Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Habib Lutfi pun Kalah dengan Prabowo

31 Desember 2018   14:19 Diperbarui: 31 Desember 2018   15:31 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setahu saya sejak masih belajar di Musolla hingga menyelesaikan S3, orang yang paling memuliakan Durriyah Rasulullah SAW adalah ulama Nusantara. Bahkan, sudah menjadi sebuah keyakinan kalau memuliakan Durriyah Nabi (Habib) itu hukumnya wajib. Ada seorang Kyai mengatakan "Habib itu malati lho, karena darah Rasulullah SAW mengalir pada diri mereka".


Hanya kalangan Salafi, Wahabi, HT yang enggan memuliakan Habib dengan dalih "semua sama". Sangat aneh sekali, ketika ada kelompok organisasi islam, atau partai politik yang ngak ngakui Durriyah Rasulullah SAW, secara tiba-tiba suka dan dekat dengan Habib. Sudah pasti, ada tujuan tertentu. Saya yakin, setelah tujuannya tercapai, mereka akan mencampakkan Habib. Bisa-bisa di singkirkan. Karena politik itu, tidak mengenal Habib.

Wong Saidina Ali Ibn Abi Thalib saja di bunuh dengan cara yang keji. Hasan juga di racun istrinya sendiri, sementara Husain juga di penggal kepalanya. Abdullah Ibn Zubair juga di gantung kepalanya di Ka'bah. Padahal, mereka itu sahabat Rasulullah SAW, menantu, dan juga cucu Rasulullah SAW yang dijamin surga. Masalah politik, adalah harga diri. Apa-pun akan dilakukan demi sebuah kemenangan dan kekuasaan.

Ngak ada ceritanya Kyai Nusantara itu membuly Durriyah Rasulullah SAW. Kalaupun tidak cocok, mereka lebih baik diam, karena takut kualat. Kyai Nusantara benar-benar samatan wa toatan terhadap Durriyah Rasulullah SAW. Lebih-lebih, Habib tersebut sosok orang yang berilmu dan berahlak tinggi.

Ketika melihat seorang Habib yang berilmu, berarti ada dua keberkahan. Keberkahan ilmu dan Durriyah Rasulullah SAW. Lihat saja, ketika para Kyai Nusantara hadir ke kediaman Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki, semua takdim dan mencium tangan. Begitu juga saat hadir di kediaman atau majlis Taklim Habib Umar Al-Hafiz, Majlis Taklim Maulana Habib Lutfi Pekalongan. Kyai Nusantara rebutan bisa bersalaman dengan mereka.

Di Nusantara cukup banyak Habib yang menjadi panutan Kyai Nusantara di Indonesia, seperti Habib Lutfi Pekalongon, Habib Taufiq Pasuruan, Habib Sholih Al Idrus Malang, Habib Jindan. Sementara Habib yang lain, sebut saja Habib Umar Alhafidz, Habib Ali Aljufri dan habib Ahmad Alawi Almaliki. Hingga sekarang, nama-nama itu masih menjadi rujukan Kyai Nusantara.


Semua habib dipastikan teologinya adalah Imam Asaary dan Syafii Madzhabnya. Rata-rata, habaib itu mengikuti Toriqoh, baik Al-Naqsabandiyah, Al-Qodiriyah, atau Alawiyah. Ngak ada ceritanya seorang habaib itu ngikut teologi selain Asaary.

Salah satu tujuan Syekh Al-Imam Muhammad Hasyim Asaary mendirian Jamiyah Nadhdhatul Ulama, menjadikan rumah yang besar nan teduh bagi ulama dan Habib yang bertujuan menjaga akidah Ahlussunah Waljamaah dari rongrongan Wahabi yang ngak suka kepada Durriyah Rasulullah SAW. Bahkan, tidak mengakui adanya Durriyah Rasulullah SAW.Sejak berdirinya NU, hingga sekarang selalu mengajarkan cinta Kyai dan Durriyah Rasulullah SAW, sebagaimana yang dicontohkan Gus Dur saat membela Habib Kwitang.

Sekarang sudah mulai berbeda. Beberapa Habib tidak lagi menjaga Aswaja, justru gandeng renteng dengan kelompok Wahabi yang jelas-jelas meng-kafirkan dirinya karena mengikuti akidah Asaariyah. Hanya saja karena masalah politik sesaat. Tidak terbayangkan, Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki yang mempertahankan teologi Asaary, sementara santri-santri nya gandeng renteng dengan Hizbu Tahrir berdemonstrasi. Berkumpul dengan kelompok garis keras, seperti; Abu Jibril. Nalar akidah Asaary sudah mulai pudar karena masalah politik yang bersifat sesaat.

Biasanya para Habib selalu kompak menjaga kerukunan, kesejukan, keteduhan dalam berdakwah sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Menjaga akidah Aswaja, melalui pengajian, khaul, sholawatan. Itu dilakukan sejak ber-abad-abad, sebelum berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia.


Maka muncullah beberapa Majelis Taklim di Nusantara, seperti taklim dan Maulid Rasulullah SAW, Riyadhul Jannah, Arridwan dan ratusan Majelis taklim lainnya. Tujuan utamanya, menjaga akidah Aswaja yang mencintai Rasulullah SAW dan Durriyah serta sahabat kanjeng Nabi Muhammad SAW.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun