Di berbagai kesempatan, Presiden Jokowi sudah sering menekankan betapa pentingnya pembenahan sistem pendidikan di negara kita ini. Pembenahan ini tidak lain agar dunia pendidikan mampu merespon perubahan dunia dengan cepat dan fleksibel serta adaptif. Kedua, diperlukan terobosan-terobosan infrastruktur dan kemajuan teknologi guna mendukung percepatan perubahan dan mendukung terobosan-terobosan itu.Â
Mungkin, dengan kepiawaian Nadiem Anwar Makarim memanfaatkan  teknologi untuk menjadikan GOJEK sebagau unicorn ini yang membuat Jokowi kepincut dan menjadikannya sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Presiden Jokowi tentu sangat berharap, Nadiem mampu menerjemahkan harapan dan keinginan, serta Visi Pendidikan presiden tersebut.
Revolusi
Merevolusi sistem pendidikan di Indonesia tentu bukan hal yang mudah. Banyak komponen, kepentingan, kebutuhan, persoalan baik dalam skala makro dan mikro yang akan terdampak jika salah satu saja dirombak sistemnya. Â
Maka, daripada rumit-rumit, kita bincangkan saja hal yang paling dasar dan utama dalam proses pendidikan yakni tentang bertemunya guru dan siswa di dalam kelas.Â
Siapapun tak akan menyangkal, bahwa interaksi guru dan siswa adalah hal paling pokok dalam dunia pendidikan. Keberadaan guru di depan siswa siswinya  tak akan tergantikan oleh siapapun atau oleh apapun, termasuk oleh teknologi!
Pada saat guru bertemu siswa di kelas, apapun bisa kita bincangkan. Baik dari jenis kurikulumnya, metode pengajarannya, model pembelajarannya, buku sumbernya, alat pembelajarannya, desain pembelajarannya, proses belajarmya, proses  assesmentnya  sampai pada tindak lanjut.Â
Artinya, pertemuan guru dan siswa di kelas (kadangpun bisa di luar kelas) adalah puncak dari segala hal yang ada di sistem pendidikan itu sendiri yang akhirnya mengarah pada hasil akhir aktifitas sebuah proses pendidikan.Â
Pertanyaannya: Apakah setelah belajar (di kelas) siswa meningkat kompetensinya? Silahkan dengan dijawab sesuai kondisi pendidikan kita saat ini.
Kita sering abai, jarang memperhatikan, berapa prosen materi ajar yang bisa diterima siswa saat belajar di kelas dari proses pembelajaran hari itu? Atau pertanyaan fundamental lainnya, berapa jumlah siswa yang ideal dalam proses pembelajaran sehingga guru bisa mentransformasikan karakter, sikap dan ilmu pengetahuan serta skills kepada siswanya?
Maka, menurut saya, salah satu persoalan pertama yang harus diputuskan Mas Menteri Nadiem Makarim saat akan melakukan pembenahan sistem Pendidikan Nasional adalah menentukan dulu: Berapa jumlah ideal siswa di dalam kelas? Sederhana bukan!Â
Tapi implikasi dari menentukan jumlah siswa ini akan berdampak luar biasa. Baik terhadap kurikulum, infrastruktur pendidikan , nasib  guru (sertifikasi), kebijakan linearitas, kebijakan zonasi, moratorium CPNS guru  dan terhadap kualitas hasil proses pendidikan itu sendiri.