Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mencatut Nama Nabi demi Memanjakan Berahi

21 Februari 2020   15:10 Diperbarui: 21 Februari 2020   15:07 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Suatu ketika ada seorang pria jatuh cinta kepada seorang wanita yang lebih cakep nan muda dari pada istrinya. Dia tidak berani menikahi, karena telah ber-istri. Rupanya, cintanya semakin berat, ketika wanita yang didekati memberikan lampu hijau.

Seiring dengan perkembangan waktu, pria ini semakin dekat dan semakin akrab. Apalagi, wanita yang didekatinya sering curhat urusan pribadi, membuat dirinya dan wanita mulai tidak ada sekat.  Terbesitlah dalam benaknya akan segera menikahinya. Lagi-algi, tidak berani.  Hasrat menikah lagi semakin berat tatkala istrinya terlihat menua.

Karena sudah tidak kuat lagi menahan sahwat dan birahinya kepada wanita pujaan hatinya, maka pria ini akhirnya menggunakan senjata paling ampuh untuk menjatuhkan mental istrinya bahwa"Poligami Sunnah Rasulullah SAW".

Setiap hari, pria ini selalu cerita kepada istrinya seputar indahnya mengikuti sunnah Rasulullah SAW secara kaffah (menyeluruh). Busananyapun mulai berubah seperti jubah, begitu juga dengan jengot dan jidatnya. Setiap perbincangkan selalu mengarah pada sunnah poligami. Tujuan utamanya adalah meyakinkan istrinya agar menerima "sunnah poligami".

Membincangkan topik poligami itu sunnah, bersama dengan istri, tujuan utamanya adalah menanamkan doktrin. Secara tidak langsung, sang istrinya akhirnya banyak mencari rujukan seputar sunnahnya poligami. Bahkan, kadang bertanya kepada rekan-rekannya seputar poligami.

Kadangkala, sang suami sedikit ekstrim kepada istrinya, dengan mengatakan "orang yang menolak sunnah poligami, berarti sudah mengingkari sunnah Rasulullah SAW, dengan demikian, dia tidak akan mendapat safaat Rasulullah SAW". Pelan tapi pasti, akhirnya dengan terpaksa, dan dengan hati yang luka menerima dipoligami. Setelah menerima dipoligami, ternyata hidupnya semakin menderita, dan mati dalam kondisi ngenes (sengsara).

Cerita di atas merupakan sebuah ilutsrasi sebagian pria yang ingin poligami, kemudian menipu istrinya. Dengan menakut-nakuti istri, juga dengan sedikit mengancam, agar sang istri menerima dipoligami. Padahal, cara seperti ini sama dengan menyakiti istri, dengan mengatasnamakan sunnah Nabi Muhammad SAW. Kalau mau poligami poligami aja, jangan mengatasnamakan sunnah Rasulullah SAW, tetapi hanya bertujuan memanjakan birahi, sementara sang istri menderita.

Sebuah kisah menarik. Seorang pria sholih sedang melaksanakan sholat. Saat sedang bersujud, tiba-tiba sosok pria melangkai kepalanya. Orang yang sedang sholih marah besar. Merasa terhina. Lalu berkata pria yang sedang sholat berkata "Sungguh, Allah tidak akan mengampuni dosamu".

Kemudian Allah SWT menegurnya. Justru, Allah SWT memaafkan yang melangkahi kepalanya dan tidak mengampuni dosa orang yang sedang sholat. Allah-pun menerangkan kepada hamba-Nya "saya ini maha pengampun, bagaimana mungkin dia mengatakan saya tidak mengampuni dosa".

Dikisahkan, bahwa Haulah ini wanita yang sangat cantik pada  waktu itu. Dia dipesunting oleh seorang sahabat yang bernama Aus Ibn  Al-Shomit ra. Rupanya, sang suami sangat mencintai istrinya, dan juga, sangat takut akan kehilangan istrinya.  Di sisi lain, suami sering kali meminta istrinya memenihi Hasrat birahinya. Bagi sebagian pria, mereka kadang suka memaksa istrinya  untuk memenuhi kebutuhan birahinya, tanpa memikirkan kondisi  kesehatan istrinya.  Suatu ketika, di saat Haulah ra, sedang sujud kepada Allah Swt.

Tiba-tiba suaminya datang dan meminta segera dilayani Hasrat  birahinya. Melihat suaminya ngotot dan memaksa. Sang istri tidak mau  melayaninya, karena lelah atau sedang bersujud. Kemudian sang suami mengeluarkan kata-kata dhihar (ungkapan cerai) pada masa itu.  Terlanjur mengucapkan thalaq dhihar, akhirnya Aus Ibn Shomit  datang kepada Rasulullah Saw untuk mendiskusikan masalah ucapannya. Dhihar waktu itu termasuk cerai. Padahal, Aus Ibn Al-Shomit  ra, masih mencintainya.

 Nah, sang istri merasa sangat sedih dengan sikap suaminya yang  semaunya sendiri. Haulah ra, juga mendatangi Rasulullah Saw seraya  memberikan protes keras terhadap ulah suaminya. Tidak ada yang berani  memprotes Rasulullah Saw, kecuali wanita ini.  Ketika dalam kondisi sedih, kemudian Haulah bersujud (curhat)  kepada Allah Swt seputar prilaku suaminya yang enaknya sendiri.

curhat kepada Rasulullah Saw, lalu berkata "wahai Rasulullah Saw, Ketika  suamiku menikahi diriku, aku masih muda nan cantik, juga memiliki harta....nah,  ketika aku sudah renta sementara anak-anak bersamaku, dia akan meninggalkan  diriku".  Bagaimana mungkin dia menceraikan Khaulah, sementara Aus Ibn  Shomit ra, selama ini telah menikmati kecantikannya.

Sementara, kalau  Khaulah dicerai, maka dia harus memelihara anak-anaknya. Dengan kata  lain, Aus Ibn Al-Shomit ra, sudah tidak mencintainya lagi.  Khaulah ra, merasa sedih, kemudiandan curhat langsung kepada Allah SWT seputar masalahnya.

 Dalam kondisi sedih nan galau atas sikap suaminya yang semena-mena kepada dirinya, kemudian Allah SWT turunlah wahyu kepada  Rasullah Saw yang artinya "Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan  wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan  mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara  kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat (QS.  Al-Mujadalah (58:1).

 Nah, jangan sampai berdalih ingin menikah lagi (poligami) dengan alasan sunnah, kemudian menyengsarakan dan menodai kesucian cinta istri pertamanya.  Jangan sampai, memaksakan istri yang sangat lelah nan letih karena  sehari bekerja membantu suami, juga menyiapkan sarapan untuk putra dan purinya, ketika malam harus menyiapkan seragam untuk anak-anaknya. Seorang istri telah mengorbankan dirinya, demi menjadi bagian dari suaminya.

Kadang, suami meminta dibuatkan kopi, sementara di malam hari  suami meminta agar segera dilayani urusan birainya. Benar apa yang  dikatakan Rasulullah Saw kepada para sahabatnya, sekaligus  diperuntukkan bagi semua umatnya "sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik kepada keluarganya (HR. Al-Tirmidzi).

Apa-pun alasan seseorang, jika untuk kepentingan pribadinya, kemudian mencatut Allah SWT, dan juga nama Nabi Rasulullah SAW, itu merupakan pelecehan terhadap agama. Allah SWT menurunkan islam untuk membawa rahmat, bukan untuk menindas sesama hamba-Nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun