Di halaman pertama lokasi candi, ada beberapa artefak yang terpencar-pencar. Paling menarik di halaman pertama ini adalah sosok yang berdiri tegak di bawah naungan pohon besar. Saya dan Pak Syukron mendekatinya.Â
"Orang sini menyebut patung ini, Mbah Bodo," jelas pak Syukron. Patung/ arca yang dimaksud pak Syukron adalah Arca Dwarapala yang identik sebagai penjaga gerbang sebuah kompleks percandian. Wajahnya seram. Postur tubuhnya seperti raksasa atau monster. Ciri khasnya, arca ini selalu memegang Gada.Â
"Biasanya ada dua pak, patungnya? " tanya saya.Â
"Ya, satunya ada di pojok sana, dekat rerimbunan," terang pak Syukron sambil telunjuknya menunjuk rerimbunan di arah Timur.
Tepat di samping Arca Dwarapala, ada tangga naik yang tersusun dari batu-batu andesit. Saya jumpai lagi ada 2 Arca Dwarapala di teras kedua. Ukuran arcanya lebih kecil dari arca di teras/ halaman pertama.Â
Menariknya, di salah satu kaki Arca Dwarapala ini tertulis angka tahun 1360 Saka. Jika ditambah 78 tahun, menjadi 1438 Masehi.  Menandakan arca dan candinya  dibangun di masa Kerajaan Majapahit.
Temuan ArcaÂ