Dampak langsung dari pembuangan lumpur ke Kali Porong adalah sedimentasi di Muara Sungai Porong. Jika sekedar sedimentasi mungkin tidak masalah.  Namun, hasil penelitian Niniek Herawati  berjudul Analisis Risiko Lingkungan Air Lumpur Lapindo Ke Badan Air (Tesis Pasca Sarjana Universitas Diponegoro 2007), patut dicermati. Kesimpulan pertama:  terdeteksi kosentrasi phenol melebihi ketentuan baku mutu (2 mg/ liter). Kedua, berdasarkan perhitungan prakiraan risiko lingkungan aliran air lumpur ke Sungai Porong terjadi dalam kategori rendah.
Konsentrasi phenol yang melebihi ketentuan baku mutu (di atas 2 mg/ liter) jelas berpengaruh pada kesehatan. Senyawa phenol ini berwarna merah muda gampang menembus kulit dan menimbulkan rasa terbakar. Keracunan akut senyawa phenol menyebabkan gejala gastro-intestinal, sakit perut, kelainan koordinasi bibir, Â mulut dan tenggorokan. Bahkan perforasi usus. Sedangkan keracunan kronis berakibat kerusakan ginjal dan hati.
Walaupun hasil perhitungan risiko lingkungan termasuk kategori rendah, aliran air lumpur ke Sungai Porong tetap saja berisiko tinggi terhadap pembudidayaan ikan air tawar, peternakan dan peruntukan lainnya.
Semoga, kehadiran Jokowi mampu menumbuhkan kepercayaan masyarakat serta dapat menyelesaikan persoalan ganti rugi (kelak) serta tidak lupa tetap menugaskan instansi vertikal di bawahnya memantau kondisi lingkungan di sekitar Porong dan utamanya di Sungai Porong yang terdampak langsung semburan lumpur Lapindo.
[caption id="attachment_326291" align="alignnone" width="640" caption="Sungai Porong"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H