Dengan demikian, pahala yang diperoleh juga banyak sekali. Rasulullah SAW berkata "Siapa yang membaca satu huruf dari Alquran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf (HR Al-Tirmidzi).
Bagi para menghafal Alquran, membaca Alquran itu merupakan sebuah hiburan ruhani. Mereka benar-benar bisa menikmati Alquran. Ketika membaca seolah-olah sedang interaksi langsung dengan Allah SWT. Biasanya, orang yang seperti ini dirinya sudah menyatu dengan Alquran.
Sayiid Qutub mengatakan "hidup dibawah naungan Alquran itu sangat nikmat, tidak akan mengetahuinya kecuali orang yang benar-benar merasakannya".Orang yang sudah sampai taraf menikmati, mereka tidak pernah berfikir pahala, karena kenikmatan itu sudah sampai pada tahapan paling tinggi dalam urusan ibadah.
Selanjutnya, Ibn Qoyyim menjelaskan, membaca Alquran juga bisa dengan tadabbur (angen-angen kandungannya). Cara seperti ini tidak perlu banyak-banyak. Namun, orang yang bisa mengerti maknanya, juga bukan orang sembarangan. Hanya para ulama yang mengeti dan mendalami bahasa Arab bisa memaknai Alquran saat membacanya, Allah SWT berfirman "maka apakah mereka tidak memperhatikan Alquran ataukah hati mereka terkunci?"
Membaca Alquran dengan tadabbur maupun memperbanyak membaca Alquran merupakan, merupakan bentuk ketaatan kepada Allah SWT. Siapa-pun yang membaca Alquran semata karena Allah SWT dia kelak akan mendapat syafaat Alquran. Mengerti maknanya, atau tidak mengerti, semua mendapatkan balasan dari Allah SWT. Tidak bisa membaca Alquran-pun, ternyata bisa mendapat pahala Alquran, dengan catatan ikut serta berkontribusi kepada mereka yang sedang belajar atau mengajarkan Alquran.
Bagi masyarakat Nusantara pencinta Alquran, tadarusan merupakan sebuah kenikmatan tersendiri. Walaupun sebagian dari mereka tidak bisa membaca Alquran, dan juga tidak tahu dalilnya, namun semangat tadarusan di bulan suci Ramadhan benar-benar nyata. Mereka memiliki keyakinan, bahwa Alquran itu kelak akan memberikan syafaat, sebagaimana yang diajarkan guru-gurunya. Tradisi membaca Alquran model seperti ini hanya bisa ditemukan di Nusantara, mulai Papua hingga Aceh. Bagi Muslim Nusantara, membaca Alquran dengan tadarusan ala Nusantara merupakan kearifan lokal yang harus mendunia.
Bagi yang masih belum lancar baca Alquran, mereka akan tetap berkontrubisi terkait dengan Alquran dalam apapun, karena Rasulullah SAW berkata "jadilah orang yang mengajar (muallim), atau belajar (mutallim), atau mustamian (menyimak), atau kontribusi (muhibban), dan jangan menjadi yang nomer lima". Kalau melihat keterangan ini, simpati saja kepada tadarusan itu mendapatkan pahala, dan bisa mengantarkan ke dalam surga. Jangan sampai, hafal Alquran, namun menjadi banga-bangan, kemudian tidak menjadikan semakin dekat dengan Allah SWT.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H