Mohon tunggu...
Teguh Hariawan
Teguh Hariawan Mohon Tunggu... Guru - Traveller, Blusuker, Content Writer

Blusuker dan menulis yang di Blusuki. Content Writer. "Menyurat yang Silam, Menggurat yang Menjelang " : (Nancy K Florida)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tidak Usah ke Mexico, ada Chichen Itza nan Erotis di Lereng Lawu

16 Mei 2013   15:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:29 1577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_254366" align="aligncenter" width="500" caption="Candi Sukuh di Teras III (dok pribadi)"][/caption]

Tiba dan menjelajah di Lereng Barat Gunung Lawu membuat saya terpana. Selain Eloknya  Batu Permata yang baru ditemukan, ternyata permata sesungguhnya yakni  si Candi Sukuh juga sangat mengagumkan.  Candi ini  berciri punden berundak.  Unik. Mirip tinggalan masa Megalithikum.  Biasanya candi dengan genre punden berundak di bangun dengan menempelkan bagian belakangnya di dinding bukit/ gunung. Tapi tidak demikian halnya dengan Sukuh. Kompleks Candi  Sukuh dibangun di sebuah pelataran puncak bukit. Candi induknya terletak di teras ketiga. Alas Candi Induk berdenah segi empat. Makin ke atas makin kecil,  membentuk Trapesium.  Di puncak candi terdapat bangunan berbentuk kubus. Ada tangga naik di depan untuk menuju puncak melalui sebuah lubang diatap badan dan atap candi. Tangga naik hanya cukup dilalui satu orang. [caption id="attachment_254367" align="aligncenter" width="500" caption="Tangga naik ke puncak dengan arca Bulus di depannya (dok pribadi)"]

13686901721142043766
13686901721142043766
[/caption]
1368690925374770729
1368690925374770729
Sepintas, candi ini mirip Chichen Itza.  Situs kuno peradaban Suku Maya di  Semenanjung Yucatan, Mexico, Amerika Selatan. Boleh dikatakan Candi Sukuh adalah miniatur Chichen Itza, karena Candi Sukuh tingginya "hanya"  sekitar 6 meter. Chichen Itza 24 meter! Jadi, tidak perlu ke Mexico untuk melihat "Chichen Itza" karena di  Gunung Lawu, Karanganyar, Jawa Tengah sudah ada miniaturnya. [caption id="attachment_254369" align="aligncenter" width="276" caption="Chichen Itza di Yucatan Mexico (altius directory dot com)"]
1368690223964897293
1368690223964897293
[/caption] Candi Sukuh, selain berciri sebagai punden berundak, tapi juga mirip dengan piramida yang terpancung puncaknya. Candi punden berundak menjadi trend di masa akhir Majapahit. Terjadi gejala Millenarisme dengan membangun Candi  Punden Berundak di Gunung-Gunung. Ini sebagai bentuk pemujaan terhadap roh nenek moyang yang dipercaya bersemayam di gunung. Jika memang Candi Sukuh dibangun pada masa akhir masa Majapahit, sekitar abad ke-15 tentu sangat jauh dengan masa pembangunan Chichen Itza yang konon didirikan 800 tahun sebelum masehi. Lalu mengapa dua situs itu memiliki kesamaan? Apakah Candi Sukuh juga mendapat pengaruh kebudayaan Maya? Perlu kajian mendalam untuk menjawabnya. Chichen Itza dibangun sebagai tempat pemujaan dan persembahan Suku Maya. Disamping itu, suku Maya juga dikenal diseantero jagad sebagi trah manusia yang cakap di bidang penanggalan dan astronomi. Bilamana Chichen Itza dan bangunan disekitarnya juga sangat berhubungan dengan ilmu astronomi. Bagaimana dengan Candi Sukuh? Apakah juga ada kaitannya dengan ilmu perbintangan? Ini juga perlu penelitian yang tidak mudah. Memang biasanya, kebudayaan berunsur Megalith, sering dihubungkan dengan ilmu astronomi. Stonehenge di Wiltshire,  Inggris misalnya. Hmmm.....Candi Sukuh yang penuh misteri! [caption id="attachment_254371" align="aligncenter" width="300" caption="Stonehenge (wikipedia)"]
1368690661271920034
1368690661271920034
[/caption]

Candi Erotis Kompleks Candi Sukuh dibangun secara bertingkat (berteras). Di Teras I terdapat sebuah Gapura. Kondisinya masih lumayan bagus. Gapura di Teras II kondisinya memprihatinkan. Gapuranya hampir runtuh. Namun, masih ada bekas arca dwarapala sebagai penjaga pintunya. Lalu naik lagi ke Teras III. Di Teras III inilah Candi Sukuh berada.  Sebelum ke Candi Induk, sebaiknya menimati tinggalan di tersa III. Di pelatarannya banyak dijumpai beberapa artefak kuno yang sangat menggoda. Jika dari tampilannya saja Candi Sukuh sudah  menyisakan banyak pertanyaan,  maka artefak dan ornamen-ornamen di Candi Sukuh juga menyajikan sejuta cerita yang penuh gelora . Erotisme tanpa tedeng aling-aling dimunculkan secara vulgar oleh para Silpin-nya (pemahat arca). [caption id="attachment_254372" align="aligncenter" width="210" caption="Vulgar tidak proporsional (dok pribadi)"]

1368690726180361446
1368690726180361446
[/caption]

1368690761469383416
1368690761469383416

1368691482347352382
1368691482347352382
Di Teras III, di kanan kiri penuh dengan artefak kuno.  Dari sisi kiri  mula-mula tersaji deretan relief  yang masih bagus pahatannya. Ada cerita Sudhamala,   Garudeya, Ramayana, Swargarohanaparwa, dan cerita Bima Suci. Di depan candi induk terdapat tiga arca Bulus (penyu). Nah, di sisi depan kiri candi induk inilah dijumpai erotisme yang menggoda. Arca seorang pria tanpa busana,telanjang bulat, blejet...jet...dan tanpa kepala (karana sudah dirusak)  sedang memegang penisnya  yang ereksi... he he he..... Begitu juga di tembok gapura (Candi Perwara), ada sebuah ornamen yang menggambarkan hal yang hampir sama.  Kalau biasanya untuk menggambarkan  pria dan wanita menggunakan Lingga Yoni, ini to the point: penis dan vagina. Entahlah, mengapa seperti itu. Namun diantara beberapa ornamen kuno itu, paling menarik perhatin saya adalah relief Bima Suci yang berukuran agak besar di sisi kanan depan Candi Induk. Sepintas, nampak seperti tapal kuda. Begitu dicermati, saya lebih sepakat bahwa relief ini adalah sebuah Rahim. Menggambarkan proses pembuahan dan kelahiran yang terjadi dalam dan dari rahim seorang ibu. Mungkin para Silpin ingin menyampaikan pesan bahwa tidak ada ibu yang jahat. Semua anak yang dilahirkan adalah sama. Suci. Alam, lingkungan dan masyarakat sekitarnyalah yang akan menjadikannya sosok yang baik atau sosok yang jahat.
1368690980848778049
1368690980848778049
[caption id="attachment_254376" align="aligncenter" width="300" caption="Rahim seorang Ibu ?? (dok pribadi)"]
1368690881123005026
1368690881123005026
[/caption]

Bila dihubungkan dengan relief cerita yang lain, yakni Sudhamala, ini nampaknya saling berhubungan. Relief  Sudhamala erat kaitannya dengan tradisi ruwat meruwat. Meruwat maknanya membuang sial, membuang sebel,  membuang kejahatan dari jiwa seseorang. Mensucikan diri. Tak heran bagian depan candi induk ini juga disebut juga Gapura Pangruwat.

1368690804184198764
1368690804184198764
[caption id="attachment_254375" align="aligncenter" width="500" caption="Relief di teras III (dok pribadi)"]
13686908341505845683
13686908341505845683
[/caption]

Tak berhenti sampai di situ,  masih ada "permata"  lain di Candi Sukuh. Di pelataran Teras III sebelah kanan, ada dua arca patung Garuda. Ada yang menghubungakan ini dengan cerita Garudeya. Pembebasan seorang ibu oleh anak-anaknya yang setia pada orangtua, dari kejahatan dan konspirasi ular naga. Sayangnya arca-arca garuda ini tanpa kepala. Menariknya di bagian belakang Garuda,  yang sayapnya merekah ini terdapat deretan inskripsi Jawa Kuno. Sayangnya, sang juru kunci pun tak mampu berbagi cerita. Dan begitu kjta akan meninggalkan pelataran Teras III, tepat di sisi kiri Candi Induk, agak ke bawah terdapat relief  Pandai Besi diwujudkan dalam sosok  Gajah. [caption id="attachment_254380" align="aligncenter" width="500" caption="Diapit dua Arca garuda (dok pribadi)"]

136869105370538192
136869105370538192
[/caption] [caption id="attachment_254381" align="aligncenter" width="500" caption="Relief Pandai Besi (dok pribadi)"]
13686910871521524919
13686910871521524919
[/caption]

Sangat asyik berlama-lama di kompleks candi Sukuh ini. Lingkungannya teduh,  asri dan tamannya tertata rapi. Ada beberapa pohon besar, rindang menaungi pelataran. Udara segar berhembus menyelusup dari lereng gunung. Di arah Barat dan Utara terhampar pemandangan indah. Desa dan kota-kota di Jawa Tengah nampak kecil nun jauh di sana.  Mungkin ini juga ada hubungannya denga relief  Sudhamala. Jika ke Candi Sukuh akan bisa meruwat batin. Membersihkan batin dari hiruk pikuk keseharian yang kadang tanpa makna. [caption id="attachment_254382" align="aligncenter" width="500" caption="Cocok untuk meruwat batin.. teduh sejuk dan indah (dok pribadi)"]

1368691123952377086
1368691123952377086
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun