Mohon tunggu...
Teguh Hariawan
Teguh Hariawan Mohon Tunggu... Guru - Traveller, Blusuker, Content Writer

Blusuker dan menulis yang di Blusuki. Content Writer. "Menyurat yang Silam, Menggurat yang Menjelang " : (Nancy K Florida)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Goa Lawah, Harmoni Eksotis: Goa, Pura, Kelelawar dan Pantai

11 Oktober 2015   12:58 Diperbarui: 11 Oktober 2015   22:26 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siang itu saya  melintas di jalan By Pass Ngurah Rai yang padat. Lurus ke Utara sampai Batubulan. Tak lama tiba di jalan By Pass Prof Ida Bagus Mantra.  Jalannya dua jalur. Lebar  dan mulus. Makin ke Timur, jalanan makin mengasyikan.. Ada pemandangan pantai di sisi kanan. Setelah jembatan besar ada bukit-bukit hijau di sisi kiri. Jalanan sedikit lengang. Tak lagi hiruk pikuk dan ribet seperti di Denpasar. Jalan ini merupakan penghubung Denpasar, Gianyar, Klungkung dan Karangasem. Akhirnya, tak sampai sejam, jalan yang semula dua jalur, menyatu lagi. Pertanda sudah sampai di tujuan: Goa Lawah Klungkung.

Goa Lawah

Goa Lawah ada di sisi kiri jalan Denpasar–Klungkung. Sesaat setelah parkir kendaraan, saya lihat pemandangan sekeliling sangat mengasyikkan. Ada banyak pohon yang dibiarkan tumbuh membesar menaungi beberapa bangunan. Walau udaranya gerah, tapi suasananya hijau dan asri. Di seberang jalan, di arah Selatan  tersembunyi di balik deretan warung kecil, ada pantai berombak tenang. Sambil sesekali memotret, saya berenam (Darmaji, P Gunarso, P Bambang, P Aji, dan P Said) berjalan beriringan ke arah Barat mencari pintu gerbang objek wisata Goa Lawah. Ada papan nama bertuliskan: Pura Sad Kahyangan. Sambil berjalan menuju loket, beberapa gadis Bali, memakai t-shirt dan berkain, menawarkan dagangannya. Aneka asesoris berupa penjepit, kalung,  gelang dan manik-manik. Tidak ada akik… he he he . Ulet sekali mereka menawarkan. Sedikit menolak saya bilang, nanti saja!

Setelah membayar tiket dan memakai kain serta selendang, saya tahu dari petugas kalau Goa Lawah ini termasuk satu dari 6 Pura utama di Bali. Konon dibangun sebelum datangnya Gajah Mada ke pulau Bali. Digunakan umat Hindu untuk menyembah Tuhan yang dimanifestasikan sebagai Dewa Laut.

Karena penasaran, saya berenam bergegas memasuki sebuah Gapura Bentar yang dibaliknya terdapat areal yang ditata seperti taman sari. Penuh bunga dan arca. Ada satu Bale dibangun di sudutnya.  Ada serombongan turis mancanegara yang juga hadir di tempat itu.

Selepas pelataran taman, semua pengunjung diarahkan memasuki Gapura Paduraksa berjejer tiga di sisi kiri. Mengikuti  tulisan Ngeranjing yang artinya Masuk. Ternyata di balik gapura inilah Goa Lawah berada. Dari jauh, Goa Lawah  terlihat ada di bawah bukit. Berupa ceruk  dengan  lebar kurang lebih 20 meter.

Goa, Pura , Kelelawar dan Pantai

Sembari melihat sekeliling, saya mendekat ke arah goa. Bau harum dupa semerbak dimana-mana. Di depan goa, ada beberapa bangunan kecil tempat meletakkan sesaji. Dibangun agak tinggi dibanding pelataran di depan goa. Ini disebut pelinggih. Di sisi kiri goa ada Meru besar bertingkat. Saat itu ada seorang  umat Hindu melakukan upacara.  Seperti yang disampaikan petugas loket tadi,  ini bukan sekedar goa, tapi sebuah  Pura!

Goa Lawah artinya  Goa Kelelawar. Tak heran, saat mendongak ke mulut goa, ribuan kelelawar menempel bergantungan berebut tempat. Suaranya mencicit bersahutan di seantero bukit. Sesekali beberapa ekor berterbangan mengitari Pura. Sangat unik dan  eksotis.

Tak sampai sejam, saya dan rombongan bergegas meninggalkan Pura Goa Lawah. Berjalan beriringan menuju loket masuk. Mengembalikan kain dan selendang. Tak dinyana, begitu mau keluar meninggalkan lokasi,  seorang gadis penjual asesoris sudah menunggu di gerbang utama.  Begitu dekat, ditawarkan lagi asesorisnya. Sambil tersenyum saya menolak halus. Tapi mereka menagih,” Katanya tadi,  nanti saja. Berarti sekarang ya belinya!”. Alamak……. Akhirnya menyerah wis. Mengeluarkan sepuluh ribu rupiah untuk 3 asesoris khas Bali.

Naga-naganya, teman penjual asesoris juga mulai bangkit dan beranjak mendekat. Tanpa berlama-lama saya dan rombongan segera menjauh. Menyeberang jalan menuju pantai. Menikmati semilir sepoi di pesisir Goa Lawah. Garis pantainya melengkung indah. Sayangnya kurang terawat, karena banyak onggokan sampah di beberapa tempat. Beberapa bocah bermain layang-layang dengan riang. Mengingatkan masa kecil yang jago layangan.

Pantai Goa Lawah pasirnya hitam. Menandakan kandungan besinya yang lumayan dominan. Semoga tidak ada keinginan menambang seperti yang ada di Lumajang. Bali memang menawan

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun