Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Umar Ibn Al-Kahttab Menaklukkan Al-Quds Tanpa Perang dan Pedang

22 Maret 2018   16:25 Diperbarui: 22 Maret 2018   16:29 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumen pribadi
dokumen pribadi
Saat menunggu sholat subuah misalnya, saya menyaksikan sebagian besar jamaah yang usianya sudah tua sedang asik membaca Al-Quran di shof pertama. Jika di hitung, anak mudanya sangat sedikit sekali. Menariknya lagi, rupanya mereka tidak duduk bersila seperti warga Indonesia pada umumnya, tetapi suka duduk manis di atas kursi. Rupanya, duduk di atas kursi, sudah menjadi  tradisi ke-kinian di Arab, baik di Arab Saudi, Mesir, Yerusalem.

Bahkan, masjid-masjid di Cairo, kadang orang yang terlihat gagah dan perkasa-pun kadang lebih enjoy menunaikan sholat dengan duduk di atas kursi dari pada berdiri. Berbeda dengan muslim Nusantara, yang pada umumnya tetap berusaha berdiri walaupun sudah renta dan sakit. Bahkan, sakit asam urat-pun, tetap berusaha berdiri, kecuali sholat sunnah. Bagi orang sufi, mereka tidak akan memperbincangkan posisi sholat sambil duduk atau berdiri. Mau melaksanakan sholat saja itu sudah luar biasa, karena  dia berarti masih mengingat Allah SWT.

Mengintip Sholat Subuh di Aqsa?

Biasanya, jamaah haji dan umrah yang kurang picnic, setelah melaksanakan umrah dia kaget saat sholat di Masjid Al-haram dan Nabawi, tidak sama dengan sholat yang dilaksanakan di Indonesia pada umumnya, lalu mereka berkata kepada rekan-rekannya "ternyata di Makkah dan Madinah tidak ada qunut subuh, dan juga bacaan basmalah pada surat fatihahnya tidak keras, juga tidak ada wiridan".

Setelah berziarah ke Masjid Al-Aqsa, mereka akan semakin kaget berat, ternyata Imannya setiap subuh selalu qunut, walaupun pada surat Al-Fatihahnya tidak mengeraskan bacaan basmallah. Akan semakin kaget, ternyata sebagian besar penduduk Yerusalem itu beragama Yahudi, Islam dan Nasrani. Dan Masjid Al-Aqsa di kelilingi Gereja dan Sinagog (tempat ibadah agama Yahudi.

Nah, di sinilah pentingnya picnic literasi dan picnic religius. Orang akan bisa membedakan antara mazhab fikih, jika banyak ngaji, dan juga kana melihat realitas bahwa ternyata di Yerusalem itu tiga agama bisa hidup berdampingan tanpa harus ketakutan. Jadi, orang Indonesia kadang harus banyak belajar agar tidak menjadi muslim kagetan, sehingga gampang menyalahkan orang yang tidak sependapat dengan dirinya.

Qunut subuh di Masjid Al-Aqsa itu selalu mengajak agar menyatukan umat islam, serta berdaoa agar menghancurkan musuh-musuh islam. Di saat yang sama, sekeliling Masjid Al-Aqsa adalah orang-orang Yahudi dan Nasrani. Jika di artikan dengan sederhana, orang-orang yahudi dan Nasrani adalah musuh-musuh islam. Tetapi, sejak berabad-abad, yaitu pada masa Rosulullah SAW, Khulafaurrorsidin, termasuk sahabat Umar Ibn Al-Khattab ra, memberikan kesempatan kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani untuk melaksanakan ibadah sesuai dengan keyakinan masing-masing.

Gereja-gereja tertua, dan Sinegog dan Masjid yang berdiri di Yerusalem, menjadi bukti nyata bahwa Islam, Yahudi, Nasrani tetap bisa rukun serta hidup berdampingan tanpa harus saling mencurigai masing-masing.

Bahkan, Umar Ibn Al-Khattab ra, pernah masuk Gereja tertua, dan dipersilahkan sholat di dalamnya oleh sang pendeta, tetapi Umar Ibn Al-Khattab ra lebih memilih sholat di tempat lain, agar supaya tidak di contoh kelak para pengikutnya. Dengan demikian, musuh islam itu adalah "menebar fitnah dan hoax, menebar permusuhan sesama umat manusia, serta merusak perjanjian".

Umar Ibn Al-Khattab ra, nenaklukkan Al-Quds, tanpa perang dan pedang, dan tidak ada tetesan darah. Umar Ibn Al-Khattab ra, juga membiarkan gereja itu tetap berdiri kokoh hingga sekarang. Juga, membiarkan orang Yahudi dan Nasrani tetap yakin dengan agama dan keyakinannya. Dan, mengajarkan umat islam akan pentingnya toleransi umat beragama, karena salah satu misi islam terbesar buka memaksa orang memeluk agama, tetapi adalah menciptakan dan menebarkan salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun