Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kewalian Mbah Maimun Zubair

6 Agustus 2019   13:03 Diperbarui: 6 Agustus 2019   13:16 1644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang santri lagi duduk persis di depan pintu sambil membuka pintu sedikit. Seolah olah santri itu sedang ngintip kapan Mbah Maemun Zubair keluar dari rumahnya.

Sesaat sebelum Mbah Maemun keluar, santri yang duduk persis dibelakang imam membaca puji-pujian "Allahu Kafi, rabbunan Alkafi, Qosodna Kafi....berulang ulanng. Semua santri setia duduk hingga Mbah Memun keluar.

Dengan mengenakan busama Batik motif hitam keluar dari kediamaanya. Orang awam mungkin berfikir, kalau Mbah Maemun memakai busana gamis putih lengkap dengan sorban. Rupanya cara berbusana KH Maemun Zubair sebagai seorang ulama besar sangatlah sederhana.

Beliau dituntun seorang santri melangkah menuju Musolla, beliau sarungan dan memakai busana Batik dan peci putih. Begitu Mbah Maemun berada di dalam Musolla, santri langsung Iqomat. Rupanya, Mbah Maemun sendiri langsung menjadi Imam sholat subuh.

Menariknya, beliau membaca surat Albaqarah yang lumayan panjang. Kira kira satu halaman. Seusia beliau, bacaannya sangat jelas, dan Panjang. Padahal yang masih muda, membacanya tidak sepanjang bacaan Mbah Maemun Zubair.

Usai sholat, beliau membaca wirid dan doa yang menjadi ciri khas Ulama Nusantara. Tidak berhenti wiridan, Mbah Maemun menunggu waktu israq dan dhuha. Disela sela baca wirid, santri mijeti Mbah Maemun hingga waktu dhuha.

Setelah sholat Duha. Tepatnya pukul 07.30, beiau keluar dan memasuki kediamanya.

Sayapun ikut membuntutunya. Kemudian duduk tidak jaih dari beliau. Sesekali memandangi wajahnya yang sejuk nan penuh dengan aura.

Dalam hatiku yang berkata "saya bertekad bisa bersalaman dan mencium tanganya. Sukur sukur bisa berfoto dengan beliau".

Setelah satu persatu salaman. Giliranku salaman. Akupun meng gunakan bahasa Arab fushah saat berkomunikasi dengan beliau, rupanya sangat berkenan dan senang dengan bahasa Arab.

Setelah semua tamu bersalaman. Semua dipersilahkan duduk kembali. Ruapanya, para santri sudah mempersiapkan sarapan. Secangkir kopi disuguhkan. Dan seorang santri berkeliling membagikan subutir korma.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun