Berita ditemukannya situs "kanal" di Trowulan, 12 Mei 2015, sangat mengundang rasa penasaran. Apalagi jika itu situs baru digali dan dimunculkan dari timbunan tanah, sepertinya wajib untuk ikut-ikutan segera mengunjunginya. Ya, namanya hobi blusukan.. he he he.  Bersyukur, akhirnya keinginan pun terwujudkan. Akhir Juni 2015 lalu, saya pun berkesempatan ke Trowulan, Mojokerto. Tempat bersejarah terbaik dan terlengkap yang  "menyimpan" berbagai peninggalan masa Majapahit.
Perdebatan
Sudah lama, keberadaan Kanal (saluran air) di kota kuno Majapahit di Trowulan menjadi perdebatan. Prof. Mundardjito, menganggap bahwa hasil foto udara yang menunjukkan adanya  garis-garis di bawah tanah merupakan kanal-kanal yang sengaja dibangun di kota Majapahit. Namun pendapat ini ditolak oleh Agus Aris Munandar, arkeolog UI yang intens mempelajari Majapahit dan banyak karyanya tentang Majapahit bertebaran di toko buku. Prof. Agus Munandar secara gamblang mengatakan: Tidak Ada Kanal di Kota Majapahit.
Kanal ?
Untuk mengobati rasa penasaran lantaran adanya  dua pendapat berbeda dari dua arkeolog terkemuka negeri ini serta ingin melihat dengan mata kepala sendiri situs terbaru Majapahit, saya pun meluncur ke Dusun Nglinguk, Desa Trowulan, Kecamatan Trowulan, Mojokerto. Walau sudah tahu ancer-ancernya, karena memang sangat sering ke Trowulan, namun tetap harus tanya ke sana kemari untuk menuju ke situs dimaksud. Ternyata letaknya di sebelah barat Pendopo Agung Trowulan. Dari perempatan Trowulan, terus saja ke arah Barat. Akan sampai di sebuah jalan makam. Masuk ke kiri menuju kebun tebu. Jalan sudah berpaving. Tapi 50 meter mendekati situs kembali jalan tanah alami lagi.
Situs struktur batu bata di Dusun Nglinguk ini terletak di sebuah lahan bekas galian tanah yang digunakan sebagai bahan pembuat bata merah. Di dekatnya terdapat beberapa gubuk tempat pembakaran bata merah. Jadi, tanpa sengaja, saat para pembuat bata merah ini menggali tanah, pada kedalaman sekitar 1 meter dari permukaan tanah mereka menemukan struktur batu bata ini.Â
Melintang
Secara kasat mata, dilihat dari bentuknya, struktur batu bata di Trowulan ini memang layak disebut saluran air. Entah pengairan irigasi atau keperluan untuk kebutuhan sehari-hari. Bentuknya unik karena melintang pada arah yang berbeda. Struktur pertama panjangnya sekitar 6-7 meter melintang ke arah Utara - Selatan. Struktur kedua melintang arah Barat daya sepanjang 3 meter. Â Kedalaman saluran struktur bata sekitar 40-50 cm.
Sayangnya, dimana ujung pangkal struktur batu bata ini masih belum diketahui. Di ujung Barat daya masih terpendam dalam tanah dan di atasnya jalan setapak. Di ujung satunya juga terpendam dalam tanah setinggi lebih kurang 1 meter dan merupakan sawah milik pribadi. Bahkan, kata ibu pembuat bata merah, selain struktur bata, ditemukan pula di situ serpihan gerabah. Tentunya perlu ekskavasi lebih lanjut untuk mengetahui ke arah mana struktur batu bata ini berlanjut.
Sekali lagi penemuan ini sangat menarik dan semakin mengukuhkan bahwa Trowulan memang merupakan situs kota kuno terlengkap yang pernah ada di Indonesia.Â
Â
Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H