Tiga Balung Buto (Tulang Raksasa) kembali ditemukan di Sangiran tahun 2017. Di tiga lokasi terpisah, Harsono, Saroni dan Santoso menemukan fosil hewan raksasa purba yang makin meyakinkan bahwa Sangiran adalah tempat hidup vertebrata (hewan bertulang belakang) dan hominid (ras manusia) di masa lalu.
Begitu peneliti asing tiba,  terutama saat Ralph Von Konigswald  mau "membayar"  balung buto itu dengan Gulden atau bahan makanan, maka  gambaran mitos pun berubah secara radikal.  Ternyata Balung Buto identik dengan uang dan bahan pangan.
Nah, Â penemuan terbaru tahun 2017 ini makin memperpanjang deret penemuan-penemuan tulang-tulang raksasa di Sangiran yang saat ini sudah dimasukkan sebagai zona cagar budaya dengan luas 59km persegi.
Ilmuwan palaeantropologi (juga masyarakat sekitar) sangat yakin di kerak bumi Sangiran masih terkubur kekayaan fosil yang tak ternilai harganya.
Pertama, Â Harsono di tanggal 14 September 2017 menemukan tulang kaki depan Gajah Purba.
Lalu, tanggal 29 September 2017, Â Santoso menemukan sebuah tulang paha gajah purba (Femur Proboscidea), di desa Dayu Kecamatan Gondangrejo.
Penemuan terakhir terjadi tanggal 2 Oktober 2017 saat Saroni menemukan tulang rusuk gajah purba (Crostae Proboscidea).Â
Ketiga Balung Buto (tulang raksasa itu) saat ini terpajang sebagai salah satu koleksi Museum Sangiran, Â klaster Krikilan. Â Menariknya, Â ketiga temuan itu ada di lapisan Kabuh, yaitu lapisan berusia 700.000 - 500.000 tahun yang lalu.
Sebagai gambaran besarnya ukuran Balung Buto, penulis letakkan sebuah balpoin dengan panjang sekitar 15cm. Nampak terlihat bahwa ukuran tulang raksasa ini sangatlah besar. Tidak ada saat ini vertebrata yang tulangnya seukuran itu.Â
Maka, Â kita sangat mengapresiasi pada warga Sangiran yang masih mendahulukan kepetingan dunia ilmu pengetahuan dibanding sekedar kepulan asap dapur dengan melaporkan temuannya ke instansi terkait. Mudah mudahan ke depan temuan temuan yang ada akan terkumpulkan dan para ahli akan mampu merekonstruksi wujud raksasa dari pemilik Balung Buto itu. Semoga.
noted : nulis via mobile, perlu kesabaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H