Setelah berbincang gayeng, saya mohon pamit sekaligus melanjutkan memutari situs sisi timur. Menurut petugas, di balik pagar batu teras ketiga itu ada temuan menarik berupa talud yang tersusun dari batu-batu persegi. Antara talud dan pagar batu terdapat semacam jalan makadam (jalan tanah yang dilapisi susunan batu) yang lebarnya bisa dilalui mobil.Â
Temuan ini menarik karena jarang dijumpai di situs-situs lainnya. Di Situs Trowulan, Mojokerto, juga dijumpai susunan batu seperti ini. Tapi dengan ukuran batu yang lebih kecil dan tidak memanjang karena itu merupakan bentuk lantai atau pengerasan di teras rumah hunian masa Majapahit.
Agaknya, waktu dua jam tidaklah cukup untuk mengeksplorasi temuan-temuan di Situs Liyangan secara keseluruhan. Namun saya bersyukur, karena pagi itu sudah berkesempatan mengunjungi salah satu situs peradaban Mataram kuno yang pernah hilang dan sekarang sudah muncul lagi ke permukaan.
Perlahan tapi pasti, Liyangan akan bercerita banyak tentang peradaban kuno yang pernah dibangun di kaki Gunung Sindoro ini. Para peneliti sedang berupaya keras menyusun puzzle-puzzle yang masih terserak untuk menjadi sebuah cerita sejarah utuh kejayaan Mataram kuno di masa lalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H