Mohon tunggu...
Teddi Prasetya Yuliawan
Teddi Prasetya Yuliawan Mohon Tunggu... profesional -

Founder of "Indonesia NLP Society" Author of "NLP: The Art of Enjoying Life" Facilitator at "Dunamis Foundation"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Keluhmu, Tak Mengubah Takdirmu

1 November 2012   07:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:07 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Keluhanmu, takkan mengubah takdirmu. Tapi syukurmu, bisa jadi.”


Keluhan, adalah kewajaran yang lahir sebab tertutupnya mata dari jutaan makna yang terhampar di hadapan. Ungkap sebuah nasihat lama, “Gajah di depan mata tak tampak, semut di ujung lautan tampak.” Inilah tabiat diri, lebih mudah mengenali nan jauh, daripada nan dekat.

Adalah Tuhan telah menyajikan kehidupan di hadapan, berikut tak terhitung nikmatnya. Sungguh, membuka hati sedikit saja kan menjadikan mata tertegun akan begitu banyaknya hal yang lalai tersyukuri. Seorang guru pernah bertanya, “Maukah kau tukarsebelah matamu dengan uang 1 miliar? Tidak? Ah, berarti kau sungguh miliarder, sebab di kepalamu terpasang 2 buah mata yang harganya lebih dari 1 miliar.”

Ya, ini baru urusan mata. Bagaimana dengan setiap jengkal nikmat yang telah Dia berikan cuma-cuma di tubuh ini? Dan ini pun baru urusan tubuh. Belum lagi urusan alam. Pernahkah kau sadari, wahai diri, betapa mudahnya Tuhan atur kau ada di daerah bencana? Tapi Dia letakkan kau disini, membaca sebuah tulisan dengan aman dan damai. Berapakah harga keamanan dan kedamaian ini, jika bukan tak lebih dari 1 triluin?

Maka diri ini sungguh tak layak mengeluh. Ya, keluhan takkan mengubah takdir. Apa pasal? Sebab keluhan adalah kelancangan! Betapa tidak lancang, diri menuntut terjadinya sesuatu, padahal Tuhan sedang aturkan sesuatu yang lebih baik dari yang ia minta?

Tapi syukur, ya syukur, lain ceritanya. Syukur adalah ungkapan tahu diri. Tahu bahwa diri ini sudah begitu banyak berutang budi, maka wajiblah nikmati apa yang tersedia di hadapan, alih-alih mengeluhkan apa yang diinginkan. Syukur adalah wujud kenali apa yang kau terima, hingga tahu persis bahwa ia begitu berharga, bahwa pengaturanNya sempurna.

Pintu-pintu nikmat itu jelas-jelas di hadapan, disediakan tanpa permintaan, hingga mengenalinya akan membuka cakrawala keindangan dunia. Ingatlah akan sebuah syair indah, “Aku mengetuk, lama, tak ada yang menjawab. Baru kemudian kusadari, aku mengetuknya dari dalam.”  Ingatlah pula akan jaminanNya, bahwa kan ditambahkan nikmat bagi sesiapa yang bersyukur kepadaNya.

Jika Dia tak kau percayai, wahai diri, lalu siapa?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun