Nah, kali ini ada beberapa kelompok yang sengaja menciptakan kegaduhan. Dulu, yang namanya Majelis Taklim dan maulid murni ngaji agama dimana di dalamnya, memuji Rasulullah SAW serta Durriyah dan sahabatnya. Sekarang Majelis Taklim isinya hujatan, kadang mencaci sesama, bukanya menambah cinta dan melebur dosa, tetapi berbagi dosa kepada sesama.
Dulu, para habaib dan Kyai saling berpelukan dalam setiap majelis, saling cium tangan, sama-sama memuliakan Durriyah nabi Muhammad SAW. Mereka menjadi teladan sejati bagi masyarakat awam bagaimana berahlak sebagaimana ahlak baginda Rasulullah SAW.
Dulu, ngak ada Habib yang misuh-misuh, ngumpat sesama muslim, menebarkan kegaduhan, dan teriak-teriak ganti presiden. Karena mereka berdakwah, sifat dakwah itu sepanjang jaman. Sementara sifat Pilpres itu hanya 5 tahun sekali.
Setiap ada khaul, selalu ada teriakan ganti presiden. Teriakan itu keluar dari mulut berjubah yang putih kepada sesama Durriyah. Teriakan itu bernada ejekan, sinis, seolah-olah sudah kehilangan makna dalam berdakwah. Apakah sudah berubah sedemikian rupa orientasi dakwahnya. Atau memang ada sesuatu.
Jika para Habib sudah kasar, kotor ucapannya, penuh kedengkian sesama Durriyah Rasulullah SAW. Lantas, orang awam mau ngikuti mereka?
Ketika Khaul Habib di Solo, cukup banyak teriakan-teriakan yang mengotori Khaul Solo. Habib Lutfi saja diteriaki. Lebih mengelikkan lagi, mereka sepertinya sudah tidak punya malu. Kok, begitu tidak santunnya mereka kepada Habib Lutfi sang Durriyah Rasuluah SAW. Sepertinya dukungan kepada Sandi dan Prabowo telah menghilangkan kewarasan berfikir sebagai seorang ulama. Jangan-jangan ulama itu karena busa-nanya bukan budi pekerti nya.
Durriyah Rasulullah SAW ternyata kalah dengan seorang Prabowo yang nyanyi-nyanyi Haleloya pada setiap Natalan. Habib Lutfi kalah dengan seorang Prabowo yang setiap natal merayakan natalan bersama keluarga besarnya. Jika demikian, Pantaskah Ijtimak Ulama justru memusuhi para ulama dan Durriyah Rasulullah SAW..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H