Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ketika Rasulullah SAW Membela Pemabok

28 Mei 2019   08:16 Diperbarui: 28 Mei 2019   14:05 917
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasulullah SAW selalu melihat sisi kebaikan sahabatnya, walaupun tidak dipungkiri Rasulullah SAW juga melihat sisi keburukannya. Terkait dengan kewajiban menutup aib (keburukan) sesama muslim, Rasulullah SAW berkata ".....dan barangsiapa yang menutupi (aib) seorang muslim sewaktu di dunia, maka Allah akan menutup (aibnya) di dunia dan akhirat. Sesungguhnya Allah akan senantiasa menolong seorang hamba selalu ia menolong saudaranya." (HR. Tirmidzi)".

Selama masih mencintai Allah SWT dan Rasulullah SAW, berarti dia termasuk orang yang ber-iman. Cukup banyak orang yang maksiat, namun rasa cinta kepada Rasulullah SAW sangat mendalam. Dia sebenarnya menyadari bahwa perbuatannya itu salah. Namun, dia juga tidak bisa jauh dari dari sholawatan menyebut keagungan Rasulullah SAW. Dia juga merasakan selalu rindu  berziarah ke makam Rasulullah SAW. Model seperti ini masih banyak di dunia.

salah satu ke-keistimewaan Rasulullah SAW adalah "pemaaf" dan sabar. Karena itulah Rasulullah SAW memiliki nama "Ahmad" yang artinya paling terpuji. Allah SWT menyematkan nama "Ahmad yang bermakna superlatif " kepada kekasih-Nya, karena  memang Rasulullah SAW tidak pernah melihat sisi keburukan sahabatnya. Tidak ada yang lebih terpuji, melebihi Rasulullah SAW, tutur, perilaku dan sikap Rasulullah SAW benar-benar Ahmad (paling terpuji). Ketika Aisyah ra, ditanya bagaimana budi pekerti nya, beliau menjawab "akhlaknya adalah Alquran". Mencintai Rasulullah SAW berarti mencintai Alquran, dan Alquran itu adalah Kalamullah.

Sebuah kisah menarik dan asyik untuk disimak. di Madinah, ada seorang sahabat Rasulullah SAW yang bernama "Abdullah". Dia sosok sahabat yang sukanya minum-minuman keras (pemabuk). Bahkan, pernah mabuk di samping Rasulullah SAW. Namun, sahabat yang satu sangat mencintai Allah SWT dan Rasulullah SAW, walaupun suka mabuk. Terang saja, semua sahabat lain jengkel kepadanya, masak mencintai Rasulullah SAW, namun mabuk di samping Rasulullah SAW.

Berkali-kali sahabat ini di jilid (hukum) cambuk oleh Rasulullah SAW karena ulahnya. Namun tidak merasa kapok. Setiap mabuk, selalu dicambuk. Bahkan, dalam riwayat lainnya, Abdullah sering di taboki oleh sahabat-sahabat dengan (dipukul) dengan sandal sebagai hukuman. Namun, tetap saja mabuk.

Namun, tetap saja kebiasaan minumnya. Sampai-sampai ada yang sangat jengkel kepada Abdullah. Karena ngak kuat menahan, akhirnya mereka mengatakan "semoga Allah melaknat". Kemudian Rasulullah SAW mendengar umpatan laknat dari sahabatnya. Lalu Rasulullah SAW menjawab "jangan melakukan itu (melaknat), karena sesungguhnya dia mencintai Allah SWT dan Rasul-Nya (di terangkan dalam kitab Fathu Al-Bari Sarah Shohih HR.Bukhori, bab AL-Hudud). Itulah pembelaan Rasulullah SAW kepada sahabat Abdullah sang pemabuk.

Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW mengingatkan sahabat yang melaknat Abdullah, dengan mengatakan "Jangan kalian membantu setan menjerumuskan saudar kalian (HR Ahmad). Sejak saat ini, para sahabat tidak lagi melaknat Abdullah karena perilaku Abdullah yang suka mabuk-mabukan. Kewajiban bagi sesama muslim adalah "mendoakan dengan kebaikan". Karena tidak berhak bagi seorang muslim yang masih percaya dan ber-iman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, hanya karena maksiat, kemudian di laknat.

 Karena sering mabuk-mabukan, maka kawan-kawannya selalu menyebutnya dengan keledai "Himar". Salah satu hewan yang tidak berharga bagi orang Arab. Biasanya kalau ada orang yang buruk kelakuannya, orang Arab memanggilnya "Wahai Himar". Seperti di Indonesia, biasanya memanggilnya dengan panggilan "anjing lho". Namun, Abdullah tidak marah dengan panggilan tersebut, dan juga tidak membalas dendam dengan hukuman "cambuk". Baginya, nikmat yang paling sangat adalah masih bisa mencintai Allah SWT dan Rasulullah SAW. Bisa dekat dengan junjungan Rasulullah SAW.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun