Artinya:
Yang akan dipakai untuk sesaji kelir (wayang), adalah tumbuh-tumbuhan sepasang yang lengkap, ada pisang, tebu, cengkir (kelapa sangat muda), legen (air nira), padi jenis wulu dua ikat, kelapa yang sudah dikupas dua buah serta ayam jantan betina dua ekor yang diikat kanan dan kiri.Â
Sedangkan tumpeng 9 jenis meliputi: Tumpeng Tutul, Tumpeng Lugas, Tumpeng Kendhit, Tumpeng Megana lengkap dengan sayuran, Tumpeng Megana lengkap dengan Ayam, Tumpeng dengan Pucuk Cabe Merah, Tumpeng Rajeg Dom Wojo, Tumpeng yang berpuncak telur serta Tumpeng Sembur.Â
Begitulah, nasi, ayam dan telur sangat diyakini oleh masyarakat Jawa sebagai pelengkap utama sesaji untuk ruwatan yang akan menangkal marabahaya serta untuk mendatangkan keberkahan.Â
Bahkan simbol-simbol gunung pada Nasi Tumpeng, menunjukkan bahwa masyarakat Jawa sangat low profile. Sangat paham adanya hubungan vertikal antara makhluk (manusia) dengan penciptanya. Sang Pencipta adalah Yang Maha Tinggi yang ada di puncak.
Sedangkan lauk-pauk, ayam, telur, daging, srundeng, sayuran, yang tersebar di samping gunungan tumpeng, melambangkan hubungan sesama manusia, yang kadang tumpah ruah tak karuan. Jadi masing-masing harus menjaga dirinya baik-baik agar tidak terkontaminasi keburukan dari sekitarnya.
Sedekah Sebelum Perang
Selain untuk keperluan ruwatan, masyarakat Jawa, terutama di kalangan istana juga sangat yakin bahwasanya dengan sesaji yang melibatkan nasi serta ayam akan membawa keberuntungan dalam setiap konflik/ perang yang akan dilakoni. Untuk itu, seperti yang ditulis dalam Serat Centhini, sebelum perang harus disiapkan sesaji nasi dari beras merak dengan lauk ayam berbulu kuning (sega beras abang, iwak pitik wulu kuning).
Ayam Ingkung
Selain tumpeng. masyarakat Jawa juga mengenal Ingkung. Tepatnya ayam ingkung. Yaitu sajian ayam jantan utuh yang dimasak beserta jeroannya. Ayam Ingkung dengan Tumpeng sangat berkaitan erat.