Tidak ada kebahagian seorang santri, kecuali telah melihat kesehatan dan kebahagiaan Kyai- nya. Tidak ada kesetiaan seseorang yang lebih tinggi melebihi kesetiaan seorang santri kepada Kyai nya. Bagi santri memuliakan Kyai, itu sama dengan memuliakan Nabi, karena Kyai itu adalah seorang ulama yang mengajarkan agama kepadanya. Bahkan, Â di dalam Kitab Taklim Mutallim di ajarkan juga bagaimana cara memuliakan Kyai dan juga keluarga Gurunya.
Dalam kitab Taklim Mutallim juga di terangkan, bahwasanya orang yang ingin mendapatkan ilmu yang manfaat, harus mendapatkan irsadu ustadi ( arahan atau bimbingan sang guru). Manfaat dan tidaknya ilmu itu tergantung bagaimana seorang santri memuliakan gurunya. Begitulah yang diajarkan ulama-ulam salaf, hingga sekarang ini. Tradisi memuliakan ulama masih melekat pada tradisi pesantren NU di Nusantara.
 Imam Malik ra, pernah berkata "sesungguhnya ilmu itu adalah agama, maka lihatlah dari mana agama kalian dapatkan". Dalam hal ini, ulama Nusantara benar-benar selektif di dalam mencari guru/ Kyai. KH Muhammad Hasyim Asaary telah mengajarkan etika mencari ilmu dalam kitabnya. Itu pula yang dilakukan Imam Abu Hanifah, beliau istikharah terlebih dahulu sebelum menentukan siapa guru yang akan mengajarkan ilmu kepadanya.
Jadi salah menentukan Kyai, akan salah dalam beragama. Guru itu akan mempengaruhi pola pikir santri nya. Kalau gurunya radikal, secara otomatis watak radikalnya akan mengalir kepada santri-santri nya. Kalau gurunya suka ngafirkan sesama, maka muridnya juga demikian. Tidaklah aneh, jika ada sebuah pepatah yang mengatakan "guru kencing berdiri, murid kencing berlari". Dari sinilah, betapa pentingnya seorang Guru/Kyai.
 KH Muhammad Hasyim Asaary ketika balik ke Nusantara, beliau tidak mendirikan negara islam. Beliau faham betul tentang Khilafah Islamiyah, beliau juga sangat fasih tentang Negara Islam.  Beliau juga faham betul perilaku Khalifah-khalifah Namun sebagaimana keterangan kitab-kitab Klasik Justru Mbah Hasyim Asaary lebih suka mendirikan negara kesatuan Republik Indonesia dengan tidak meninggalkan nilai-nilai luhur Islam yang bersumber dari Alquran dan hadis.Â
 Jangan ditanya berapa banyak hafalan hadis Rasulullah SAW KH Muhammad Hasyim Asaary. Juga jangan ditanya berapa lama ngaji kitab hadis kepada Syekh Mahfudz Al-Turmusi dan ulama-ulama hadis lainnya di Makkah. Beliau belajar Alquran dan tafsirnya dari sumber yang terpercaya, begitu juga dengan hadis dan mustalahnya. Guru-guru beliau di Makkah adalah mufti-mufti Makkah yang kadar ilmunya tidak diragukan lagi.
Secara khusus, KH Hasyim menulis kitab seputar etika seorang santri kepada gurunya. Beliau juga memberikan contoh, bagaimana sikap beliau kepada guru-gurunya. Itulah yang kemudian menjadi rujukan, panduan santri-santri Nusantara di dalam menuntut ilmu agama. Rasanya belum sempurna ilmu seseorang jika belum ngaji Akhlak tentang etika seorang santri kepada gurunya.Â
Seorang santri Nusantara begitu takdim kepada guru-gurunya, bahkan seorang santri tidak diperbolehkan bersuara keras ketika berada di dekat Gurunya. Sebaliknya, tidak ada seorang Kyai Nusantara, kecuali ingin mengantarkan santri santri nya bermanfaat bagi masyarakat. Sang Kyai bukan saja mengajari ilmu agama, setiap malam sang Kyai munajat kepada Allah SWT agar santri-santri menjadi orang yang bermanfaat bagi umat.
Tidaklah heran, jika santri-santri Mbah Hasyim banyak yang menjadi pejuang di jalan Allah, seperti KH Masjkur-Malang yang menjadi perang Laskhar Sabilillah saat perang 10 November, 1945 M. Banyak juga yang menjadi pejabat, seperti  menjadi menteri, memiliki pondok pesantren, menjadi pedagang. Santri itu boleh menjadi apa saja, tetapi akhlak itu di atas segalanya.  Begitulah tradisi ahlak Kyai dan Santri.Â
Kali ini, Santri Nusantara telah mengantarkan KH. Kyai Ma'ruf Amin menuju Istana RI. Kemenangan Jokowi yang berpasangan dengan KH Makruf Amin tidak lepas dari dukungan para Ulama Nusantara dan santri, khususnya di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Â Mereka mendukung KH Makruf Amin bukan karena apa-apa, tetapi nilai-nilai Aswaja Mbah Hasyim Asaary benar-benar melekat kepada KH Ma'ruf Amin. Dengan kata lain, mendukung KH Ma'ruf Amin itu sama dengan membumikan Aswaja di bumi Nusantara.
Di Indonesia ini ada dua sosok Amin. Amin yang pertama, dia lebih dari sekali mencalonkan menjadi Presiden RI, namun ngak pernah jadi. Ketika mendukung  Capres-pun juga selalu gagal. Dialah Amin Rais. Sehingga Gus Dur pernah berkelakar "sampai kapanpun Amin Rais tidak akan bisa menjadi presiden, karena nama -A".
Kedua adalah KH Makruf Amin. Sekali mencalonkan diri menjadi wakil Presiden langsung jadi. Beliau mendapat dukungan langsung kaum santri Nusantara. Nah, Kyai NU yang satu ini karena "Makruf" terkenal dikalangan masyarakat. Juga memiliki keahlian ekonomi syariah. Bisa jadi, karena berkah "Pesantren Tebu Ireng" yang di dirikan KH Muhammad Hasyim Asaary.Â
Deretan Kyai NU-Santara sudah melihat sosok Kyai Makruf yang amin (dapat dipercaya). Beliau salah satu Kyai NU yang benar-benar memperlihatkan Jiwa NU-nya kepada masyarakat luas, baik penampilan busana maupun pola fikirnya, bahkan cara ber-ekonominya. Penampilan inilah yang membuat masyarakat NU di Nusantara semakin yakin bahwa Kyai Ma'ruf akan mampu memenangkan.
Sarungan, menjadi ciri khas beliau. Kemana-pun pergi, selalu mengenakan busana khas Sarung. Artinya, beliau itu seperti "sarung" yang bisa di artikan "taat beragama, namun longgar (moderat). Kaum NU-Santara sekarang  boleh berbangga, walaupun sarungan bisa menjadi Presiden, Wakil Presiden, Menteri, Jenderal, Dokter, Peneliti, pengusaha. Namun, mereka tidak kehilangan identitas sebagai seorang pewaris para nabi.
Dukungan terhadap Kyai Makruf Amin begitu besar, diantaranya datang dari KH Maemun Zubair, KH Anwar Mansur, KH Marzuki Mustamar, KH Nawawi. Hampir semua unsur NU, mulai pusat hingga ranting satu barisan mendukung KH Makruf Amin. Tidak ketinggalan, sosok Habib Lutfi dan jamaah dari Duriyah Rasulullah SAW ikut serta mendukung secara terang-terangan tanpa tedeng aling-aling. Walaupun suara Habib Lutfi tidak sekeras Habib Riziq, namun Tuhan mengabulkan doa Habib Lutfi.
Ketika melihat sosok KH Makruf Amin tidak lepas dari sosok KH Hasyim Asaary sang perintis NKRI, juga pendiri pesantren Tebu Ireng. Dimana, KH Makruf Amin  adalah salah satu dari sekian santri KH Idris. KH Idris itu menantu dari KH Hasyim Asaary. Dan, KH Idris itu adalah teman ngaji Syekh Muhammad Yasin Al-Fadani, dan Syekh Yasin itu murid dari Syekh Mahfudz Al-Tirmizi, beliau-beliau itu ulama besar di tanah suci Makkah.
KH Hasyim Asaary telah menebarkan faham Aswaja di Nusantara, beliau berjuang melawan penjajah hingga titik darah penghabisan. KH Hasyim bukan saja mewariskan ilmu, tetapi mewariskan mental berjuang melawan penjajah dari ke dholiman para penjajah yang ingin merusak akidah dan ahklah umta islam di Nusantara. KH Hasyim telah mewariskan rasa cinta terhadap tanah air Indonesia.Â
 Putra putrinya hingga menantunya bukan hanya mengajar ilmu agama, tetapi juga pejuang setia membela tanah air Indonesia. Mencintai, menjaga dan merawat NKRI adalah sebuah kewajiban bagi santri NU dimana saja berada. Merawat NKRI sama dengan merawat peninggalan Mbah Hasyim. Dan NU bangkit, karena ingin menjaga akidah Nahdiyah yang washatiyah (moderat) yang diajarkan Rasulullah SAW dan para sahabat.Â
Puluhan, bahkan mungkin sudah ratusan, bisa jadi sudah ribuan santri Tebu Ireng yang menyebar ke seluruh pelosok Nusantara, bahkan dunia. Semua akan menjaga Mahhaj Aswaja yang dirintis oleh Mbah Hasyim Asaary. mereka juga mengajarkan islam yang moderat, bukan islam yang radikal nan menakutkan.
Jika Gus Dur menjadi Presiden itu sudah pantas. Karena beliau itu cucu KH Muhammad Hasyim. Jika KH Masjkur menjadi menteri agama di Era Soehkarno juga pantas, karena beliau pejuang Aswaja santri dan Mbah Hasyim Asaary. Jika KH. Muhammad Tholhah Hasan pernah menjadi menteri agama Era Gus Dur juga pantas, karena beliau juga santri Tebu Ireng..
 Nah, saat ini KH Maruf Amin menjadi Wakli Presiden dari kalangan Kyai NU-Santara. Beliau napak tilas perjalanan Gus Dur. Sanad ilmu Gus Dur, KH Masjkur, KH Tholhah Hasan, nyambung dengan Mbah Hasyim Asaary.  Jika semua santri Nusantara mendukung KH Makruf Amin. Sesungguhnya, KH Makruf Amin itu secara akidah, madzhab, dan juga tradisi Aswaja masih kuat melekat pada pribadi beliau, sebagaimaan Mbah Hasyim Asaary. Gen Tebu Ireng sangat kuat, itu tidak lepas dari sosok KH Hasyim Asaay. Maka, siapa-pun yang ingin mencalonkan diri menjadi Presiden, harus sowan, dan ziarah ke Makam KH Hasyim Asaary.
Santri NU-Santara telah menunjukkan loyalitas kepada Sang Guru, juga setia menjaga NKRI dari masa kemasa. Saat ini sang Guru akan menjadi pemimpin di Indonesia menuju Indonesia emas. Tahun mendatang (2024), akan lahir santri -santri NU-Santara yang siap menjadi presiden atau wakil presiden NKRI. Mereka akan menjaga akidah Aswaja yang cinta Rasuluah SAW dan sahabat serta keluarga Rasulullah SAW.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H