Mohon tunggu...
Teddi Prasetya Yuliawan
Teddi Prasetya Yuliawan Mohon Tunggu... profesional -

Founder of "Indonesia NLP Society" Author of "NLP: The Art of Enjoying Life" Facilitator at "Dunamis Foundation"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

NLP for Dummies: History of NLP

14 April 2010   02:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:48 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

NLP pun kemudian semakin berkembang seiring dengan bergabungnya beberapa pendiri lain seperti Leslie-Cameron Bandler, Judith DeLozier, Robert Dilts, dan David Gordon.

NLP Tahun 1980-an

Pada tahun 1980, tidak berapa lama setelah menerbitkan Neuro-lingustis Programming Volume 1 bersama Robert Dilts dan Judith DeLozier, Grinder dan Bandler berpisah haluan. Dihadang berbagai permasalahan hukum kekayaan intelektual, NLP mulai dikembangkan dalam berbagai aliran oleh beberapa orang. Grinder dan DeLozier berkolaborasi menyusun pendekatan baru yang diberi nama New Code NLP dengan mengusung pendekatan sistemik antara pikiran dan tubuh. Bandler pun menyusul dengan pemodelan terbaru mengenai submodalitas dan Ericksonian hypnosis melalui bukunya Using Your Brain: For A Change di tahun 1984. Anthony Robbins yang mempelajari NLP di akhir tahun 1970-an memulai produksi massal beberapa aspek dari NLP yang dinamainya sebagai Neuro Associative Conditioning. Beberapa praktisi dan trainer lain pun tak ketinggalan dalam memodifikasi, memberi nama, dan mengembangkan variasi mereka sendiri. Michael Hall menawarkan NLP yang fokus dengan apa yang disebutnya sebagai meta states (melangkah ke masa lalu secara mental dan melihat diri sendiri melalui perspektif yang lebih luas). Ted James mengembangkan teknik time line therapy yang meminta klien untuk melakukan visualisasi dan menciptakan suatu timeline dari hidup mereka dengan tujuan memperbaiki timeline tersebut. Ditambah lagi dengan munculnya kontributor lain seperti Connaire dan Steve Andreas menjadikan NLP tidak memiliki satu sistem yang terintegrasi.

Sisi lain, pada akhir tahun 1980-an, beberapa penelitian ilmiah di bidang psikologi konseling memberikan penilaian yang negatif terhadap kevalidan teknik-teknik NLP. Penurunan terhadap pengembangan NLP pun terjadi di sini.

NLP Tahun 1990-2000

Pada Juli 1996, setelah beberapa tahun terjadi kontroversi, Bandler melayangkan tuntutan hukum terhadap Grinder dkk mengenai kepemilikan NLP. Baru pada 5 tahun kemudian, NLP akhirnya diputuskan sebagai milik banyak orang dengan pendiri pertamanya adalah Bandler dan Grinder. Perpecahan ini rupanya memiliki dampak yang tidak kecil. Tidak saja NLP tidak memiliki satu standar yang baku mengenai konsep, metodologi, dan sistem pengembangan bagi para pengajarnya, tapi juga pandangan skeptis para akademisi terhadap kevalidan NLP secara ilmiah yang bahkan menyebut NLP sebagai pseudosains. Belum lagi kritikan yang muncul terhadap para praktisi NLP yang dipandang belum menerapkan kode etik sebagai seorang profesional.

Terlepas dari berbagai kontroversi yang muncul, sumbangan NLP terhadap berbagai bidang juga amat signifikan. Para praktisi di bidang-bidang seperti manajemen, psikoterapi, kesehatan mental, dan olahraga mengakui manfaat yang mereka dapat dari aplikasi NLP. Beberapa ahli pun kemudian mengemukakan pendapat yang lebih moderat dengan mengatakan bahwa NLP barangkali memang bukan suatu sains yang bisa divalidasi dengan metode-metode ilmiah standar. Terbukti, metode modelling yang digunakan oleh para penemu NLP tetap menarik perhatian sebagai sebuah pendekatan riset secara kualitatif.

Jadi, Bagaimana Kita Bersikap Terhadap NLP?

Menjawab hal ini, saya sendiri memilih untuk menggunakan standar ganda terhadap NLP. Satu sisi, beberapa konsep dan teknik NLP yang saya pelajari sejauh ini terbukti efektif (setidaknya bagi saya sendiri). Dari penelusuran yang saya lakukan, saya juga telah menemukan beberapa penelitian ataupun teori yang dapat menjadi dasar terhadap teknik-teknik yang ada di NLP. Belum direkomendasikannya NLP sebagai suatu sains yang ilmiah bagi saya bisa berarti 2 hal: NLP memang tidak ilmiah, atau kita yang memang belum menemukan cara untuk mengujinya secara ilmiah. Bukankah dulu Copernicus dimusuhi karena mengatakan pusat tata surya adalah matahari? Sisi lain, saya mengajak diri saya sendiri dan Anda untuk tetap memasang mata dan telinga terhadap pengembangan NLP di kemudian hari. Dengan kata lain, jangan pernah menganggap teknik yang Anda pelajari sekarang adalah yang terbaik meskipun Anda sudah membuktikan sendiri keefektifannya. Sebab keefektifan Anda dalam satu bidang bisa jadi adalah natural gift yang Anda miliki dan menutupi kekurangan yang ada pada teknik yang Anda gunakan. Dalam kasus yang demikian, Anda tentu adalah orang yang harus di-model oleh NLP.

So, siap untuk mengeksplorasi NLP?

*Disarikan dari berbagi sumber, di antaranya adalah Wikipedia dan nlpu.com.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun