Mohon tunggu...
Teguh Hariawan
Teguh Hariawan Mohon Tunggu... Guru - Traveller, Blusuker, Content Writer

Blusuker dan menulis yang di Blusuki. Content Writer. "Menyurat yang Silam, Menggurat yang Menjelang " : (Nancy K Florida)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menelisik Keindahan Taman Ayun

3 Oktober 2015   07:32 Diperbarui: 3 Oktober 2015   08:42 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Taman Ayun, objek wisata Bali yang selalu bikin penasaran. Akhirnya, setelah beberapa kesempatan terlewatkan, tiba juga saya di tempat ini. Itupun setelah beberapa kali balik arah karena salah jalan dan beberapa kali berhenti untuk bertanya ke penduduk. Warga Bali yang ramah dengan sabar menunjukkan lokasinya, yang ternyata dekat Pasar Mengwi.

Begitu sampai di  tempat parkir saya memandang sekeliling. Kompleks Pura Taman Ayun cukup luas dan asri. Ada pagar batu mengelilinginya. Kolam besar, airnya tenang berwarna hijau kebiruan melingkupi Pura peninggalan Raja Mengwi ini. Banyak turis domestik maupun asing yang juga berbondong-bondong mengunjungi tempat ini.


Arsitektur

Dari tempat parkir di pinggir kolam besar, saya dan Darmaji melangkah memasuki sebuah gapura Paduraksa berukir khas Bali. Di balik gapura ada pelataran berpaving yang cukup luas. Dalam kaidah arsitektur Bali pelataran ini disebut Jaba. Antara pelataran luar dan pelataran dalam dipisahkan oleh kolam besar yang mengelilingi pura. Untuk memasuki Pura, pengunjung harus melewati jembatan dan melewati Gapura Bentar. Di jalan masuk ada depan jembatan terdapat sepasang arca besar. Jangan lupa bayar tiket ya, setelah melewati jembatan, hehehe.

 

 

Sesaat tiba di balik gerbang, ada jalan berpaving yang membelah halaman pertama pura. Pemandangan asri dan segar. Di sisi kiri ada pemandangan yang mencuri perhatian. Sebuah kolam kecil dengan bunga teratai yang belum mekar. Ditengahnya ada pancuran. Memancarkan air ke sembilan arah mata angin. Waupun mancurnya kecil tapi tetap keren.

Di sisi kanan ada bangunan semacam pendopo. Orang Bali menyebutnya Wantilan. Di dalam pendopo yang dibangun mirip amphiteater mini dengan tangga sekeliling, saya melihat di tengahnya ada beberapa patung yang menunjukkan aktifitas sabung ayam ala Bali, Tajen.

 

 

Dari halaman pertama pura, kaki melangkah menuju halaman kedua. Tepat di ujung jalan, gerbang besar menghadang. Dibangun lebih tinggi dari halaman pertama. Bentuknya Gapura Bentar penuh ukiran khas Bali. Bergegas saya melewatinya untuk menuju halaman ketiga. Pemandangan sekeliling tetap menawan. Banyak arca-arca kecil dan bangunan-bangunan Bale beratap ijuk. 

Untuk memasuki halaman ketiga yang dibangun paling tinggi dan dianggap tersuci, sebenarnya ada Pintu Utama yang disebut Pintu Gelung. Namun dibuka hanya pada saat ada upacara adat saja. Jadi, saya dan pengunjung lainnya harus belok kiri menyusuri sebuah lorong yang di sisi kanannya ada pagar batu sebagai pembatas. Di balik pagar pembatas ada kolam. Nah di tengah kolam inilah halaman ketiga Pura Taman Ayun berada.  Di pelataran ini dibangun beberapa Meru berderet rapi. Dari yang hanya memiliki tiga tingkat sampai yang menjulang sampai sebelas tingkat. Nampak pula beberapa bangunan lain yang mirip-mirip candi dan padmasana serta bangunan khas Bali lainnya. 

 

 

 

Sejarah

Dari fisik kayu bangunan dan ukiran, usia Pura Taman Ayun memang nampak tua. Tapi tetap cantik dan artistik. Menurut petugas, pura ini dibangun oleh Raja Mengwi, I Gusti Agung Putu, sekitar tahun 1634. Merupakan Pura Paibon atau Pura Ibu bagi Kerajaan Mengwi. Di bangun di pelataran berukuran sekitar 100 m x 250 m, dikelilingi kolam besar. Konon, sudah dilakukan beberapa kali renovasi untuk menjaga keberadaan salah satu objek wisata andalan Pulau Bali ini.

Dengan suguhan arsitektur, ukiran yang menawan serta lingkungan yang asri, walau diterpa panas yang menyengat, tak terasa walau sudah lebih dari dua jam saya berada di tempat ini. Hmmm... Bali memang menawan. 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun