Menuju Puncak
Karena sudah terlanjur... ya sudahlah kalau memang harus jalan kaki. Â Ditemani angin semilir, saya pun melangkah sendiri. Ada serombongan anak muda cewek cowok di belakang saya. Mula-mula menyusuri jalan aspal menanjak. Di kanan kiri nampak bekas longsoran. Tiba di sebuah belokan tajam, bertemu beberapa ibu-ibu muda yang sudah duduk kelelahan. Mengatur nafas satu-satu.
Saya melanjutkan perjalanan menyusuri jalan yang rusak berat akibat letusan Kelud. Banyak lubang di sana-sini. Ada 3 jembatan penghubung terkoyak dan rusak berat. Sebuah Shelter di pinggir jurang juga  compang-camping  bekas dihantam material vulkanik dan awan panas. Tapi, di beberapa titik pengelola sudah membuat shelter baru untuk istirahat pengunjung.
Karena mentari belum terik, saya bersemangat untuk segera sampai di ujung. Apalagi view sepanjang jalan begitu menakjubkan. Kanan kiri jurang menganga. Batu-batu cadas berwarana coklat, abu-abu kekuningan nampak kekar di seberang sana. Dan nun jauh di bawah di sana nampak pemandangan indah. Sungguh bentang alam yang luar biasa.
[caption id="attachment_364918" align="aligncenter" width="512" caption="Jalan menuju kawah rusak berat"]
[caption id="attachment_364924" align="aligncenter" width="512" caption="Semantgat-semangat..... itu puncaknya sudah kelihatan"]
1 Kilometer Dari Kawah
Akhirnya, setelah melewati jalan yang meliuk naik turun bukit saya pun tiba di sebuah puncak. Di depan saya nampak wajah asli Gunung Kelud, sedikit terhalang  pagar kawat  dan papan bertuliskan bertuliskan: Berbahaya, Pengunjung Dilarang mendekati Kawah. Beberapa anak muda sudah mendahului saya tiba di tempat ini. Rupanya inilah batas terakhir yang diijinkan untuk didaki. Kata petugas, tempat ini jaraknya 1 Km dari kawah Gunung Kelud yang bersembunyi di balik bukit.