Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika Politisi Ngemong Para Kyai NU

24 Oktober 2021   15:38 Diperbarui: 24 Oktober 2021   15:41 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Masa Gus Dur, pergerakan NU paling asyik untuk diperbincangkan banyak orang, termasuk para analisis dari luar negeri. Gus Dur, mampu meredam kekuatan Orde Baru yang ingin menghabisi NU. Namun, Gus Dur yang Jaddab, Dermawan, humanis, humoris, serta dengan beragam keahliannya, mampu meruntuhkkan kekuatan Orde Baru. Permainan dan racikan politik Gus Dur dalam politik sangat apik, asyik dan menarik, membuat lawan-lawannya ketakutan dibuatnya.

Selama menjadi ketua PBNU Pusat, Gus Dur tidak pernah memikirkan dirinya sendiri, beliau fokus memikirkan organisasi dan umat. Dengan susah payah, Gus Dur membangun kantor NU yang megah di Kramat Raya. Para Kyai NU, muali sesesuh hingga Kyai di Kampung mendapatkan perhatian khusus. Beliau juga mempersiapakan kader-kader NU. Beliau berhasil mendirikan PKB, walaupun akhirnya harus diusir oleh santri politiknya.

Gus Dur berhasil. Kantor PBNU megah, masyarakat setia, Kyai juga sangat loyal kepada Gus Dur. mestinya Gus Dur bisa mengumpulan pundi-pundi uang untuk kepentingan pribadinya dan keluarganya. Gus Dur tidak melakukan, karena sudah mencapai derajat wali, maka Gus Dur tidak silau dengan materi.

Kewalian Gus Dur, tidak hanya diakui oleh para pengkutnya dari kalangan Nahdiyin, dan juga keturunan China di Nusantara, bahkan seorang Habib yang bernama Abdurahman Ibn Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih Malang, juga mengatakan "Gus Dur adalah kekasih Allah SWT".  Juga, para wali Kutub, seperti; Guru Sikumpul mengakui kewalian KH Abdurahman Wahid. Setiap Langkah Gus Dur untuk NU, sudah pasti istimewa, mulai ngurusi NU warga dan Kyainya, juga ngurusi NKRI. Ketika Gus Dur menjalin hubungan dengan Israel, juga tersirat makna mendalam di dalamanya.

Nah, Era Gus Dur, NU benar-benar memperlihatkan kedidjayaan melawan pemerintah orde baru. Sampai akhirnya, Gus Dur satu-satunya warga NU dari kalangan Kyai dan Ulama terlipih menjadi Presiden RI, asyiknya beliau menjadi Presiden RI tanpa mengeluarkan uang sepeserpun. Gus Dur pernah berseloroh kepada masyarakat "saya menjadi presiden dengan modal dengkul, itu-pun dengkulnya Amin Rais".

Nah, setelah Gus Dur tiada, politisi NU lebih asyik bermain-main dengan kekuasaan dan menjadikan NU sebagai kendaraan pribadi. KH Ahmad Haysim Muzadi sering berseloroh dengan istilah "Karyawan Politik". Orang-orang NU di suruh dorong mobil mogok, ketika mobilnya berjalan NU ditinggalkan. Akhirnya, KH Ahmad Hasyim Muzadi memberanikan diri tampil mencalonkan sebagai pendamping Megawati menuju RI 1, namun dikalahkan oleh SBY.

NU Era Kyai Said Aqil

Nah, era KH Said Aqil Siradj, para politisi sangat longar memainkan peran, dimana para Kyai seolah-olah di emong politisi, bukan ngemong politisi. Dalam pemilihan ketua PBNU, di Makasar dan Jombang, para politisi lebih agresif memainkan peran mereka, sehingga yang lebih nampak adalah urusan kekuasan dan perduitan, dan pada urusan marwah NU. KH Solahuddin Wahid sering mewanti-wanti "jangan sampai menggunakan politik uang di dalam pemilihan ketua PBNU". Kendati masalah NU terus menerus, namun tetap berjalan dengan baik.

KH Muhammad Thalhah Hasan pernah berpesan "NU itu ibarat rumah yang besar, wajar jika ada sebagian gawawis dan Kyai tidak terwadahi, maka hendaknya para Gawawis dan Kyai, tidak mendirikan NU tandingan, karena itu akan merugikan NU". Ungkapan KH Thalhah Hasan itu dikemukan saat penulis sowan kepada beliau, karena menyikapi pasca muktamar NU Jombang tahun 2015 M. Beberapa kelompok yang kalah, mereka akan mengajukan gugatan terhadap pemilihan NU Jombang yang sangat politis, dan duitis (uang). Namun, KH Tholhah Hasan menyarankan "jangan sampai masuk ranah hukum, karena terlalu kecil, sedangkan NU menjaga akidah".

NU Memasuki Era Milenial

Politisi itu sampai kapan-pun tetap politisi, jika kurang wawasan sufinya, mereka akan melakukan segala cara untuk kepentingan pribadinya. Dalam pandangan politik, tidak ada teman abadi, dan juga tidak ada kawan sejati. Gus Dur-pun harus dilengserkan dengan cara menyakitkan, walaupun Gus Dur itu yang mendirikan PKB.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun