Mohon tunggu...
Teguh Hariawan
Teguh Hariawan Mohon Tunggu... Guru - Traveller, Blusuker, Content Writer

Blusuker dan menulis yang di Blusuki. Content Writer. "Menyurat yang Silam, Menggurat yang Menjelang " : (Nancy K Florida)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Serpihan Majapahit dan "Ikan Keramat" di Pemandian Banyu Biru, Pasuruan

23 Desember 2013   08:56 Diperbarui: 21 Oktober 2015   21:26 10497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebaran jejak Majapahit di Jawa Timur demikian menggugah untuk ditelusuri.  Maka, senyampang liburan, saya bersama beberapa siswa KIR, meluncur menuju  Pemandian Banyu Biru, Pasuruan. Tepatnya di Desa Sumberejo, Kecamatan Winongan, Kabupaten Pasuruan. Begitu memasuki lokasi, dihadapan kita nampak kolam dengan air yang berwarna kebiru-biruan. Itu sebabnya tempat tersebut dinamai Banyu Biru. Ada 4 kolam. Dua di antaranya adalah kolam yang airnya dari sumber alam.  Nampak pula kios-kios berderet di pinggir kolam. Di sisi lain berdiri beberapa pohon besar berusia ratusan tahun. Rimbun, hijau dan asri. Sebagian dahannya menaungi kolam. Nampak akar-akarnya yang mengular ke segenap penjuru.

13877636481598658876
13877636481598658876
Ikan Keramat Pemandian Banyu Biru  merupakan salah satu destinasi wisata andalan Pasuruan Timur. Pengunjung dapat berenang sepuasnya di tempat ini. Cocok untuk melepas kepenatan di  Pasuruan yang panas. Tapi jangan membayangkan kolamnya mewah dengan keramik putih yang bersih. Kolam renang di Banyu Biru sepertinya dibiarkan  alami. Seperti pemandian alam. Nampaknya ke depan, perlu revitalisasi pemandian ini agar menjadi objek wisata yang benar-benar indah dan elok. [caption id="attachment_300650" align="aligncenter" width="512" caption="Ikan Sengkaring yang konon "]
1387763419605295205
1387763419605295205
[/caption]

 

1387763691374505255
1387763691374505255
Tidak usah kaget! Di kolam besar itu hidup ratusan Ikan Tombro berwarna hitam yang sering disebut Ikan Sengkaring. Jangankan pengunjung,  tak seorang pun masyarakat setempat yang berani mengusik keberadaan ikan-ikan yang konon keramat itu. Tak heran, ikan-ikan yang hidup bebas itu ada yang panjangnya lebih dari 1 meter.  Tradisi lisan masyarakat setempat mengaitkan Ikan Tombro tersebut dengan seorang Pandai Besi bernama "Bujuk Giman".  Beliau membawa ikan tersebut dari pantai selatan di Malang. Jadi kalau mau berenang, ya harus siap berbagi tempat dengan ikan-ikan itu, he he he....
13877634811711922652
13877634811711922652
13877635101286466507
13877635101286466507
Pemandian Banyu Biru ternyata sudah dikenal sejak jaman Kolonial Belanda.  Ini bisa ditemukan di  foto kuno tahun 1900 an koleksi KILTV dan Tropen Museum Belanda.  Banyak turis Eropa yang pelesir di tempat ini.  Selain berenang mereka juga bisa "menggoda" monyet-monyet liar yang jinak. Sayangnya saat ini tak seekor monyet pun kelihatan batang hidungnya. Dulu kolam ini disebut "Telaga Wilis". Banyak masyarakat percaya kalau airnya bisa bikin awet muda. Bahkan, pada hari dan pasaran Jawa tertentu, banyak pengunjung yang melakukan ritual di tempat ini.
1387763547305829022
1387763547305829022
13877635701838765451
13877635701838765451
Serpihan Majapahit Keberadaan Pemandian Banyu Biru sebagai tempat ritual agaknya tak lepas dari  cerita turun temurun dan fragmen-fragmen candi yang banyak dijumpai di tempat ini. Ada beberapa sisa arca  yang saat ini dikumpulkan dan tergolek di sebuah sudut pemandian. Arca-arca  itu sudah diidentifikasi oleh arkeolog Belanda di tahun 1929. Tinggalan  paling menarik di Banyu Biru adalah KALA. Kala ini dimungkinan merupakan bagian dari struktur candi. Maka bisa jadi, pemandian Banyu Biru  merupakan patirtaan (pemandian kuno) yang dulu dikunjungi oleh Hayam Wuruk saat dalam perjalanan ke Lumajang. Tersebut dukuh kasogatan bernama Madakaripura, keelokannya terkenal, berupa anugerah Sri Baginda kepada patihnya, Gajah Mada, teratur dan sangat baik. Disitulah sang raja menempati pesanggarahan yang terhias dengan indah, berjalan melalui Trasungay ia melakukan puja bhakti di petirtaan suci di Capahan. (Nagara Krtagama pupuh 19:2 dalam Hadi Sidomulyo, p: 42) Sungguh beralasan jika pemandian Banyu Biru dahulu disebut sebagai Patirtaan Capahan yang lokasinya dekat dengan Madakaripura.   Ini berkaitan dengan ditemukannya kumpulan arca yang berciri Saiwa yang oleh Prapanca saat menemani Prabu Hayam Wuruk dituliskannya sebagai desa Buddhis.  Tak berlebihan kiranya, jika disebut itulah sebagian serpihan Majapahit yang tersisa di Banyu Biru Pasuruan. [caption id="attachment_300655" align="aligncenter" width="640" caption="KALA"]
13877636041562175562
13877636041562175562
[/caption]

 

Artikel ditulis sebagai bagian dari: Napak Tilas Nagara Kertagama: Mencari Jejak Madakaripura

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun