Tidak ada orang yang lebih setia melebihi kesetiaan sahabat kepada Nabi Muhammad SAW. Sahabat Hamzah Ibn Abdul Muttalib, sahabat nabi, sekaligus paman, merupakan salah satu sosok yang sangat sayang, cinta, kepada Muhammad SAW. Pernah suatu saat Abu Jahal datang, membully Muhammad SAW, bahkan sampai menyakiti secara fisik. Tidak ada orang yang berani membela, kecuali Hamzah Ibn Abdul Muttalib.
Hamzah Ibn Abdul Muttalib berkata kerasa kepadanya "Mengapa kamu memaki dan mencederai Muhammad, padahal aku telah menganut agamanya dan meyakini apa yang dikatakannya? Sekarang, coba ulangi kembali makian dan cercaanmu itu kepadaku jika kamu berani!. Begitulah salah satu kesetiaan Hamzah dan pembelaan kepada Muhammad SAW. Dengan bangganya Hamzah berkata "aku telah menganut agamanya".
Ada sebuah kisah menarik, dimana pembesar Makkah berkata "jangan pernah menyentuh kulit Muhammad, saya tidak pernah melihat orang yang lebih setia melebihi kesetiaan sahabat Muhammad kepada dirinya". Rupanya, Rasulullah SAW mampu menjadikan para pengikutnya sangat setia, sehingga kesetiaan itu menjadi modal untuk berjuang dan berdakwah.
Kembali kepada Sayyidina Hamzah ra. Beliau pernah dipercaya menjadi pemimpin perang Badar bersama Ali Ibn Abi Thalib. Hebat sekali Nabi Muhammad SAW, paman dan keponakan nya, keduanya dipercaya memimpin perang pertama melawan orang-orang Kafir Makkah di Badar. Wal hasil, perang badar itu dimenangkan pasukan Rasulullah SAW yang jumlahnya hanya 313Â orang dengan peralatan yang tidak memadai. Namun, semangatnya jauh lebih besar dari senjata nya.
Berikutnya adalah Perang Uhud, di mana kaum kafir Quraisy merasa dendam atas kekalahan perang Badar. Persiapan perang semakin matang, dimana pasukan Quraisy jumlahnya cukup besar, persenjataan nya juga sangat lengkap dibandingkan pasukan Rasulullah SAW. Bahkan tokoh-tokoh Munafik Madinah, juga ikut kolaborasi dengan pasukan Kafir Quraisy Makkah. Mereka merasa yakin bisa menghabisi Muhammad dan Hamzah Abdul Muttolib ra.
Seorang budak yang bernama Washyi bin Harb secara khusus mendapat tugas menghabisi Hamzah Ibn Abdul Muttolib. Â Hindun binti Utbah, istri Abu Sofyan bin Harb secara khusus memerintahkan membunuh Sayyidina Hamzah, dengan iming-iming dimerdekakan jika berhasil membunuhnya. Karena waktu itu, Wahsyi merupakan budaknya Hindun. Dalam perang Uhud, misi Wahsyi adalah membunuh Sayyidina Hamzah Ibn Abdul Muttolib ra. Bukan membela majikan, juga bukan karena cinta agama mereka.
Pada perang Uhud yang sangat dahsat itu, Sayyidina Hamzah mendapat tugas membawa bendera perang. Sementara Wahysi terus-menerus mengintai Sayyidina Hamzah. Hamzah berperang, membawa pedang dan bendera. Sampai-sampai tubuhnya terkena puluhan panah, sampai suatu ketika Wahsyi mendapat kesempatan melempar tombaknya yang tajam. Setelah di lempar tombak yang sangat tajam, langsung menembus pinggang bagian bawah Hamzah.
Jatuh, terkapar, tidak berdaya. Sayyidina Hamzah gugur dan menjadi Sahid, karena membela Islam dan setia kepada Rasulullah SAW. Puluhan panah menacap di tubuhnya. Usai perang, Rasulullah SAW melihat satu persatu sahabat yang gugur di medang perang. Ketika menemukan jasad Sayyidina Hamzah Ibn Abi Thalib, tiba-tiba Rasulullah SAW meneteskan air matanya.
Rasulullah SAW melihat dengan mata kepalanya, ada puluhan panah yang menancap di tubuh Pamannya. Dan yang lebih menyedihkan lagi, Rasulullah SAW melihat dada sang Paman lubang menganga. Rupanya, robekan dada itu bukan karena perang, tetapi ada yang sengaja merusak nya. Dan ternyata, jantung Sang Paman sudah tidak ada.
Setelah Wahsyi mampu melumpuhkan Hamzah hingga terkapar, Hindun-pun mendektainya. Tidak puas dengan kematiannya. Hindun istri Abu Sofyan, mengambil membedah dada Hamzah dan mengambil dengan paksa jantung dan memakan dengan cara yang sangat sadis.
Dengan berlinang air mata, Rasulullah berkata lirih "Tak pernah aku menderita sebagaimana yang kurasakan saat ini. Dan tidak ada suasana apa pun yang lebih menyakitkan diriku daripada suasana sekarang ini ". Tidak pernah merasa sedih, melebihi kesedihan saat melihat jasad  Sang Paman rusak, dengan puluhan luka panah. Saat itu Rasulullah SAW benar-benar marah, kepada orang yang telah memperlakukan pamannya, dan berjanji akan membalas dengan balasan yang sepadan.
Sampai Allah SWT berfirman "Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar." (QS An-Nahl: 126).
Bulan Maulid Nabi Muhammad, sudah sepatutnya meneladani kesetiaan sahabat kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Di jaman milenial ini, tidak harus berperang, tetapi bagaimana menjadikan Rasulullah SAW sebagai qudwah hasanah dalam semua aspek kehidupan. Tidak berkata kasar dan kotor, tidak menebarkan hoax, itu bagian dari cinta Nabi Muhammad SAW. Jangan pernah mengatakan cinta Nabi, sementara masih memproduksi berita hoax, serta belum bisa menciptakan kesejukan dan kedamaian di sekitarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H