Suatu saat, terjadilah sebuah bencana dasyat, Srigala memakan ternak-ternak milik warga. Semakin hari, Srigala semakin mengila. Sehingga membuat warga setempat marah besar dan bersumpah akan membunuh Srigala tersebut.
Setiap malam warga berjaga-jaga akan menangkap Srigala, namun selalu gagal. Justru ternak-ternah warga semakin habis dan tak tersisa sedikitpun. Warga semakin marah terhadap Srigala, apalagi semua tidak sangup menangkapnya.
Sampai sutau ketika ada seorang warga mendapati ternak Ibu Saudah Maemunah tetap utuh. Justru, ternak Saudah Maemunah hidup  rukun bersama-sama Srigali dikandang belakang rumahnya. Warga itu semakin heran "kok, ternak Ibu Saudah aman-aman, justru rukun dengan srigala"
Akhirnya para tokoh masyarakat datang ke kediaman Saudah Maemunah, kemudian bertanya " "Kenapa ternak-ternakmu tidak dimakan Srigala, justru ternakmu hidup rukuk bersama Srigala, sementara ternak kami setiap malam dihabisi satu persatu oleh Srihala itu?
Saudah Maemunah menjawab "aku tidak pernah menyuruh Srigala itu tinggal dikandang ternak milikku. Sejak dulu, saya memiliki kebiasaan, memaafkan setiap orang yang pernah menyakiti dan membuly diriku". Walaupun, semua warga sering mencai maki, membuly, akan tidak pernah marah kepada mereka, aku maafkan mereka".
Cinta Rasulullah SAW sebagaimana kisah Mbah Hasyim Asaary bisa menjadikan bencana kekeringan berahir. Sementa mmenjadi manusia pemaaf seperti Saudah Maemunah, dengan saling mencintai sesama umat Rasulullah SAW bentuk ekspresi cinta kepada Allah dan Rasulullah SAW. Bisa jadi, saling mencintai, memaafkan sesama umat Rasulullah SAW, menjadikan Corona berahir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H