"Arca Wisnu naik garuda menggambarkan cerita Garudeya, yang menceritakan asal mula Garuda menjadi kendaraan Dewa Wisnu. Diperkirakan arca ini berasal dari relung utama Percandian Belahan dan diduga sebagai arca perwujudan Raja Airlangga" ...dst
Begitulah informasi singkat yang tertulis di papan data di samping Arca Wisnu Naik Garuda, koleksi Museum Majapahit, Trowulan (Pusat Informasi Majapahit), Mojokerto. Bernomor inventaris 405. Sepertinya tidak ada masalah dengan papan informasi ini. Tentunya pengunjung museum, apalagi para pelajar sekolah dasar sampai tingkat menengah, yang akhir-akhir sedang giat literasi dan menulis laporan kunjungan, akan mencatat persis seperti yang tertera di di papan data tersebut. Tentunya "ilmu" yang mereka peroleh tentang Arca Wisnu naik Garuda itu akan tertanam dan tersimpan sebagai memori. Apalagi di belakang arca ada banner besar foto Patirthan Belahan, makin yakinlah mereka (kita) akan keberadaan arca tersebut di Belahan.
Pendapat yang dianut sampai saat ini bahwa Arca Wisnu Naik Garuda berasal dari Candi Belahan (Patirthan Belahan) atau masyarakat menyebutnya Candi Sumber Tetek (karena ada arca yang mengeluarkan air dari payudaranya) bermula dari gagasan N. J. Krom (1923). Bahkan lebih jauh Krom mengganggap Patirthan Belahan adalah bangunan peringatan yang diabdikan untuk Raja Airlangga setelah raja itu wafat, demikian ungkap Agus Aris Munandar, profesor arkeologi dari Universitas Indonesia. Namun, pendapat Krom tersebut ditentang oleh Th. A. Resink (1968), yang menyimpulkan Belahan bukan dari zaman Airlangga, bahkan sangat mungkin dari zaman Sindok (929-947M), karena di dekat Candi Belahan ditemukan Prasasti Cungrang.
Bisa jadi, relung dangkal itu sebenarnya adalah tempat arca kecil yang sebenarnya adalah prasasti/sengkalan yang menandakan saat pembangunan Belahan terjadi Gerhana Bulan. Saat ini, arca sengkalan ini teronggok di sisi depan kanan candi utama Belahan, bersama sebuah lingga dan fragmen arca.
Karena ini menyangkut pendapat yang masih kontroversial (hal yang biasa dalam ilmu pengetahuan), seyogyanya, pihak Museum Majapahit berhati-hati dalam memberikan informasi kepada khalayak terutama guru, apalagi pelajar. Karena begitu informasi itu tersampaikan, maka akan jadi memori yang tersimpan di otak sepanjang jaman sampai ada informasi berikutnya yang "membenarkannya atau menolaknya".
Jadi sebaiknya, di papan informasi, tidak perlu dituliskan asal usul Arca Wisnu Naik Garuda (yang masih kontroversi), termasuk banner besar yang mewakili bangunan Patirthan Belahan, karena itu akan makin meyakinkan pengunjung (pembaca) bahwa Arca Wisnu Naik Garuda benar-benar berasal dari Belahan. Agaknya ke depan memang perlu dirunut kembali di catatan-catatan Belanda tentang asal usul arca yang sekarang tersebar di berbagai museum. kadang memang tidak jelas asal-usulnya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H