Mohon tunggu...
Abdul Adzim Irsad
Abdul Adzim Irsad Mohon Tunggu... Dosen - Mengajar di Universitas Negeri Malang

Menulis itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cara Cerdas Mensyukuri Kemerdekaan NKRI

16 Agustus 2016   10:57 Diperbarui: 16 Agustus 2016   11:07 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Selanjutnya, Malaikat itu bertanya lagi “sekarang kalian sudah sembuh. Sekarang pingin apa? Laki-laki itu menjawab “saya pingin se ekor Onta, agar bisa menjadi orang kaya”. Malaikat itu memberinya onta betina. Ternyata tidak lama kemudian onta betina itu berkembang biak sehingga laki-laki menjadi orang kaya. Setelah menikmati menjadi orang kaya dan berkecukupan, rupanya laki-laki itu lupa bahwa nikmat itu berasal dari Allah SWT.

Maka, Allah SWT memerintahkan Malaikat dengan menyamar menjadi orang miskin untuk meminta satu onta. “ Pak saya minta onta satu, karena saya orang miskin dan benar-benar membutuhkan” pinta sanga Malaikat yang menyamar menjadi manusia. Rupanya, sang lelaki yang dulu sakit dan menjadi orang kaya itu menjawab “Pak, saya ini sudah bekerja keras, saya ini menjadi sukses begini karena kerja siang dan malam, sehingga menjadi seperti yang sampeyan lihat. Kok tiba-tiba anda meminta satu onta. Rupanya, laki-laki itu lupa bahwa semua nikmat dan hidup dalam berkecukupan itu membuat dirinya lupas terhadap dzat yang memberi rejeki.

 Dia lupa bahwa prestasi yang dicapai itu hakekatnya dari Allah SWT.  Dia juga lupa, bahwa onta itu hakekatnya milik Allah SWT. Mendengar pemilik onta yang kaya raya begitu angkuh dan pelit, maka malaikat yang menyamar menjadi orang miskin-pun berdoa kepada Allah SWT” ya Allah kembalikanlah dia seperti semula”.Tidak lama kemudian, onta mati semua. Semua kekayaanya hilang musnah. Akhirnya dia hidup dalam kondisi miskin dan penyakitnya kembali lagi.

Sebuah bangsa yang merdeka, tetapi tidak mensyukuri karunia Allah SWT, maka nasibnya akan seperti laki-laki di atas. Karena dia lupa, bahwa kekayaan bumi berupa minyak bumi, tambang, timah, emas, serta pertanian dan hasil lautnya, merupakan karunia Allah SWT yang wajib di syukuri, tetapi justru berfoya-foya, bahwa merasa bahwa semua itu digunakan untuk hal-hal yang tidak selaras dengan agama, maka Allah-pun akan mengembalikan Negara tersebut dalam kondisi kesulitan seperti semua.

Berungtung sekali NKRI, dari ujung barat hingga ujung paling timur, masih banyak pondok pesantren yang di dalamnya masih banyak orang yang menghafal Al-Quran dan mengajarkannya. Bahkan, di dalam pesantren itu para santri rajin menjaga sholat lima waktu dengan berjamaah, khususnya sholat subuh. Walaupun tidak dipungkiri, banyak juga yang tidak sholat alias islam KTP>.

Masjid-masjid yang ada, setiap hari masih menyuarakan adzan lima waktu, dan setiap masjid masih digunakan sholat berjamaah. Bahkan,setiap malam masih banyak majlis taklim dan mauled Nabi Muhammad SAW. Masih banyak santri-santri yang mendalam Al-Quran dan tasfirnya, juga mendalami ilmu hadist dan fikih. Bisa dikatakan, Indonesia itu Negara muslim yang paling banyak penghafal Al-Quran.

 Semua itu membuat Indonesia jauh dari adzab Allah SWT. Sebenarnya, Allah SWT akan memberikan adzab, berhubung masih banyak orang-orang sholih dan ihlas, terus memakmurkan masjid, maka Allah menundanya. Memang, tidak dipungkiri, masih banyak maksiat dan kemungkaran yang terjadi dan dilakukan banyak orang, baik teroginisi maupun individu.

Yang jelas, para ulama terus berusaha mengajak pada kebaikan dan mencegah kemungkaran dengan beragam cara, baik dengan cara halus, maupun dengan cara cerdas. Bahkan ada juga yang menggunakan cara-cara kasar, yang kadan kurang cocok dengan kutur masyarakat Indonesia. Tujuan utamanya, ialah agar supaya agar supaya menjadi hamba Allah SWT yang ber-iman. Dengan demikian, maka Allah SWT tidak mengembalikan Indonesia dalam kesulitan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun