Mohon tunggu...
Teddi Prasetya Yuliawan
Teddi Prasetya Yuliawan Mohon Tunggu... profesional -

Founder of "Indonesia NLP Society" Author of "NLP: The Art of Enjoying Life" Facilitator at "Dunamis Foundation"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

NLP for Dummies: What is NLP?

14 April 2010   01:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:48 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sang bocah segera pergi menemui kakeknya. "Kakek," katanya, "bagaimana keadaan pinggang kakek hari ini?"

"Oh, semakin memburuk Nak,"jawab sang kakek. "Selalu makin buruk ketika cuaca buruk. Berdiri saja susah." Tampak lah sekilah wajah penuh penderitaan pada sang kakek.

Sang bocah kembali kepada ibunya. "Katanya kondisinya memburuk Ma. Sepertinya dia kesakitan deh. Nah, sekarang Mama udah mau kasih tahu aku kan apa itu NLP?"

"Sebentar lagi Sayang, Mama janji," ujar sang Ibu. "Coba kamu temui lagi kakekmu dan tanyakan kepadanya apa saja tingkah lucu yang kamu lakukan sewaktu kamu kecil."

Sang bocah pun kembali menemui kakeknya. "Kakek," ujarnya kemudian, "Tingkah lucu apa yang pernah kulakukan sewaktu kecil?"

Wajah sang kakek berubah menjadi ceria. Rasa sakit seolah lenyap seketika. "Oh," ujarnya, "banyak. Salah satunya waktu itu kamu kakek ajak untuk jalan-jalan. Hqri itu indah sekali dan kamu menyanyikan sebuah lagu yang baru saja kamu hafal. Kencang sekali. Seseorang lewat dan melihatmu dengan sedikit sebal. Menurutnya kamu terlalu berisik. Dia meminta kakek untuk memberitahumu agar diam. Kamu tiba-tiba berbalik kepadanya dan berkata, "Kalau Om nggak suka aku nyanyi, Om boleh kok nggak deket-deket aku," dengan wajah polos dan kemudian bernyanyi dengan lebih keras. Ia kemudian melihatmu sambil terbengong-bengong". Sang kakek pun tertawa lepas mengingat hal itu.

Sang bocah kemudian kembali kepada ibunya. "Mama dengan apa yang baru saja diceritakan kakek?" tanyanya.

"Ya," jawab sang ibu. "Kamu baru saja mengubah perasaan kakekmu hanya dengan beberapa patah kata. Itulah NLP."

Anda boleh tersenyum sekarang, karena NLP memang semudah ini. Eh, tidak terlalu mudah sih, namun efek yang ingin ditimbulkannya memang sederhana: kita memiliki kemampuan untuk mengubah pikiran, perasaan, dan kondisi tubuh kita dalam sekejap kapan pun kita mau. Robert Dilts, pakar NLP pendiri NLP University di California, menyebutnya sebagai The Strategy of Genius. Bagi NLP, orang-orang jenius bukan hanya untuk dikagumi, tapi juga harus dicontek strateginya sehingga kita dapat melakukan hal yang sama dengan kualitas hasil yang sama pula.

Bicara soal jenius, pada tulisan berikutnya saya akan menceritakan tentang duo jenius perumus NLP, Richard Bandler dan John Grinder, berikut tokoh-tokoh lain yang mengembangkan NLP sehingga menjadi ilmu yang semakin kaya dan aplikatif. So, sabar sedikit ya.

Sampai jumpa!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun