Teringan sebuah pepatah sufi "berbuat baik itu tidak perlu alasan". Dengan kata lain, orang yang berbuat baik tidak perlu meminta imbalan, karena Allah SWT berfirman "jika kalian berbuat baik itu, sejatinya dia berbuat baik kepada dirinya sendiri". Sekecil apapun kebaikan, pasti akan kembali kepada pelakunya. Adapun kapan waktunya, Allah SWT maha tahu.
Umrah plus Cairo, dan Aqsa kali ini benar-benar menapktilasi petilasan para nabu, sahabat dan kaum sufi. Dakwah mereka benar-benar memberikan warna tersendiri dalam kehidupan. Ulama sufi lebih suka pendekatan software (hati), dari pada  penampilan fisik (hadware). Jarang sekali kaum sufi mengobral dalil Al-Quran dan hadis, tetapi mereka lebih suka menampilan prilalu yang qurani, baik pergaulan, tutur, dan juga sikap sehari-hari. Ciri khas orang sufi, tidak mudah justifikasi "haram" dan " masuk neraka".
Penampilan dan tutur kaum sufi sangat sederhana, bahkan terkesan biasa-biasa saja, karena mereka selalu menjadi komunikasi ruhani dengan Allah SWT, sebagaimana dawuh Rosulullah SAW berkata "sesungguhnya Allah SWT tidak melihat tubuh kalian, dan juga bukan pada rupa kalian (hadware), tetapi Allah SWT melihat pada hati kalian (software) (HR.Muslim).
Diskusi Sufi Selama 7 Hari
Umrah kali ini semakin menarik, karena banyak diskusi dan kajian-kajian sufi, selaras dengan destinasi wisata ruhani yang di kunjungi. Kendati demikian, tidak lupa wisata kuliner yang menjadi ciri khas makanan Arab yaitu Nasi Mindi, Onta, dan Juga Al-Baik.
Kedua adalah Bapak Juliantono Hadi pemilik, sekaligus kepala sekolah Smekdors Surabaya yang berkomitmen mencerdaskan anak-anak bangsa. Salah satu kelebihan Smekdors, SMK ini satu-satunya sekolah yang memiliki jurusan Tehnik Produksi Film dan Program TV (2017). Ini tergolong jurusan paling anyar dalam pendidikan SMK.
Ketiga adalah Djadi Galajapo, yang merupakan pelawak terkenal dengan guyoan-guyoan sufinya. Yang menarik dari Djadi Galajapo, beliau pernah bertanya kepada Gus Dur seputar profesinya. Gus Dur-pun menjawab "sesama iblis di larang saling melempar". Jawaban nakal Gus Dur baru bisa dimengerti setelah seminggu kemudian. Rupanya, makna kalimat itu itu sederhana "jika melawak, janglahlah menyinggung orang lain, dengan tujuan orang tertawa".Dengan demikian, hasil (bayaran) kurang berkah, karena dia bahagia di atas kesedihan orang lain.
Selanjutnya adalah Arifin BH, yang sering menjadi candaan Djadi Galajapo. Terang saja, wong namanya saja di akhiri dengan huruf "BH", padahal tidak ada laki-laki di dunia ini yang memaklai BH, kecuali "bencong". Dan wanita-pun, kalau memaki BH di di depan bukan di belakang.
Setiap guyonan sufi, Djadi Galajapo selalu mengatakan "wow, ini bisa menjadi stu artikel atau satu buku". Dengan kesabaran, dan ketelatenan, rupanya Arifin BH, mencatat semua aktiftas umrah dan ziarah ke destinasi wisata ruhan kali ini.
Nah, sekarang kembali pada ritual umrah. Kebetulan, selama di Hotel Al-Syofwah Makkah, setiap hari selalu diskusi, hingga lupa dengan waktu. Diskusi baru berhenti, kalau semuanya sudah ngatuk dan tertidur. Semua diskusi  lepas dari rujukan kitab-kitab klasik tasawuf yang menyentuh relung hati paling dalam, seperti; Al-Hikam, Nasoikhul Ibad.