah, kehidupan beliau menjadi makmur dan sejahtera. 

Bersama Bu Lina, istri tercintanya, pak Effendi mengarungi bahtera rumah tangga yang naik turun, seperti  diayun gelombang. Kadang di atas. Kali lain di bawah.

Kehidupan Pak Effendi dan B Lina seperti Gelombang Transversal, begitu saya melihatnya

Pak Effendi gabung Kompasiana sejak 14 Oktober  2012. Sampai hari ini (saat artikel ini ditulis) tak kurang dari 5.259 artikel sudah beliau tayangkan. Saya tentu tak sempat membaca semuanya. Namun, saya sangat salut dan hormat dengan prestasi dan kehebatan beliau ini. 

Produktifitas menulis Pak Effendi  begitu tinggi. Energinya seperti tak pernah habis. Ide untuk tulisannya selalu mengalir. Tak tertandingi.  Luar...biasa!

Selain produktif menulis, satu hal yang mungkin tak bisa diikuti Kompasianer lain adalah, beliau selalu menyempatkan untuk memberikan apresiasi dan berkomentar di artikel sesama Kompasianer. Saya tidak tahu dan tak bisa menghitung. Dalam satu hari, berapa artikel yang beliau klik , baca dan komentari.  Itulah bukti dari kerendahan hati seorang Tjiptadinata Effendi dan Rosselina.

Beliau benar-benar menerapkan Tagline Kompasiana masa lalu: Sharing & Connecting. Sungguh, tak berlebihan kiranya jika beliau saya sebut sebagai Guru Literasi sekaligus Guru Kehidupan. Pengalaman yang beliau bagikan lewat Kompasiana, tidak hanya pesan konten-nya yang membangkitkan semangat, namun proses interaksinya juga patut diikuti dan diteladani.

Begitulah, Pak Effendi adalah pemenang anugerah Kompasianer Of The Year, yang tetap konsisten menulis dan eksis di Kompasiana.  

Resep Sehat dan Bugar Ala Pak Effendi

Saya penasaran. Jamu dan resep apa yang dipakai Pak Effendi dan Bu Lina untuk menjaga kesehatan,  kebugaran dan kecerlangan pikiran untuk  menghasilkan karya di Kompasiana. Saya saja sering terengah-engah untuk menyelesaikan artikel yang akan tayang. Padahal beliau termasuk lansia. Sepuh.  Lahir di Padang, 21 Mei 1943! Jadi usianya 78 tahun. Akhirnya saya pun dapat resep tersebut di artikel beliau : Bagaimana Kami Tetap Sehat di Usia 78 Tahun

Resep Sehat, Energik dan Bugar ala Pak Effendi : 

1. Hati yang Damai dan Pikiran Positif

2. Olahraga (Natural walking)

3. Aktif dalam Kegiatan Sosial

4. Pola Makan Sehat

Sehangat Matahari pagi, Karya Tjiptadinata Effendi
Sehangat Matahari pagi, Karya Tjiptadinata Effendi

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
  

Gaya Penulisan Pak Effendi

Pak Effendi, memiliki gaya tersendiri saat menayangkan artikelnya di Kompasiana. Sering menggunakan gaya bertutur. Seperti orang bicara. Sehingga tulisannya enak dibaca. Hampir selalu, di setiap artikelnya diselipi dengan beberapa foto untuk memperkuat pesan yang akan disampaikan. Hebatnya, fotonya juga polos-polos saja. Boleh saya bilang tanpa sentuhan editing sama sekali.  Bahkan, foto yang buram pun kadang beliau posting ha ha ha ha....... 

Mungkin, maksud beliau.. yang penting informasi dan pesan-pesannya tersampaikan....

Maka, harus dimaklumi juga jika saat beliau mengetik sering meninggalkan typo. Terutama penggunaan tanda baca.  Hal yang wajar saya kira. Saya juga begitu kok. Bukan berarti beliau tidak cinta Bahasa Indonesia. Bahkan lebih dari sekedar cinta bahasa, Beliau cinta NKRI! Buktinya, beliau yang secara regulasi memenuhi syarat jadi warga negara Australia. Siap dijamin kehidupan keseharian oleh pemerintah Australia, jika pindah kewarganegaraan.  Tapi beliau tidak goyah. Jiwanya tetap NKRI! Salut....

Selamat merayakan Pernikahan yang Ke-56, untuk Pak Tjiptadinata Effendi dan Bu Rosselina. Semoga selalu sehat dan bahagia bersama keluarga. Rukun koyo Mimi lan Mintuno.  Selalu menebar kebaikan dengan sesama .

Salam

Kaki Gunung Welirang,  Ba'da Maghrib,  6 Januari 2021

  

  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun