Makanya begitu kerangka tulisan saya diamputasi dan harus ganti tema serta judul baru, saya segera menghilang dari peredaran di Sakura Room lantai 8, Hotel Kartika Graha. Saya kelayapan menuju Jalan Wilis, ke pusat buku bekas di Malang. Mencari buku referensi sesuai tema yang sudah disetujui pak Sarkawi. Alhamdulillah, akhirnya nemu juga 2 buku referensi seharga 35 ribu dan 68 ribu.Â
Judulnya: Cina dan Soekarno. Satunya, Hoakiu di Indonesia, karya Pramoedya Ananta Toer, yang nama ini banyak terdengar di telinga saya saat di sesi sejarah kemarin. Tak lupa, segera telpon yang di rumah agar segera meluncur ke Malang yang jaraknya 50Km untuk mengantar buku Riwayat Cina Peranakan, Onghokham, yang tanpa sengaja pernah saya beli di Grati Pasuruan saat  hadir di seminarnya Prof. David Reev.
Dari hasil dengar sana-dengar sini, mayoritas peserta sering mengabaikan footnote. Padahal ini penting, agar terhindar dari malpraktik plagiarism dan memasukan asumsi yang bukan fakta dalam tulisan.Â
Sebenarnya sih, ini membuat tulisan jadi lebih rigid dan sedikit akademis. Tapi paling tidak, pengalaman ber-footnote ria anggap saja selingan disamping coffe break yang selalu menyuplai para peserta dengan setia di setiap pergantian sesi.  Bahkan yang makin membuat betah berlama-lama di ruangan pelatihan karena disini juga ada reuni mini Kompasianer Malang (Bolang) yang saling  sering ber ha ha hi hi. Salam buat pak Abdul Malik, Moh Malik dan Himam Miladi.Â
Menariknya, Ibu Direktur Sejarah juga menyampaikan, disamping kegiatan pelatihan yang sudah digelar di Malang, lalu dilanjutkan bulan Maret di Semarang dan Medan, masih ada 5 event fasilitasi sejarah yang menarik. Mulai dari Penulisan Buku Sejarah, Buku Sejarah oleh MGMP Sejarah,  Membuat Event Sejarah, Film Sejarah dan Aplikasi Kesejarahan.Â
Dananya, tak tanggung-tanggung. Antara 50juta-100juta bagi proposal yang disetujui oleh Direktorat. Batas pengumpulan proposal, 2 Maret 2018. Harapan saya, para pasien "penyakit" Virus Menulis Sejarah ini akan jadi salah peserta yang terfasilitasi, karena mereka adalah bunga-bunga indah pengisi Taman Literasi Sejarah yang memiliki otak reptil dan mamalia serta neocortex yang  sangat potensial kata Profesor Joko Saryono. Semoga.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H