Perlahan, satu demi satu 110 instalasi patung Survivor lokasi semburan lumpur Lapindo mulai tenggelam. Mayoritas patung sudah tenggelam sampai paha dan pantat. Namun ada satu dua patung yang tenggelam sampai dada. Ini mungkin akibat posisi patung Survivornya miring saat lumpur mulai meluberinya. Pemandangan ini yang saya lihat, saat mampir sejenak ditanggul semburan Lumpur Lapindo, titik 21, Desa Siring, Kecamatan Porong, Minggu, 20 September 2014 kemarin.
Instalasi patung Survivor yang mencerminkan penderitaan rakyat Porong akibat semburan Lumpur Lapindo ini dibuat oleh Dadang Christanto. Perupa asal Tegal yang bermukim di Brisbane, Australia. Patung-patung berbahan campuran fiber berbalut semen itu dipasang di lokasi semburan lumpur sejak 4 bulan lalu, pada hari Kamis, 29 Mei 2014. Bertepatan dengan peringatan sewindu semburan Lumpur di Sidoarjo. Saat itu kita ingat, Jokowi yang ketika itu calon presiden, hadir di lokasi untuk teken kontrak politik dengan sebagian rakyat Sidoarjo, khususnya warga terdampak semburan lumpur Lapindo.
Makna
Menurut beberapa tukang ojek dan penjual VCD yang sehari-hari mangkal di lokasi, patung Survivor ini ada 2 macam. Berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Bentuknya seragam. Berdiri tegak tanpa busana. Wajah dengan rahang keras dan pandangan lurus ke depan. Kedua tangan menengadah ke atas. Semua patung yang berjumlah 110 (saat awal dipasang), didirikan berbaris (berjajar) dengan berlatar belakang asap dari lubang semburan lumpur nun jauh di sana.
Uniknya, setiap tangan dari patung yang dibuat menengadah ke atas, masing-masing membawa peralatan rumah tangga. Ada kompor minyak. Bak mandi. Ember Plastik. Panci sampai mainan anak-anak. Menurut para tukang ojek, ini merupakan simbol dari penderitaan rakyat Porong yang tertimpa musibah akibat semburan lumpur. Tangan menengadah menandakan doa yang tak henti-hentinya dipanjatkan. Ada duka lara di sana. Barang-barang rumah tangga untuk mengingatkan bahwa harta benda bahkan nyawa sudah jadi korban semburan Lumpur Lapindo.
Saat ini, sudah empat bulan berselang. Patung Survivor mulai tenggelam. Namun, para korban Lapindo yang diwakili para tukang ojek, tukang parkir dan penjual VCDmenyampaikan dengan tegas: walau Survivor tenggelam, namun semangat mereka tak akan pernah tenggelam untuk menuntut kekurangan ganti rugi 20% (yang nilainya sekitar 700 milyar lebih) yang sampai saat ini belum terbayarkan. Rencananya, hari Rabu, 24 September 2014 besok, perwakilan warga terdampak lumpur Lapindo didampingi pejabat teras di Sidoarjo dan Provinsi Jawa Timur akan ke melurug Jakarta untuk membicarakan masalah Lapindo (kesekian kalinya dengan ) Menteri PU.
Berkah
Dibalik simbolisasi patung Survivor ini, beberapa warga terdampak semburan lumpur yang alih profesi sebagai, tukang parkir, tukang ojek dan penjual VCD, tak henti-hentinya menyampaikan rasa syukurnya. Sejak adanya patung Survivor ini, kunjungan “Wisata Lumpur” meningkat drastis. Dari para wisatawan ataupun pengunjung yang hanya sekedar mampir ini, mereka mampu mengais rupiah yang cukup lumayan tiap harinya. Coba bayangkan. Parkir dan “tiket masuk” rata-rata 5-10 ribu per orang (sebenarnya sih sukarela tapi agak memaksa he he). Sewa motor (ojek), dari pinggir tanggul sampai mendekat lubang semburan sekitar 20-40 ribu rupiah. Jika dalam sehari dapat 2-3 penumpang, hasilnya lumayan untuk belanja di rumah. Begitu juga jika dalam sehari terjual 3-4 keping VCD, maka hari itu para penjual VCD akan tersenyum bahagia saat ketemu anak istri/ suami di rumah karena bisa membawa pulang uang antara30-60 ribu rupiah. Ini adalah berkah “kehadiran” patung Survivor yang mungkin juga diinginkan sang perupa saat membuatnya.
Berita terkait
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H