Saat ini, setiap Negara sudah ada Pengurus Cabang Istimewa Nahdhotul Ulama (PCINU), walaupun kadang kurang diperhatikan dari PBNU. Yang jelas, PCINU itu ada di Negara paling sekuler hingga negeri paling populer. Rusia, Prancis, Jerman, Belanda, Hongkong, Taiwan, Jepang, China, Australia, Mesir, Arab Saudi, Sudan, Afganistan, Pakistan, Libanon, USA. Semua warga NU, dimana-pun berada selalu menanamkan dan mengajak cinta tanah air. Juga membumikan islam NU-Santara yang santun dan ramah di dalam berdakwah, serta tawassut (moderat) dalam bersikap.
NU, bisa berdampingan dengan siapa-pun dan dimana-pun, selama mengajak dan mencintai tanah Indonesia. Berbeda madzhab sudah biasa, tetapi tetap menjaga nilai-nilai perbedaan, serta menjaga ke-utuhan NKRI yang berazaskan Pancasila.
Jika organisasi PCINU Sudan mendapat pengakuan Negara Sudan, bahkan pengurusnya juga ulama Sudan. Jadi, PCINU Sudan itu juga mendapat anggaran dari pemerintah Sudan. Jadi, jangan heran jika mahasiswa Indonesia yang belajar di Sudan, kadang mendapatkan kemudahan, bahkan kadang melaksanakan maulida nabi bersama-sama. Â
Afganistan, negeri sejuta konflik, sekarang mulai menyadari kesalahannya. Mereka mulai belajar kepada NU, bagaimana mengemas perbedaan menjadi rahmat, bukan menjadi bencana dan petaka. Sekarang,  ulama Afganistan mendirikan Jamiyah yang bernama  Nahdlatul Ulama Afganistan (NUA)  terinspirasi dari Jamiyah NU  yang di dirikan oleh Syekh Al-Imam Muhammad Hasyim Asaary di Indonesia terus mengalami kemajuan, dengan ke-unikannya yang moderat. Sekarang NU Afganistan yang baru saja berdiri, kepengurusan sudah ada di 22 provinsi yang melibatkan lebih dari 6000 ulama berkebangsaan asli Afganistan. Ulama moderat Afganistan copy paste (mencangkok) NU dari Indonesia untuk mempercepat proses perdamaian di sana.
Sekarang, Arab Saudi sedang mulai menata kembali hubungan dengan NU yang telah mengajarkan anak bangsa cinta tanah airnya. Islam moderat yang di usung Arab Saudi sudah selaras dengan NU. Jadi, tidaklah aneh, jika kemudian imam Masjidil Haram, Masjid Nabawi, kembali seperti dulu. Dimana, para imam dan pengajar di Masjidil Haram itu banyak dari ulama NU-Santara, seperti; Syekh Abdul Hamid Ali Kudus, Syekh Nawawi Al-Bantani (Bantan), Syekh Al-Turmusi (Termas-Pacitan), Syekh Abdul Qodir Al-Mandili (Mandailing), Syekh Muhammad Yasin Al-Fadani (Padang). Mereka adalah ulama Nusantara yang moderat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H