[caption id="attachment_254366" align="aligncenter" width="500" caption="Candi Sukuh di Teras III (dok pribadi)"][/caption]
Tiba dan menjelajah di Lereng Barat Gunung Lawu membuat saya terpana. Selain Eloknya  Batu Permata yang baru ditemukan, ternyata permata sesungguhnya yakni  si Candi Sukuh juga sangat mengagumkan.  Candi ini  berciri punden berundak.  Unik. Mirip tinggalan masa Megalithikum.  Biasanya candi dengan genre punden berundak di bangun dengan menempelkan bagian belakangnya di dinding bukit/ gunung. Tapi tidak demikian halnya dengan Sukuh. Kompleks Candi  Sukuh dibangun di sebuah pelataran puncak bukit. Candi induknya terletak di teras ketiga. Alas Candi Induk berdenah segi empat. Makin ke atas makin kecil,  membentuk Trapesium.  Di puncak candi terdapat bangunan berbentuk kubus. Ada tangga naik di depan untuk menuju puncak melalui sebuah lubang diatap badan dan atap candi. Tangga naik hanya cukup dilalui satu orang. [caption id="attachment_254367" align="aligncenter" width="500" caption="Tangga naik ke puncak dengan arca Bulus di depannya (dok pribadi)"]
Candi Erotis Kompleks Candi Sukuh dibangun secara bertingkat (berteras). Di Teras I terdapat sebuah Gapura. Kondisinya masih lumayan bagus. Gapura di Teras II kondisinya memprihatinkan. Gapuranya hampir runtuh. Namun, masih ada bekas arca dwarapala sebagai penjaga pintunya. Lalu naik lagi ke Teras III. Di Teras III inilah Candi Sukuh berada.  Sebelum ke Candi Induk, sebaiknya menimati tinggalan di tersa III. Di pelatarannya banyak dijumpai beberapa artefak kuno yang sangat menggoda. Jika dari tampilannya saja Candi Sukuh sudah  menyisakan banyak pertanyaan,  maka artefak dan ornamen-ornamen di Candi Sukuh juga menyajikan sejuta cerita yang penuh gelora . Erotisme tanpa tedeng aling-aling dimunculkan secara vulgar oleh para Silpin-nya (pemahat arca). [caption id="attachment_254372" align="aligncenter" width="210" caption="Vulgar tidak proporsional (dok pribadi)"]
Bila dihubungkan dengan relief cerita yang lain, yakni Sudhamala, ini nampaknya saling berhubungan. Relief  Sudhamala erat kaitannya dengan tradisi ruwat meruwat. Meruwat maknanya membuang sial, membuang sebel,  membuang kejahatan dari jiwa seseorang. Mensucikan diri. Tak heran bagian depan candi induk ini juga disebut juga Gapura Pangruwat.
Tak berhenti sampai di situ,  masih ada "permata"  lain di Candi Sukuh. Di pelataran Teras III sebelah kanan, ada dua arca patung Garuda. Ada yang menghubungakan ini dengan cerita Garudeya. Pembebasan seorang ibu oleh anak-anaknya yang setia pada orangtua, dari kejahatan dan konspirasi ular naga. Sayangnya arca-arca garuda ini tanpa kepala. Menariknya di bagian belakang Garuda,  yang sayapnya merekah ini terdapat deretan inskripsi Jawa Kuno. Sayangnya, sang juru kunci pun tak mampu berbagi cerita. Dan begitu kjta akan meninggalkan pelataran Teras III, tepat di sisi kiri Candi Induk, agak ke bawah terdapat relief  Pandai Besi diwujudkan dalam sosok  Gajah. [caption id="attachment_254380" align="aligncenter" width="500" caption="Diapit dua Arca garuda (dok pribadi)"]
Sangat asyik berlama-lama di kompleks candi Sukuh ini. Lingkungannya teduh,  asri dan tamannya tertata rapi. Ada beberapa pohon besar, rindang menaungi pelataran. Udara segar berhembus menyelusup dari lereng gunung. Di arah Barat dan Utara terhampar pemandangan indah. Desa dan kota-kota di Jawa Tengah nampak kecil nun jauh di sana.  Mungkin ini juga ada hubungannya denga relief  Sudhamala. Jika ke Candi Sukuh akan bisa meruwat batin. Membersihkan batin dari hiruk pikuk keseharian yang kadang tanpa makna. [caption id="attachment_254382" align="aligncenter" width="500" caption="Cocok untuk meruwat batin.. teduh sejuk dan indah (dok pribadi)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H