Secara filosofis, ayam yang dimasak utuh ini bermakna mengayomi atau memanjatkan doa. Ini sering dikaitkan dengan posisi Ayam Ingkung saat disajikan dalam prosesi kenduri/ selamatan. Posisinya tidur, menyembah. Mengakui kalau dirinya lemah. Perlu setiap saat memanjatkan doa untuk keberkahan dirinya dan lingkungan sekitarnya.Â
Gastronomi dan Kebutuhan Nutrisi
Begitulah, ayam dan telur telah dikenal masyarakat Jawa sejak zaman kuno. Dengan kearifan lokalnya, melalui tradisi selamatan atau kenduri yang menyajikan nasi, ayam, telur serta sayuran dan ikan laut, merupakan upaya mengenalkan pada seluruh lapisan masyarakat bahwa mengkonsumsi makan-makanan tersebut adalah penting. Secara arif, kalangan yang lebih berpendidikan menjelaskan bahwa perpaduan nutrisi nasi, ayam, telur serta sayuran akan menjadikan masyarakat lebih sehat dan anak-anak akan mengalami pertumbuhan yang normal.Â
Bahkan, seperti yang tercatat dalam Serat Centhini, masyarakat Jawa sebenarnya sudah mengenal gastronomi. Bagaimana menyajikan makanan secara indah. Enak dipandang dan nikmat dimakan. Melalui tampilan gunungan tumpeng, olahan lauk serta irisan garnish sederhana yang menyertainya.
Sumber Bacaan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H