Mohon tunggu...
Teguh Hariawan
Teguh Hariawan Mohon Tunggu... Guru - Traveller, Blusuker, Content Writer

Blusuker dan menulis yang di Blusuki. Content Writer. "Menyurat yang Silam, Menggurat yang Menjelang " : (Nancy K Florida)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Situs Pancuran Mungkur yang Ternistakan

17 Januari 2014   14:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:44 669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun Saka 1281 atau 1359 Masehi, Raja Hayamwuruk pesiar keliling Negara menuju Lumajang. Beliau diiringi seluruh raja Jawa serta permaisuri, Abdi Menteri, tanda, pujangga dan pembesar kerajaan. Tentu saja termasuk rombongan besar prajurit Majapahit. Kabar ini tertulis detil dan mengisi hampir seperempat kakawin Nagara Krtagama, tepatnya Desawarnana yang disusun oleh Mpu Prapanca. Perjalanan sang Prabu itu berlangsung kurang lebih dua bulan lamanya.

Tertarik dengan kisah itu, saya mencoba napak tilas sedikit demi sedikit perjalanan kolosal itu. Sengaja napak tilas ini tidak dari awal keberangkatan, tapi mulai ketika sang prabu meninggalkan ibukota Majapahit di Trowulan sampai batas timur Kabupaten Mojokerto dan masuk wilayah Kabupaten Pasuruan sekarang. Tepatnya seperti yang tertulis di pupuh 18 kakawin Nagara Krtagama, saat dimana sang Prabu meninggalkan Kapulungan dan tiba di Pancuran Mungkur.

ndah prapteng pancuran mungkur atiki karining syandanenjing mararyyan

lampahning kawya nimpung sumeperi sawungan manglawad wandu wargga (18: 6a-6b)

Pagi-pagi telah tiba di Pancuran Mungkur, Sri Nata ingin rehat

Sang rakawi menyidat jalan, menuju Sawungan mengunjungi akrab (Nagara Krtagama 18: 6a-6b)

Para arkeolog mengidentifikasi Pancuran Mungkur terletak di Desa Gunung Gangsir. Kira-kira 45 menit dari Prigen, rumah saya. Di sana Hayam Wuruk dan rombongan beristirahat. Saya segera meluncur ke Desa Gunung Gangsir. Ternyata di sana terdapat sebuah candi besar dan terbuat dari bata merah. Dulu ada yang menyebut candi ini sebagai Candi Keboncandi, karena terletak di Dusun Keboncandi. Tapi sekarang lebih dikenal sebagai Candi Gunung Gangsir, lantaran terletak di Desa Gunung Gangsir. Anehnya, Mpu Prapanca sama sekali tidak mengusik atau menuliskan keberadaan candi ini di kakawinnya. Artinya, Pancuran Mungkur bukanlah Candi Gunung Gangsir!

[caption id="attachment_306510" align="aligncenter" width="448" caption="Candi Gunung Gangsir "]

13899417211168144398
13899417211168144398
[/caption]

Penasaran keberadaan Pancuran Mungkur saya coba gali informasi tentang situs terdekat dengan Gunung Gangsir. Oleh juru pelihara Candi Gunung Gangsir, saya diarahkan ke situs berupa pemandian di Dusun Kepuhrejo. Tidak menyia-nyiakan waktu, saya pun meluncur menuju Situs Kepuhrejo. Jaraknya hanya 1 kilometer di Tenggara Candi Gunung Gangsir. Selepas jalan utama, saya belok ke arah selatan masuk sebuah gang kecil.

[caption id="attachment_306511" align="aligncenter" width="512" caption="Pintu masuk ke Dukuh Kepuhrejo"]

13899417501773201927
13899417501773201927
[/caption]

13899418491742276775
13899418491742276775

[caption id="attachment_306522" align="aligncenter" width="576" caption="Pancuran Mungkur ? (Foto Ekarici Ditta Rahmadani)"]

13899422311253981280
13899422311253981280
[/caption]

Saya sempat mencari-cari lokasi seperti yang digambarkan jupel Candi Gunung Gangsir. Oleh penduduk saya ditunjukkan pada lokasi pembangunan Tol Gempol-Pasuruan yang sedang dikerjakan. Akhirnya, saya pun tiba di sana dan terpana. Jika benar ini Pancuran Mungkur maka situs ini sudah hancur. Pemandian Kuno ini telah terkoyak. Luluh lantak. Mungkin sebentar lagi tertimbun tanah. Tergilas pembangunan Jalan Tol Gempol-Pasuruan.

Namun ada yang menarik dicermati. Di sisi barat bekas pemandian ini masih berdiri tegak sebuah pohon besar nan rindang. Memayungi sebuah makam yang mungkin saja merupakan tokoh/sesepuh masyarakat Dusun Kepuhrejo. Sampai saat ini keberadaan makam itu nampaknya tidak tersentuh oleh hiruk-pikuk pembangunan Jalan Tol. Mungkin juga sudah ada kesepakatan jika jalur Tol dibelokkan sehingga tidak sampai menerjang makam.

1389941889615692565
1389941889615692565

13899419211201476774
13899419211201476774

13899419522006854598
13899419522006854598

[caption id="attachment_306517" align="aligncenter" width="512" caption="Batu-batu candi yang tersisa"]

13899419871918120505
13899419871918120505
[/caption]

Seyogyanya Pancuran Mungkur juga diberi kesempatan yang sama. Sungguh sangat disayangkan, jika nasib Pancuran Mungkur terabaikan bahkan ternistakan. Seyogyanya, pemimpin proyek atau siapapun yang mempunyai “kuasa” disini punya empati. Terutama BPCB, pemerintah daerah dan seterusnya. Jika memang keberadaan Pancuran Mungkur tidak bernilai arkeologis dan tak bisa diselamatkan lantaran ada kepentingan yang “lebih besar”, paling ada upaya untuk mengumpulkan dan memindahkan batu-batu kuno di Pancuran Mungkur. Mungkin bisa dikumpulkan di halaman Candi Gunung Gangsir. Sebagaitetenger bahwa dulu di Kepuhrejo pernah ada pemandian kuno yang disinggahi Raja Hayam Wuruk dan rombongan besarnya kala melakukan perjalanan ke Lumajang.

13899420392025000566
13899420392025000566

1389942072364229471
1389942072364229471
Artikel ditulis sebagai bagian dari: Napak Tilas Nagara Kertagama: Mencari Jejak Madakaripura Artikel sebelumnya : Serpihan Majapahit di Banyu Biru

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun