Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Runtuhnya Teori Bidah

5 Agustus 2019   15:35 Diperbarui: 5 Agustus 2019   15:39 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam sebuah pendapat dikatakan "bidah itu lawan dari sunnah". Dengan kata lain, segala sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW adalah bidah (meng-ada-ada). Padahal, cukup perkara yang dilakukan sahabat, dan tabiin yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW. Semisal Sholat dua rakaat wudhu oleh Bilal Ibn Robbah, membaca surat Al-Ihlas pada setiap sholat. Ternyata, Rasulullah SAW setuju. Maka, runtuhlah teori bidah sebagai lawan dari sunnah.

Ziarah Rasulullah SAW, dan titip salam kepada Rasulullah SAW di Madinah, sementara Rasulullah SAW. Semua itu tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW. Konon, yang pertama kali melakukan menitipkan salam kepada Rasulullah SAW adalah Khalifah Umar Ibn Abdul Aziz. Kemudian apa yang dilakukan oleh Umar Ibn Abdul Aziz di ikuti para ulama hingga sekarang. Padahal Umar Ibn Abdul Aziz, satu-satu Khalifah paling alim, adil, dan paling cinta kepada Rasulullah SAW dan duuriyah, serta sahabat Rasulullah SAW.

Dalam yang hingga saat ini menjadi perdebatan hangat nan sedap kaum salafi wahabi adalah "tahlilan dan ziarah kubur" yang dilakukan oleh Kaum Nahdiyin. Syekh Ibn Baz pernah di datangi oleh Gus Dur dan KH Sahal Mahfuzd. Kemudian Syekh Ibn Baz bertanya seputar warga NU yang doyan banget ziarah Kubur. Syekh Ibn Baz menganggap bahwa warga NU Sukanya "menyembah dan meminta kepada kuburan". Kemudian KH Abdurahman Wahid menjawab "warga NU datang kekuburan bukan menyembah, tetapi menerapkan sunnah Ziarah Kubur". Mendengar jawaban itu, Syekh Ibn Baz sangat senang dan bahagia, karena ternyata warga NU itu paling demen sunnah Rasulullah SAW dalam urusan ziarah kubur.

Dalam tradisi ziarah kubur, masyarakat NU, biasanya paling suka melaksankan ritual "tahlilan".  Tahlil adalah satu kalimat yang sangat istimewa dalam ritual tersebut, dimana seorang kafir dan musrik menjadi seorang menjadi muslim karena mengucapkan kalimah "La Ilaha Illa Allah wa Ashadu Anna Muhammad Rasulullah". Ketika mengucapkan kalimah tahlil (tahlil), maka secara otomatis dosa-dosa masa lampau terhapus, karena sudah menjadi seorang muslim.

Maka, tidak benar jika ada orang berkata bahwa orang yang setiap malam jumat tahlilan, membaca kalimah-kalimah tauhid meng-esakan Allah, kemudian dikatakan keluar dari islam dengan alasan tidak pernah dilakukan Rasulullah SAW (bidah munkarat). Bagaimana mungkin keluar dari islam karena melakukan tahlilan, sementara orang-orang kafir yang setiap hari menyekutukan Allah, menjadi masuk surga karena lafadz tahlil (tahlilan).

Tidak satu-pun orang yang tahlil di malam jumat, dan juga tahlilan ketika ziarah kubur kecuali meng-esakan dan mengagungkan Allah SWT. Mereka datang bukan menyembah kuburan, juga tidak meminta urusan dunia kepada orang yang telah mati. Mereka datang mendoakan, serta mengingat kematian. Mereka membaca tahlil, surat yasin dihadiahkan kepada orang-orang yang telah mendahuluinya dalam kedaan iman dan islam. Dan terakhir, mereka melakukan ziarah kubur itu karena perintah dan tuntunan Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW bersuah payah  menziarahi makam ibunya di Abwa. Jaraknya sekitar 150 Km dari kediaman Rasulullah SAW di Madinah. Bisa saja Rasulullah SAW mendoakan ibundanya dari Kota Madinah. Namun, Rasulullah SAW ingin mengajarkan kepada para sahabatnya, bahwa doa saja tidak cukup, namun harus datang kepuasaran ibundanya, walaupun jaraknya sangat jauh dan melelahkan. Itulah salah satu bakti seorang anak kepada ibundanya.

Ketika Rasulullah sampai ke makam ibundanya, Rasulullah SAW mengajak para sahabat mengingatkan akan kematian. Di pusaran ibudanya, Rasulullah SAW juga menangis tersedu-sedu, begitu juga para sahabat turut serta menangis. Kemudian Rasulullah SAW berkata kepada sahabat-sahabatnya "Kubur yang kalian lihat aku berbisik di sana adalah kuburan ibuku, Aminah binti Wahab. Aku meminta izin kepada Allah Swt untuk menziarahinya, dan aku diizinkan-Nya ... (H.R Muslim).

Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW berkata kepada sahabat-sahabat kenapa dirinya menangis, maka Rasulullah SAW menjawab "Aku tersentuh oleh kasih sayang ibuku, maka aku menangis (HR, Ibn Saad). Rupanya, dengan cara ini Rasulullah SAW mengingat kasih sayang ibundanya kepada dirinya.

Dalam kisah itu bisa disimpulkan bahwa "ziarah kubur itu sunah" karena Rasulullah SAW melakukannya dengan para sahabatnya. Berikutnya, bagi umat islam ziarah kubur itu memiliki beberapa makna, pertama adalah sunnah Rasulullah SAW, kedua mengingatkan akan kematian (Tuddakiru Al-Maut), dan yang ketiga adalah mendoakan orang yang telah wafat. Dan yang paling penting, bagi seorang anak adalah ziarah kubur itu bentuk bakti kepada kedua orangtua.

Jadi, pendapat yang mengatakan "ziarah kubur itu bidah" adalah kurang piknik. Karena ternyata, Rasulullah SAW, sahabat, salafussolih, dan juga para ulama. Apalagi, ketika memberikan pengertian bidah sangat lemah dan terbantahkan. Dalam banyak tulisan dan ceramah misalnya, salafi wahabi mengatakan bidah adalah semua yang tidak pernah dikatakan dan dilaksanakan Rasulullah".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun