Ketika Sandi di dapuk menjadi wakil Prabowo, langsung sowan ke PBNU, bukan hanya minta restu, sekaligus menunjukkan kalau NU itu benar-benar luar biasa. Juga, Sandi ingin menunjukkan pada publik, bahwa dirinya bagian dari NU. Tidak selesai sampai di situ, Sandi juga ikutan sholawatan yang menjadi ciri khas warga NU dimana-pun berada.
Begitu juga dengan Prabowo. Dia langsung sowan ke makam Gus Dur, dan nyekar. Bahkan, saat di PBNU, langsung di kasih karta-NU. Dengan demikian, Prabowo menjadi NU. Mestinya, sowan dulu ke Makam ayahandanya, atau ke median mertuanya Soeharto. Sowan ke makam ibunda dan ayahanda, bahkwan ke mertuanya tidak menguntungkan secara politik dan kekuasaan. Jadi, makam Gus Dur itu jauh lebih keren untuk dikunjungi daripada kedua orangtuanya.
Ketika Jokowi meminta KH Makruf Amin menjadi wakilnya, semua Kyai NU dan santrinya sudah pasti setuju. Kecuali beberapa tokoh NU yang tetap menjaga NU, agar tetap menjadi rumah besar nan teduh untuk semuanya. Secara teologi, NU itu akan tetap solid, menjawa akidah aswaja dan menjadi NKRi yang merupakan cita-cita pendiri bangsa
Karena bertujuan membangun bangsa, tdan menjaga ke utuhan NKRI, yang menjadi ugas utama setiap anak bangsa. Maka KH Makruf Amin menerima dan setuju. Warga NU-pun akan senang. Apalagi, sejak 30 tahun lamanya NU di bawa kendali mertua Prabowo mendapat tekan dan dan sering di kuyo-kuyo, mulai urusan pendidikan, politik, dan ekonomi nya.
Nah, ketika KH Ma'ruf Amin mendapat tawaran. Langsung setuju. Apalagi, KH Ma'ruf Amin itu santri sejati Pondok Pesantren Tebu Ireng, dimana pesantren Tebu Ireng yang dirintis oleh Syekh Muhammad Hasyim Asaary merupkan perintis kemerdekaan dan perintis NKRI. Tebu Ireng itu pesantren besar yang santri-santri sangat gigih membela tanah air, berjuang hingga titik darah penghabisan, menjaga teologi Aswaja Al-Nadhiyah, juga konsisten dalam madzab Al-Sayfii, serta mengajarkan Toriqoh Sufiyah. Jadi, di antara sekian banyak tokoh ulama, KH Ma'ruf Amin sanadnya nyambung dengan Mbah Hasyim Asaay.
Saat ini, semua mata tertuju pada KH Ma'ruf Amin, sebagai anak bangsa, sekaligus kader terbaik NU ternyata bisa berkiprah untuk kebaikan bangsa, seperti; menjadi, presiden, wakil presisen, menteri, jenderal, pengusaha. Itu telah terbukti ketika masa dictator Soeharto sudah terhenti. Kehahiran KH M'ruf Amin akan menjadi inspirasi kaum sarungan, bahwa
Kaum sarungan-pun harus bangga, bahwa seorang santri juga bisa berkiprah membangun negeri. Dulu, kaum sarungan selamanya duduk manis. Semua pengusaha harus dari keluarga, minimal memlikih hubungan dekat dengan cendana. Sekarang, kaum sarungan diperbolehkan menjadi pengusaha, juga boleh menjadi peneliti.
Nah, Sandi dan Prabowo sowan ke kediaman Gus Dur. Cukup lama hingga satu jam lebih. Menariknya, Sandi di kasih tempe mendoan, tetapi tidak setipis kartu ATM. Sementara Prabowo di bekali buku yang bertutur tentang Tambak Berasa. Tersiarat dalam kunjungan keduanya, agar supaya Prabowo belajar lebih dalam bahwa kelompok garis geras yang bernama HT (Hizbu Tahrir) itu sangat berbaya. Wajar jika kemudian Prabowo berkata "Ide Khilafah itu mengelikkan".
Begitu juga dengan Jokowi, sowan juga ke kediaman Gus Dur. Dulu, Jokowi malah pernah di kasih kopyah khas Gus Dur. Seolah-olah, Jokowi diminta untuk menerapkan pikiran-pikiran Gus Dur di dalam membagun bangsa Indonesia, menjadi keutuhan NKRI, serta menjalankan amanah rakyat dengan sebaik-baiknya, sebagimana yang dilakukan Gus Dur.
Jadi, gerakan NU, benar-benar lengkap di dalam menjadi keutuhan NKRI. Ratusan Kyai, dengan ratusan, bahkan jutaan santri-santrinya siap membangun negara bersama dengan damai dan moderat. Akidah Aswaja, dan NKRI tidak bisa ditawar lagi. Kekuasaan itu hanya lima tahun, sementara menjaga NKRI jauh lebih penting ketimbang pesta demokrasi yang bersifat lima tahun sekali.
Ketika Jokowi menang pada plipres, secara langsung NU ada di baris terdepan menjaga NKRI, serta menjaga teologi dengan sebaik-baiknya. Ketika Jokowi menang, maka KH Makruf Amin akan menjadi rujukan dalam beragama dan ekonomi masyarakat dan ke umatan. Dengan demikian, setiap orang yang mendambakan ekonomi syariah yang berbasis kerakyatan bisa terlaksana.
Ketika Prabowo menang, dia tidak akan lupa, bahwa NU selama ini membangun bangsa. Yenny Wahid yang sering ditawari oleh Prabowo akan menjadi mitra erat membangun bangsa dan negara, dengan tetap menjadi Indonesia yang ramah, damai serta mengajak hidup berdampingan dan mencegah segala usaha yang mengarah pada radikalisme, termasuk mengubah NKRI menjadi Khilafah.
Ketika NU berpolitik, semua menjadi panik. Karena NU sudah puluhan tahun berpolitik, mulai era Bung Karno, dalam tekanan Soeharto selam 30 tahun. Menghadapi Jepang dan Belanada, hingga berperang habis-habisan. Perang melawan DI dan TII, serta melawan PKI. Ketika NU ada di Prabowo, sejatinya sedang menjaga NKRI, begitu juga saat berada di Jokowi, juga sedang menjaga amanah para pendiri negeri agar menjaga keutuhan NKRI.
Tidak semua politisi bisa memahami langkah politik NU yang zig zag. Lawan-lawan politik NU harus pontang panting mengdapi langkah-langkahnya. Tidak memahami setiap langkah NU. Setiap langkah politik, selalu ada argumentasi menarik, unik serta mendasar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H