Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mabuk Politik

26 Januari 2019   12:25 Diperbarui: 26 Januari 2019   12:34 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, salah satu yang dilakukan ialah "mendamaikan suku Aus dan Khajraj" yang berperang ratusan tahun. Padahal keduanya itu bersaudara. Perbedaan bukan menjadikan keduanya bersatu, tetapi berperang yang tak berujung. Kemudian Rasulullah SAW mendamaikan keduanya. Ternyata berhasil.

Indonesia terbentuk, karena berbeda agama, budaya, bahasa dan juga etnis. Inilah nikmat yang agung. Wajib di sukuri. Allah SWT berfirman "...Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal". (QS. Al-Hujurat: 13).

Mestinya semua perbedaan yang terjadi harus di syukuri. Alquran sebagai kitab suci, dijalankan isinya. Bukan itu mencaci orang yang tidak sepaham. Apalagi kemudian berkata "Indonesia akan hancur, karena pemimpinnya korupsi dan tidak adil". Memang betul, banyak korupsi. PAN, PKS, PDIP, dan Golkar menyumbang koruptor. 

Untuk masih ada KPK, sehingga maling-maling berdasi kutangkap. Padahal, mereka pinter ngaji, juga kadang menjadi imam sholat berjamaah. Jangan-jangan, itulah yang menjadikan islam tidak menarik lagi. Tetapi, yakin lah selama nilai-nilai islam membumi di nusantara, yang dijaga para ulama dan habaib yang lurus di dalam menjalankan titah Rasulullah SAW, maka maling-maling itu akan ter kapar di tangan KPK.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun