Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Amien Rais dan Buya Maarif, Muhammadiyah, Mesra dengan Megawati

14 Juli 2017   10:15 Diperbarui: 14 Juli 2017   22:45 2242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dulu, sebelum M. Nuh, menteri pendidikan era Sudibyo memiliki gagasan sekolah bertaraf Internasional. Kemudian diplesetkan dengan "sekolah bertarif Internasional". Nah, menteri pendidikan sekarang ini mengangkat gagasan full day school, meniru sekolah swasta unggulan yang mahal, seperti; SDI Unggulan Sabilillah Malang. Sementara NU, hanya memiliki lembaga pendididikan bertaraf Dunia Akhirat.

Sebenarnya, buku Prof. Abdul Munir Mulkhan  sepeutar, Marhaenis Muhammadiyah kritikan pedas terhadap Muhamamdiyah agar memiliki gerakan yang bekemajuan, yaitu berani mengambil sikap tegas memperjuangkan masyarakat MU yang tertinggal ekonominya, pendidikanya, bahkan masih tergolong terlunta-lunta hidupnya.

Padahal, KH Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah itu menitik beratkan perjuangannya kepada masyarakat bawah dan lemah. Mendirikan RS, sekolah, kampus, panti asuhan dengan harapan memberikan bantuan, kenyamanan kepada masyarakat yang terlunta-lunta termarginalkan. Bukan pamer asset organisasinya yang nilainya sangat fantastis.

Gesekan Panas Amin Rais dan Buya Syafii Maarif

Barangkali Amin Rais, satu-satunya tokoh Muhammadiyah pernah mencalonkan diri menjadi Presiden, tetapi banyak mengatakan "Al-Hamdulillah" tidak jadi. Karena cara berfikirnya terlalu berkamjuan dalam masalah politik, sehingga dikhawatirkan Muhammadiyah justru semakin jauh dari kaum pinggiran.

Bisa dikatakan, sahwat politiknya sangat tinggi walaupun usianya sudah renta. Amin Rais itu secara tidak langsung pernah menjadikan Muhammadiyah sebagai kendaraan politiknya dalam urusan politik. Tujuan utamanya menuju RI 1. Semua cara sudah dilakukan untuk mewujudkanya, tetapi selalu kandas ditenggah jalan. Amin Rais itu jujur, karena kejujuranya itulah, akhirnya sulit mencapai tujuan R1 satu. Barangkali, ketidak berhasilan Amin Rais itu karena kuwalat pada KH Ahmad Dahlan yang begitu Ihlas mendirikan Syarikah Muhammadiyah yang diperuntukkan untuk melayani umat.

Amin Rais itu pernah sangat mesra dengan Megawati tokoh PDI untuk menjatuhkan Gus Dur.  Begitu mesranya dalam masalah politik, sampai-sampai kemana-mana bersama. Bahkan, pendapat tentang melarang seorang wanita menjadi Presiden dicabut dengan perbuatannya sendiri dengan mendukung "Megawati".

Nyalon bekali-kali tidak laku. Ada guyonan yang mengelitik, setiap calon yang di dukung Amin Rais pasti tidak bisa menjadi Presiden Republik Indonesia. Hati-hati, nanti "Pak Prabowo yang dicalonkan lagi tahun 2019, gagal lagi karena dukungan Amin Rais".  Sangat sederhana, kenapa selalu gagal? Amin Rais terlalu mudah mengeluarkan kata-kata kasar, kotor, dan menjelekkan lawan politiknya, sehingga itu sama dengan menjelekkan dirinya sendiri. Bunuh diri politik, sering dilakukan oleh Amin Rais.

Barangkali itu karena terlalu jujuranya Amin Rais dalam masalah politik, sehingga langkahnya gampang dibaca. Masak, tokoh sebesar Amin Rais kalah sama Jokowi, orang ndeso? Lucu kan! Lagi-lagi karena terlalu jujur menghina Jokowi. Bisa jadi, Ibunya Jokowi itu jauh lebih kurat sholat malamnya, dan munajatnya dari pada Amin Rais sendri. Para pengamat politik sering mengatakan "Amin Rais itu cocoknya tukang Adzan, dan tidak cocok menjadi Imam sholat".

Sekarang lagi rame berita seputar kecaman Amin Rais terhadap Jokowi yang mengeluarkan perpu ormas anti Pancasila. Sebenarnya, peryataan itu terlalu jujur, yang bisa menghalangi Probowo menuju kursi RI 1. Amin Rais dan konco-konconya, semakin kenceng gnritik Jokowi, akan semakin menyulitkan langkah Prabowo menuju kursi Presiden Republik Indonesia.

Hindari kata-kata "perang badar, iblis, sinting, menuduh negative terus-terusan terhadap Jokowi", karena itu akan menjadi kerikil tajam Prabowo menujur RI 1. Tetapi, kalau sudah menjadi kebiasaan, ya sudahlah. Kesantuan politik mestinya juga harus dijaga, walaupun tidak sependapat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun