Mohon tunggu...
Teguh Hariawan
Teguh Hariawan Mohon Tunggu... Guru - Traveller, Blusuker, Content Writer

Blusuker dan menulis yang di Blusuki. Content Writer. "Menyurat yang Silam, Menggurat yang Menjelang " : (Nancy K Florida)

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Mengungkap Rahasia Valley of The King: Eksotisnya Candi, Goa, Pura, dan Patirthan di Candi Gunung Kawi

25 Desember 2020   21:24 Diperbarui: 26 Desember 2020   17:41 1407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pancuran di Teras Kedua yang sudah tidak mengalirkan air (Kemdikbud.go,id)

Informasi berharga lainnya yang dipersembahkan mbah Goggle, keberadaan bangunan suci di lembah Sungai Pakerisan ini juga termuat dalam dua prasasti. 

Prasasti Batuan berangka tahun 944 Saka (1022 Masehi) dan Prasasti Tengkulak A berangka tahun 945 Saka (1023 Masehi). Keduanya dikeluarkan oleh Raja Marakata, yang hidup sezaman dengan Airlangga di Jawa Timur.

Prasasti Tengkulak A menyebut kompleks bangunan suci ini sebagai Amarawati. Dalam prasasti itu juga terungkap bahwasanya Candi Gunung Kawi dibangun sebagai pendharmaan untuk Raja Udayana dan Gunapriya Dharmapatni, permaisurinya.

Udayana adalah keturunan dari Dinasti Warmadewa. Sedangkan Gunapriya Dharmapatni, yang dikenal pula sebagai Mahendradatta adalah keturunan dari Dinasti Isyana. Tentunya, semua paham jika kedua dinasti itu berasal dari tanah Jawa. 

Kebenaran isi Prasasti Tengkulak A maupun Prasasti Batuan bahwa candi tebing (candi pahat) ini merupakan bangunan suci dari Dinasti Warmadewa, khususnya raja Udayana, diperkuat dengan inskripsi pendek beraksara Kediri Kuadrat yang terletak di pahatan candi paling Utara. Bunyinya Haji lumah ing jalu. Terjemahannya : menjadi raja di jalu.

Istilah jalu dapat diasosiasikan sebagai taji atau senjata tajam. Bisa juga bermakna keris. Maka. inskripsi itu pun dapat dihubungkan dengan Sungai Pakerisan. Sedangkan di candi urutan kedua, ada prasasti beraksara Kediri Kuadrat: rwa (da/na)kira. Artinya, dua putra beliau. Siapa? Ya, Marakata dan Anak Wungsu tentunya. 

Jadi jelaslah, Candi tebing Gunung Kawi merupakan bangunan suci yang dibuat oleh Marakata dan Anak Wungsu untuk ayahnya Raja Udayana dan Gunapriya Dharmapatni, ibunya.

Tak heran jika saat ini, candi tebing di sisi Timur dikenal sebagai Royal Tomb, pendharmaan untuk raja. Sedangkan candi tebing di sisi Barat dikenal sebagai Queen Thomb, pendharmaan untuk permaisuri.

Dari uraian pendek ini bisa disimpulkan, berdasarkan prasasti Tengkulak A dan Prasasti Batuan serta inskripsi di candi sisi Timur, kompleks Candi Tebing Gunung Kawi dibangun di sekitar abad ke-10 sampai 11 Masehi, saat Bali diperintah oleh Dinasti Warmadewa.

Dua candi di Sisi Timur yang memiliki inskripsi huruf Kadiri Kuadrat (Dokpri)
Dua candi di Sisi Timur yang memiliki inskripsi huruf Kadiri Kuadrat (Dokpri)

haji lumah ing jalu (foto: kemdikbud.go.id)
haji lumah ing jalu (foto: kemdikbud.go.id)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun