Al-Quran Study Club (ASC) salah satu UKM termuda di lingkungan kampus Universitas Negeri Malang, tetapi sudah mampu memberikan prestasi yang luar biasa dan gemilang. Wajar, jika dosen-dosennya merasa bangga dengan prestasi mereka, walaupun dosen-dosen itu tidak mengajar mereka. Pejabat lingkungan UM makin bangga dan bahagia, karena prestasi mereka mampu mengharumkan nama kampus hingga tingkat Nasional dan Asean. Menurut guyonan santri, prestasi ASC akan mengangkat derajat di dunia dan akhirat.
ASC sejak di rintis tahun 2013 benar-benar memberikan prestasi yang mengetarkan Nusantara. Bagaimana tidak, banyak sekali mahasiswa yang memiliki kemampuan baca Al-Quran, mulai tahifudul Quran (hafalan Al-Quran), MTQ (Musabaqoh Tilawatil Quran) bisa mewakili Nasional hingga Asean. Bukan saja menjadi wakil, tetapi mampu memberikan juara. Keren banget! Â
Ketika melihat dan menyaksikan putra-putri pencinta Al-Quran di ASC, saya teringat pada 5-6 tahun yang lalu. Waktu itu, saya menyampaikan kepada KH Drs. Dahlan Ridwan selalu Koordinator Pendidikan Agama Islam (PAI) Universitas Negeri Malang.
Saya menyampaikan kepada beliau dan rapat "bagaimana kalau setiap dosen pendidikan agama Islam, membaca Al-Quran 10-15 menit, sebelum perkuliahan". Alasannya sederhana, mengajarkan pendidikan agama islam itu bukan pada nilai "A-B" tetapi bagaimana bisa merubah moralitas mahasiswa menjadi lebih baik. Hakekat pendidikan agama islam, yaitu bagaimana menjadikan mahasiswa ber-ahlak kepada kedua orangtua, guru, taat beribadah, melaksanakan sholat dengan baik dan benar.
Realitas membuktikan, bahwa banyak sekali mahasiswa yang tidak sholat, tidak bisa membaca Al-Quran, dan masih banyak lagi. Dengan pendekatan membaca Al-Quran, insa Allah akan mendapat berkah dari Al-Quran.
Saya sering menyampaikan, orang yang membaca Al-Quran itu harus memiliki etika, seperti; harus memiliki wudhu (bersuci), busana juga harus rapi dan sopan, serta duduknya juga tidak boleh berdampingan dengan lawan jenisnya. Dengan demikian, mahasiswa ketika membaca Al-Quran, dia sedang berinteraksi dengan Allah SWT melalui huruf dan lafadz Al-Quran. Dalam kondisi suci, bersih, santun, maka proses transportasi ilmu jauh lebih mudah dari pada dalam kondisi tidak suci. Begitulah penjelasan dari kitab Taklim Al-Muattalim.
Apalagi, setelah saya temukan teks dari kitab Al-Majmu' Syarah Al-Muhaddab karya Imam Al-Nawawi yang artinya kira-kira begini "tidak diperkenankan seorang belajar ilmu lain, kecuali setelah menghafal Al-Quran". Di tambah lagi, sebagian besar ulama-ulama hebat itu sejak kecil telah belajar Al-Quran, bahkan sejak usia dini sudah hafal Al-Quran, seperti; Ibnu Sina, Imam Syafii, Imam Al-Ghozali, Al-Farabi. Setelah hafal Al-Quran, mereka bisa dengan mudah mendalami ilmu lainnya. Kesimpulanku "dengan membaca Al-Quran terlebih dahulu, berarti akan memudahkan mempelajari ilmu lainnya".
Sejak saat itu, Drs. Dahlan Ridwan setuju dan kemudian diputuskan "dosen agama, harus membaca Al-Quran 10-15 menit, barulah kemudian memulai perkuliahan". Dampaknya sangat dasyat. Dari situlah, diketahui banyak sekali mahasiswa yang memiliki kemampuan baca Al-Quran bagus, ada juga yang memiliki kemampuan qiroah, fahmul quran, dan sebagian dari mereka itu memiliki hasrat menghafalkan Al-Quran.
Dengan cara seperti ini, akan lebih mudah mengarahkan mahasiswa menjadi lebih baik, dan juga akan memberikan dampak positif kepada yang lain. Minimal, mahasiswa yang rodok nakal sungkan kepada Al-Quran, bahkan ada yang takut kualat. Nyata, banyak sekali perubahan yang dirasakan seputar ahlak mahasiswa yang lebih baik. Barangkali itu berkah dari Al-Quran.
Selanjutnya, mereka yang memiliki kemampuan baca Al-Quran bagus, bahkan mereka yang hafal Al-Quran bisa mengajari teman-teman sebayanya yang belum lancar dan belum bisa sama sekali membaca Al-Quran. Maka, muncullah Pembinaan Bimbingan Baca Qur'an yang lebih popular di kalangan mahasiswa dengan sebutan (BBQ).
Saat ini BBQ merupakan pembinaan wajib bagi setiap mahasiswa baru yang menempuh mata kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI). Saya sering menyampaikan kepada mahasiswa dengan nada bercanda "jika kalian bisa membaca Al-Quran dengan baik, bahkan ada yangf hafal juz amma, atau hafal Al-Quran, kelak akan menjadi bekal dunia akhirat. Minimal, bisa menjadi bekal ketika akan melamar calon istri kalian". Sedangkan mata kuliah yang kalian geluti sekarang, kalau sudah tua, tidak akan berguna, tetapi Al-Quran akan terus berguna, di dunia, alam barzah bahkan hingga menghadap Allah SWT".
Al-Hamdulilah, setiap satu semester, selalu ada 4-6, mahasiswa yang hafal juzz amma. Saya-pun sampaikan kepada mereka, agar tetap menjaganya dengan baik. Dengan menjaga 1 juzz amma, maka hidup kalian juga akan terjaga. Saya juga dorong mereka agar ikut tahfid Al-Quran yang di rintis dan di bimbing oleh Dr. Syaafaat Al-Marhum, yang sekarang dilanjutkan oleh ustad. Asruhin dan Ustad Rahmanan. Merekalah Begawan-begawan Al-Quran yang menjadikan Universitas Negeri Malang menjadi bercahaya.
Minggu (10/12) saya di minta panitia untuk memberikan materi tentang Al-Quran pada acara wisuda Tahfid Al-Quran perdana. Â Menariknya, panitiannya terdiri dari mahasiswa, dalam hatiku berkata "luar biasa, mereka belum terjun ke masyarakat sudah bisa dan mampu ngurusi wisuda Al-Quran seperti ini". Tidak satu-pun dari kalangan dosen atau pejabat yang saya lihat di ruangan itu. Saya-pun semakin yakin bahwa "para penghafal Al-Quran dari mereka itu benar-benar keren habis".
. Dengan mengucapkan bismillah, saya memberanikan diri hadir di tengah-tengah para "Penghafal Al-Quran" . Saya-pun duduk menyaksikan para santri-santri yang di dalamnya di penuhi kitab suci. Mereka santri-santri pilihan yang dipercaya menghafal dan menjaga kitab suci Allah SWT. Prof. Dr Abdul Wahid, dosen Umm Al-Qura Makkah pernah berkata kepada mahasiswa nya sang penghafal Al-Quran "wahai anakku, aku tidak berani menyuruhmu, karena di dalam dadamu tersimpan kitab suci Al-Quran". Bagaimana-pun, penghafal Al-Quran itu sangat istimewa di sisi Allah SWT.
Orang yang cerdas, harus menghabiskan 2-3 tahun untuk menghafal Al-Quran. Pagi, siang dan malam, mereka harus berkali-kali murojaah Al-Quran. Â Di saat rekan-rekannya bermain, picnic, bahkan ada yang pacaran. Maka penghafal Al-Quran harus tekun dan sabar, siang dan malam membaca dan setoran kepada gurunya.
KH Hasyim Muzzadi dalam ceramah Wisuda Al-Quran di pesantren Wepas (Wetan Pasar) yang di pimpin oleh KH Ahmad Khusaini "orang penghafal Al-Quran itu harus menjaga pergaulan, menjaga makanan, dan juga menjaga diri dari pertemanan lak-laki dan wanita". Orang yang sedang menghafal Al-Quran, jika masih suka ber-pacaran, semakin dekat dengan pacarnya, akan semakin hilang Al-Qurannya. Jadi, pacaran itu akan menghilangkan hafalan.
Ingat syairnya Imam Syafii ketika mendapati kesulitan hafalan "Saya melaporkan seputar kesulitan ku dalam masalah hafalan, maka guruku menyarankan agar meninggalkan maksiat". Ketahuilah, ilmu Allah itu cahaya dan cahaya Allah SWT tidak akan masuk pada orang yang bermaksiat". Maka, saya benar-benar terharu, kagum terhadap mahasiswa Universitas Negeri Malang dari berbagai jurusan yang mau bersusah payah menghafalkan Al-Quran.
Mestinya, mereka mendapatkan penghargaan yang lebih tinggi dari kampus. Keberadaan mereka membuat aura kampus menjadi makin bersinar, dan membuat prestasi akan semakin tinggi. Teringat kisah seorang sufi, karena ke-ihlasannya, akhirnya mendapatkan miracle (ke-ajaiban-keajaiban yang tidak pernah diminta dan tidak pernah terfikirkan sebelumnya. Bisa jadi, prestasi-prestasi Universitas Negeri Malang akan semakin cemerlang di kemudian hari, karena memperhatikan penghafal Al-Quran dengan baik.
Ketika saya memberikan ceramah, saya menyampaikan kepada mereka "santri itu walaupun elek (jelek) rupane, tetapi harus kuat doanya. Santri itu, tidak punya duit, tetapi mereka harus kuat membaca wirid. Santri itu bukan putranya pejabat, maka harus kuat tirakat". Â Saya juga menyampaikan pesan ayahku kepada mereka "belajarlah dengan baik dan benar dengan niatan (menghilangkan kebodohan), jangan belajar karena niat ingin punya istri cantik, juga karena ingin jadi pejabat, dan juga bukan karena ingin mendapat pangkat dan harta". Ketahuilah, kelak semuanya itu akan mengikuti kalian".
Saya juga menyampaikan pesan kepada wisudawan " seorang ulam besar di Makkah yang bernama Syekh Hasan Al-Massad, guru dari ulama Nusanatara, mereka tetap mengajari anak-anak membaca Al-Quran, karena beliau ingin menjadi orang yang dicintai Roslullah SAW dan menjadi bagian dari Al-Quran". Maka, kalian kekal harus membumikan Al-Quran di tempat kalian masing-masing.
Mewisuda 30 Huffad
Usai ceramah, saya harus menmberikan sertifikat kepada setiap penghafal Al-Quran. Kemudian menggalungkan lencana sebagai tanda, bahwa mahasiswa itu sudah hafal 30 juz. Saya merasa seneng, bahagia dan dredek juga. Bukan apa-apa, karena mereka itu manusia pilihan di kampus Universitas Negeri Malang. Dari sekitar 32 ribu mahasiswa Universitas Negeri Malang, ada 30 orang penghafal kitab suci. Menurut panitia, sebenarnya yang daftar ada 70 mahasiswa, tetapi yang mampu dan bisa di wisuda hanya 30 mahasiswa.
Kekagumanku semakin bertambah ketika melihat data, bahwa Arab Saudi, khususnya penduduk Makkah dan Madinah jumlah penghafal Al-Quran tidak sebanyak di Indonesia. Mahasiswa yang diwisuda itu dari jurusan tehnik, sosial, sastra, mipa, mereka ada yang tidak kenal bahasa Arab, tetapi mereka kenal dengan "Al-Quran". Â
Mereka juga tidak pernah datang ke tempat kelahiran Rosulullah SAW, dan juga tidak pernah datang ke Madinah tetapi mereka mampu menghafal kitab suci yang di turunkan kepada Rosulullah SAW. Niat dan tekat mereka luar biasa, seolah-oleh Rosulullah SAW berbisik kepada mereka "sebaik-baik kalian adalah orang belajar Al-Quran dan mengajarkannya (HR Bukhori).
Semoga, mereka bisa datang ke Makkah dan Madinah, dan menghatamkan Al-Quran di Al-Raudhah Al-Syarifah di dekat makam Rsoulullah SAW, sambil merasakan seolah-olah sedang di damping baginda Rosulullah SAW dan para sahabat. Juga, bisa menghatamkan Al-Quran di samping Baitullah, tempat para nabi, Mailakat, dan juga para kekasih Allah SWT bertasbih mencucikan dan meng-agungkan Allah SWT.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H