Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Beragam Profesi Mengikuti Umrah Sufi

14 Maret 2018   12:09 Diperbarui: 14 Maret 2018   12:23 591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diskusi yang berjalan sangat seru dan lucu seperti dalam pesantren kilat selama berada di Makkah dan Madinah, Mesir dan Yerusalem,  apalagi ada selingan guyonan sufi yang di sampaikan oleh Abah Jadi Djadi Galajapo, menambah diskusi semakin penuh arti.

Salah satu dari sebuah diskusi, Kyai Aziz berkisah seorang yang sakti Mandraguna yang bisa mengobati nan menaklukkan santri-santrinya. Bahkan, santri yang nakal-pun, bisa ditaklukkan dengan enteng.

Rupanya, sang Kyai Sakti Mandraguna itu mengamalkan doa "Subbuhun Quddusus Robbuna wa Rabbul Malaikati wa Ruh". Dengan harapan, agar ruh-ruh yang buruk dan jahat yang berwatak syetan, digantikan ruh-ruh yang berwatak malaikat (taat) kepada Allah SWT.

Cerita itu begitu menarik bagiku, tak terkecuali bagi anggota diskusi jamaah umrah sufi, sampai-sampai saya-pun meminta secara khusus agar diberbolehkan mengamalkaanya. Masih menurut Kyai Aziz, amalan di atas bisa di amalkan kepada putra-putri, atau santri-santri. Setiap pagi, sebelum subuh, usai sholat tahajud, setiap orang tua agar berdoa serara (nyuwuk) kepala putra putrinya. Dengan mengharap ridho Allah SWT, agar supaya ruh-ruh yang tidak baik beganti dengan ruh-ruh yang baik.

Hari ini (13/30), Djadi Galajapo, telah mempraktekkan kepada santri-santrinya. Bisa jadi, para guru dan Kyai-kyai yang sukses mengantarkan putra-putrinya menjadi orang hebat, dan sukes dalam meraih cita-citanya, karena berkah doa seorang guru yang begitu tulus kepada murid dan santri-santrinya, bukan semata karena kecerdasannya.

Kyai Aziz juga memaparkan dasyatnta Hizib Ratibul Haddad. Dimana setiap orang yang mengamalkannya secara rutin, istikomah, akan melahirkan waridad (keajaiban). Dalam kajian tawasuf, orang tidak perlu meminta sakti atau hebat. Ketika mengamalkan wirid-wirid tertentu dengan istikomah, secara otomatis akan melahirkan keajaiban.

Nah, masing masing jamaah umrah sufi, sudah pasti memiliki wirid tertentu. Dengan demikian, mereka memiliki kelebihan yang tidak dimiliki orang lain. Jika, Djadi Galajapo selalu memberikan inspirasi pada setiap kalimatnya, begitu juga dengan Kyai Aziz yang sangat dasyat doa wibawanya. Maka, Pak Juliantono Hadi dengan kebaikanya, Allah berikan kelebihan.

Kyai Muhammad Tholhah Hasan pernah menyampaikan "banyak sekali kekasih Allah SWT, karena dermawan, bukan karena banyak wiridan". Salah satu tanda-tanda orang yang bertaqwa, berdasarkan QS Ali Imran (3:134), yaitu gemar menginfakkan hartanya dalam kondisi susah dan juga dalam kondisi senang, juga menahan amarah dan pemaaf kepada sesama.

Jadi, alangkah indahnya jika bisa menyatukan sifat dermawan dan juga rajin wiridan. Sebagaimana istilah yang sering saya sampaikan kepada jamaah pengajian, santri dan mahasiswa. Santri itu jelek rupanya, tetapi harus kuat doanya. Santri itu tidak banyak duitnya, harus banyak wiridnya. Santri itu bukan keturunan pejabat dan pangkat, maka harus kuat tirakat. Siapa yang melakukannya, niscaya Allah akan mengangkat derajatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun