Ketika memasuki wilayah Israel, sepanjang perjalanan menuju Kota Jericho dan Yerusalem, saya menyaksikan hamparan pegunungan di samping kiri jalan raya. Gunung-gunung itu kelihatan indah, karena tertata rapi oleh Yang Maha Kuasa, kemudian pemerintah Israel mengelolanya dengan baik.
Sementara di samping kiri jalan raya, saya menyaksikan pertanian, seperti kurma, zaitun, dan sayur-sayuran, serta anggur, yang dikelola dengan baik dan menggunakan teknologi modern. Tentu saja hasilnya sangat berkualitas, sesuai dengan pengelolannya.
Rupanya, antara Jericho dan perbatasan Taba (Mesir), terdapat sebuah pabrik garam yang amat besar sekali yang dikelola secara modern dan higienis. Bisa dikatakan, pertanian di kawasan Israel jauh lebih bagus dan tertata dibandingkan dengan Mesir. Sementara jalan menuju Jericho dan Yerusalem sangat bagus, rapi, bersih. Kira-kira kayak Singapura.
Ketika dalam perjalan itu, tiba-tiba perut bunyi, maklumlah matahari sudah mulai tergelincir ke barat. Kruk...kruk...kruk. Dan, orang yang pertama kali rame dan sambatan adalah Mr. Cheng Hoo, sambil melontarkan "Luwe dan haus (lapar dan dahaga), padahal baru saja kita makan," sindirnya. Ungkapan Mr. Cheng Hoo itu sekaligus mewakili para jamaah yang sedang lapar dan dahaga".
Kalau sudah lapar begini, biasanya PT Manaya Indonesia segera menjanjikan sebentar lagi kita akan makan siang. Mendengar kabar gembira ini, semua tersenyun renyah. Maklulmlah, sejak pagi berjibaku di Border Israel, hingga pukul 15.30 sore belum makan.
Sesampai di Kota Jericho, sudah disiapkan makan siang ala Palestina. Sudah menjadi sebuah tradisi, setiap masakan selalu disediakan roti yang menurut Mr. Cheng Hoo disebut dengan "rothos" yang artinya "roti atos". Konon, ini bahasa Ibrani ala Persebaya.
Sayur-sayuran khas Palestina itu warnanya ungu, ada juga putih, hijau. Juga, daging sapi yang sudah dilembutkan "mafrum" dan ayam. Dan jangan lupa, apa-pun menunya, selalu ada buah Zaitun, sekaligus menjadi ciri khas masakan di Palestina.
Zaitun menjadi masakan khas, karena memang Bukit Zaitun ada di Yerusalem. Dan sepanjang perjalanan, kalau kita menoleh ke kiri dan ke kanan, banyak sekali perkebunan zaitun. Juga di depan rumah-rumah warga, bertebaran pohon zaitun dan Al-Tin. Allah SWT bersumpah dengan "zaitun", maka makan buah zaitun berarti telah mengamalkan isi Al-Quran.
Makan siang di restoran Jericho
Ketika memasuki Jericho, jangan kaget. Karena di kota ini, penduduknya beragam, Muslim, Yahudi dan Kristen. Di Kota ini, semua bisa hidup berdampingan. Mereka memiliki tempat ibadah masing-masing, tanpa harus saling mengganggu. Bahkan, di kota ini terdapat tempat Casino yang besar banget. Baik orang Yahud, Muslim dan Kristen, ketiga-tiganya bisa bahasa Arab dan Ibrani. Orang Kristen juga fasih mengucapkan alhamdulillahirobbil alamin, karena mereka setiap hari menggunakan bahasa Arab. Begitu juga seorang muslim biasa menyapa Yahudi dengan salom.