Talud Kumitir ini istimewa. Ekskavasi berhasil menyingkap tak kurang dari 100 meter panjang talud. Kemungkinan panjangnya akan bertambah.
Jika suatu ketika diketahui panjang dan bentuk asli dari talud ini (yang saat ini sudah demikian panjang ), maka para arkeolog akan makin penasaran dibuatnya. Bangunan apa yang dulu berdiri megah di atas Talud Kumitir ini? Rasa penasaran untuk sementara disimpan, karena proses penggalian masih berhenti. Belum ada izin dari pemilik lahan untuk melanjutkan penggalian.
Jika dihitung, untuk membuat talud setinggi itu diperlukan kurang lebih 23 buah bata merah yang ditumpuk dan sudah melalui proses penggosokan untuk menempelkan satu dengan lainnya. Kondisinya sangat lekat. Tidak mudah prothol (tercerai berai). karena satu dengan lainnya seakan dilekatkan dengan perekat yang kuat.
Talud ini sudah terkubur di bawah tanah dengan ketebalan antara 1 meter sampai 2 meter. Banyak pendapat diungkapan sebagai hipotesis terpendamnya Talud Kumitir ini. Ada yang mangatakan talud ini tertimbun abu letusan Gunung Kelud yang meletus berulang kali.
Pendapat lain, talud ini tertimbun material kiriman dari Sungai Pikatan yang mengalir didekatnya yang meluap akibat meluncurnya lahar dingin dari Pegunungan Anjasmara di sebelah Selatan.
Jika taludnya kecil, maka bagunan di pelataran talud juga kecil. Namun, jika talud yang bangun panjang dan lebar, tentunya arsitek  pembangunnya juga membangun sesuatu bangunan yang besar dan megah di atasnya. Akhirnya, Pak Wicaksono menunjukkan sebuah catatan di Kakawin Nagara Krtagama. Sebuah naskah kuno yang dikarang oleh Mpu Prapanca saat Raja Hayam Wuruk berkuasa.
Bunyinya:
.. samantara muwah bathara nara singha murtti sira mantuking sura pada, hanar sira dhinarmma de haji ei wengkeruttama siwarcca munggwi kumitir
..... sementara itu Baginda Raja Narasinga Murti pun berpulang ke sorga, tidak lama berselang oleh Baginda Raja diabadikan di Wengker dengan mengutamakan Arca Siwa di Kumitir. Nagara Krtagama Pupuh 41
Maka, tak salah kiranya para arkeolog menghubungkan Talud Kumitir ini sebagai tempat pendarmaan Nara singa, teman dekat, sahabat dan saudara sepupu dari Wisnuwardhana Raja Singhasari yang menurunkan raja terbesar Singhasari, Prabu Kertanegara.
Kemungkinan, di zaman Majapahit, di Kumitir inilah --yang termasuk batas istana Majapahit sebelah timur-- dibangun tempat yang megah sebagai bakti dari para cucu (yakni raja-raja dan keluarga istana Majapahit) pada kakek buyutnya yang dulu berkuasa di Singhasari.
Boleh jadi, ekskavasi Talud Kumitir akan sangat potensial menemukan sesuatu yang spektakuler di masa depan, karena di makam, dekat saya parkir kendaraan, banyak ditemukan bongkahan batu andesit yang biasanya digunakan sebagai bahan penyusun candi. Selain itu, ditemukan juga beberapa umpak yang berfungsi sebagai penyangga tiang. Bangunan apakah itu, kelak akan terjawab....