Mohon tunggu...
Teguh Hariawan
Teguh Hariawan Mohon Tunggu... Guru - Traveller, Blusuker, Content Writer

Blusuker dan menulis yang di Blusuki. Content Writer. "Menyurat yang Silam, Menggurat yang Menjelang " : (Nancy K Florida)

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Eksotisnya Tebing Breksi, Bekas Tambang Batu yang "Instagramable"

21 September 2018   03:36 Diperbarui: 21 September 2018   09:17 2288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selfi di pelataran Tebing Kedua. Bukan dukun

Tebing Breksi  merupakan salah satu contoh destinasi  wisata yang spektakuler. Tidak saja spektakuler lantaran tampilannya yang memang eksotis dan instagramable, tapi juga proses dari "barang bekas"  menjadi "barang siap jual"  sungguh sangat menginspirasi.

Sentuhan seni pemahat lokal, penataan tata ruang yang terkonsep dengan baik, dukungan dan kebijakan pucuk pimpinan daerah, kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah pada akhirnya mampu menyuguhkan objek wisata baru yang keren di Jogjakarta.  

Itu kesimpulan saya setelah berbincang dengan pak Suyanto, penjaga toilet di Tebing Breksi. Entah memang sudah jadi kebiasaan atau bagaimana. Begitu sampai lokasi objek wisata, toilet adalah tujuan utama yang saya harus dikunjungi. Mungkin termasuk Anda juga, he he he......

Siang itu, setelah turun bukit keluar dari objek wisata  Keraton Boko, kendaraan saya melaju di  jalur utama Prambanan - Wonosari. Aplikasi GPS Waze sudah saya setting mengarah ke Tebing Breksi.  

Tak sampai 10 menit, di sebuah pertigaan, GPS mengarahkan agar belok kiri. Masuk jalan beraspal yang agak sempit. Saya ikuti saja.  Ada satu dua bus yang parkir di pinggir jalan. Menjadikan  arus lalu lintas agak tersendat. 

Sepertinya, GPS mengarahkan lewat jalan-jalan kampung. Setelah beberapa belokan, akhirnya tiba di sebuah jalan tanah tidak beraspal. Tanahnya kering dan berdebu.. Lumayan lebar sebenarnya. Kendaraan pun melaju pelan dan sedikit berayun, mengikuti lekukan jalan. 

Saat akan mulai menanjak , tiba-tiba, kendaraan dihentikan oleh seseorang  yang memegang handy talky. "Berhenti dulu ya, Mas !" kata laki-laki paruh baya yang memegang HT . "Jalannya gantian," lanjutnya.  Ooo....., ternyata dari ujung jalan di atas bukit, sedang meluncur rombongan bus menuruni bukit. Karena jalan sedang direnovasi, tidak memungkinkan kendaraan untuk saling bersalipan. 

Ternyata, laki-laki paruh baya itu pengatur lalu lintas kendaraan keluar masuk ke lokasi wisata Tebing Breksi.  Begitu kami dipersilahkan jalan, tak sampai 10 menit sudah tiba di pelataran luas dan agak gersang. 

Pohon-pohon hijau, hanya tumbuh di sudut-sudut pelataran. Nampak  di depan ujung sana, seonggok tebing raksasa berwarna putih kuning kecoklatan berdiri kokoh. Kesan pertama saat datang, pastilah mengira ini adalah tempat penambangan batu kapur. Kesan itu adalah tidak salah. Ini memang tambang batu yang beralih fungsi

Gratis

Masuk lokasi bekas tambang batu ini, pengunjung tidak  ditarik tiket  Hanya ada biaya parkir. Mobil 5000 rupiah. Motor 2000 rupiah. Murah meriah. Semua mobil diarahkan parkir di area sebelah atas. Area bawah untuk parkir Bus dan motor. Segera, begitu turun dari kendaraan saya menuju ke toilet di pojok area  food court dan ketemu pak Suyanto. Udara panas mulai menyergap.

Kami berbincang agak lama dengan Pak Suyanto. Beliau bercerita panjang lebar asal mula tambang batu ini sampai jadi objek wisata. Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) dari Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan dipercaya mengelola  objek wisata yang lagi hits ini. 

"Dulu masyarakat sekitar sini adalah para penambang batu. Tapi  sekarang beralih pekerjaan menjadi pengelola objek wisata,"terang Pak Suyanto. 

Hmmmm.....Ini satu lagi contoh konkret, bahwa masyarakat juga mampu mengelola destinasi wisata dengan baik, asal diberi kesempatan serta dapat support dari pucuk pimpinan daerah. Plus  bimbingan dari instansi terkait.

Area food court
Area food court
Instagramable
Instagramable
Ukiran Naga dan Amphiteatre

Tanpa sentuhan tangan trampil, Tebing Breksi hanya menampilkan onggokan batu raksasa yang terlantar dengan kondisi sudah dikepras sana-sini, serta tanah gersang di sekitarnya. 

Tapi, dengan perencanaan yang matang, penataan ruang yang detil serta citarasa seni yang tinggi akhirnya Tebing Brkesi mampu tampil eksotis dan instagramable. Tebing  tersisa yang sudah dikepras di sana-sini di beberapa bagiannya telah  diukir (dipahat) menjadi karya seni pahat yang aduhai.

Di tebing  pertama, pengunjung disuguhi ukiran Naga yang menempel pada tebing. Di sampingnya dibuatkan tangga naik sempit menuju puncak tebing. Inilah ikon utama Tebing Breksi.

Di atas tebing I ada arca Semar. Dari atas tebing, akan nampak pemandangan indah di sekitar Prambanan dan sekitarnya. Jika kita longok ke bawah, di arah selatan pandangan akan menyapu area parkir dan amphiteatre. 

Amphiteatre berjuluk Tlatar Seneng ini dibangun sebagai tempat pertunjukkan seni. Di arah utara, ada jalur mobil off road. Pengunjung bisa keliling kawasan sekitar Tebing Breksi dengan naik jeep off road yang stand by di lokasi. 

Tapi jangan kaget kalau siang hari Anda akan kegerahan di lokasi ini. Ya, karena ini tambang batu yang gersang. Idealnya, datang pagi atau sore hari. Akan dapat pemandangan sunrise dan sunset menarik dari puncak tebing. 

Jangan lewatkan selfi di sini
Jangan lewatkan selfi di sini
Semar di pelataran Tebing Pertama, Tebing Breksi
Semar di pelataran Tebing Pertama, Tebing Breksi
Area parkir atas, dilihat dari Tebing Pertama
Area parkir atas, dilihat dari Tebing Pertama
Fotografer dadakan
Fotografer dadakan
Ukiran Wayang

Tebing Breksi saat ini masih terus berbenah. Selain ikon Ukiran Naga, pemahat lokal juga mulai menggarap ukiran di tebing kedua yang lebih besar. Ukiran pertama hampir jadi seratus persen. 

Menggambarkan tokoh Arjuna melawan Raksasa. Ini salah satu spot  favorit penggunjung untuk selfie. Di sisi tebing yang lain, sedang dikerjakan ukiran tokoh wayang. Entahlah tokoh apa yang sedang dukir di sana. Jelasnya, ke depan, sajian-sajian khas Jogjakarta akan mewarnai kawasan Tebing Breksi ini.

Amphiteatre Tlatar Seneng, tempat pertunjukkan seni
Amphiteatre Tlatar Seneng, tempat pertunjukkan seni
Ukiran adegan wayang di Tebing Kedua
Ukiran adegan wayang di Tebing Kedua
View dari Tebing II
View dari Tebing II
breksi-lho-5ba4082baeebe174a924e842.jpg
breksi-lho-5ba4082baeebe174a924e842.jpg
Di sisi Utara tebing kedua, sudah dibuatkan tangga lebar. Pengunjung dapat naik ke puncak tebing tanpa perlu antre. Di puncak tebing yang cukup luas, sudah disiapkan beberapa spot untuk selfie. Lagi-lagi itu semua disiapkan oleh penduduk. Pengunjung tinggal memilih mana yang disukai untuk berfoto. Ada yang model penjara. Karangan bunga berbentuk Waru tanda cinta. Banyak yang lain. 

Saya memilih spot yang bernuansa tradisional. Posisinya ada di ujung timur. Di tempat paling tinggi. Aneka bentuk gaman (senjata) tradisional sudah disiapkan untuk adegan foto. Ada keris, trisula, tombak, sampai gendewa dan anak panahnya. 

Kerisnya tidak hanya satu. Ada banyak. Saya ambil satu yang paling gede dan paling panjang. Jadilah foto saya seperti pawang hujan, he he he. Eits jangan lupa, memasukkan rupiah seikhlasnya pada omplong (kaleng tempat uang) pak Tua yang sudah menyiapkan spot ini 

Sekali lagi, siapkan topi kalau Anda datang siang hari ke tempat ini. Matahari begitu menyengat. Angin yang berhembus kuat di puncak bukit, tidak mampu mengusir gerah yang terus melanda. Sepertinya pengelola harus selalu merawat pohon-pohon yang mulai ditanam. 

Agar segera tumbuh subur dan rindang. Syukur-syukur kalau disiapkan beberapa gazebo, sekedar untuk ngiyup (berteduh) dan melepas penat. Sungguh sayang kalau hanya sebentar di puncak bukit ini gara-gara kepanasan. Viewnya sangat eksotis.  Nampak puncak-puncak Candi di sekitar Prambanan. Pemandangan sekitar Sleman juga memberi nuansa segar ke mata.

Selfi di pelataran Tebing Kedua. Bukan dukun
Selfi di pelataran Tebing Kedua. Bukan dukun
Jeep sudah menanti
Jeep sudah menanti
Ukiran Naga
Ukiran Naga
Ke depan, saya yakin Tebing Breksi akan makin hits. Penataan tata ruangnya lumayan bagus. Tinggal menambah toilet di beberapa titik. Juga gazebo untuk berteduh. Serta melengkapi dengan pahatan-pahatan baru yang terkonsep karena masih banyak tebing yang "perawan".  Paling membuat saya  terkesan adalah model pengelolaan yang sangat membumi. 

Melibatkan masyarakat sekitar secara keseluruhan. Secara otomatis akan meningkatkan penghasilan. Menumbuhkan ekonomi kreatif. Siang itu saja, tak kurang dari 30 Bus yang parkir di lokasi. Belum kendaraan roda empat serta ratusan motor. Saya yakin,  ke depan wisata jogjakarta akan makin moncer ditunjang keberadaan Tebing Breksi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun